DASAR-DASAR PENDIDIKAN JASMANI

A. Latar Belakang
Konsep pendidikan jasmani merupakan bagian penting dalam proses pendidikan. Artinya pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornamen yang titempel dalam program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk, tetapi pendidikan jasmani adalah bagian yang terpenting dalam pendidikan. Melalui pendidikan jasmani diarahkan dengan baik anak-anak akan mengembangkan ketrampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktifas yang konduksif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya meskipun pendidikan jasmani menawarkan kepada anak untuk bergembira, tidaklah tepat untuk mengatakan penjas diselenggarakan semata-mata agar anak-anak bergembira dan bersenang-senang.
Jadi pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga. Inti pengertiaanya adalah mendidik anak. Yang membedakannya dengan mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam situasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik.
Tujuan pendidikan jasmani yaitu memberi kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak baik dalam aspek fisik, mental,sosil, emosional dan moral. Singkatnya pendidikan jasmani bertujuan mengembangkan potensi setiap anak setingi-tingginya yaitu meliputi ranah kognitif, Psikomotor, dan afaktef. Jadi tidak salah jika para ahli percaya bahwa pendidikan jasmani merupakan wahana yang paling tepat untuk “membentuk manusia seutuhnya” karena pada dasarnya hasil riset telah menunjukan adanya hasil psikologis yang positif dan keuntungan sosial dari keterlibatan anak muda dalam aktifitas jasmani. Bukti terkuat adalah dalam lingkup self – esteem, dan self concept dikalangan adolens. Selain itu juga ada bukti mengenai hubungan positif anatara aktifitas jasmani dan kemampuan kognitif
Temuan juga menunjukan hubungan negative antara aktifitas jasmani dan sejumlah simtom psiko-somatik yang berarti menunjukan bahwa anak-anak muda yang lebih aktif dalam olahraga dan aktivitas jasmani memiliki kemampuan yang lebih tinggi mengatasi stress. Temuan juga serupa untuk gejala kenakalan dan penyimpangan perilaku remaja.

“PENJAS DAPAT BERDAMPINGAN/ SEJALAN DENGAN OLAHRAGA”
A. Pendidikan Jasmani .
Dalam UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada BAB II pasal 3 yang berbunyi:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Pendidikan jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan aktivitas otot-otot besar hingga proses pendidikan yang berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan. Sebagai bagian integral dari proses pendidikan keseluruhan, pendidikan jasmani merupakan usaha yang bertujuan untuk mengembangkan kawasan organic, neuromuskuler, intelektual dan social .
Pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam bentuk fisik, mental, serta emosional.
Bila ditinjau per difinisi pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangkan keutuhan manusia. berkaitan dengan hal ini, diartikan melalui fisik, aspek mental dan emosional turut berkembang, bahkan dengan penekanannya yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut berkembang baik langsung maupun tidak langsung.
Maka dari beberapa kutipan di atas Sumbangan penjas pun bukan hanya bersifat fisik semata, melainkan menambah pada peningkatan kemampuan olah pikir, seperti kemampuan membuat keputusan dan olah rasa seperti kemampuan memahami perasaan orang lain (empati)
Kemudian ditinjau dari Tujuan penjas itu sebenarnya memberi kesempatan kepada anak untuk berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral Singkatnya penjas bertujuan untuk mengembangkan potensi setiap anak setinggi-tingginya. Diringkaskan dalam termologi yang popular maka tujuan pembelajaran pendidikan harus mencakup tujuan dalam domain psikomotor, kognitif dan tidak kala pentingnya domain afektif.

Domain Psikomotor
Pengembangan domain psikomotor secara umum dapat diarahkan pada tujuan utama, yang pertama yang mencakup aspek kebugaran jasmani, dan yang kedua mencapai perkembangan aspek perseptua motorik. Ini menegaskan bahwa pendidikan jasmani harus melibatkan aktivitas fisik yang mampu merangsang kemampuan kebugaran jasmani serta sekaligus bersifat pembentukan penguasaan gerak ketrampilan itu sendiri.

Domain kognitif
Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, yang lebih penting lagi adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek kognitif dalam pendidikan jasmani, tidak saja menyangkut penguasaan pengetahuan faktual semata-mata tetapi meliputi pemahaman terhadap gejala gerak dan prinsipnya, termasuk yang berkaitan dengan, landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga serta pengisian waktu luang.

Domain afektif
Domain afektif mencakup sifat- sifat psikologis yang menjadi unsure kepribadian yang kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu dikembangkan tetapi yang lebih penting adalah konsep diri dan komponen kepribadian lainnya, seperti intelegensi emosional dan watak. Konsep diri menyangkut presepsi diri atau penilain seseorang tentang kelebihannya. Konsep diri merupakan fondasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa kelak.
Jadi inplikasi penting dari pendidikan jasmani adalah untuk mengatasi kepentingan social seperti : pengakuan dan menerima peraturan dan norma-norma bersama, belajar bersama,menerima pimpinan. Mengembangkan perasaan kemasyarakatan dan pengakuan terhadap orang lain sebagai pribadi. Belajar bertanggung jawab terhadap yang lain, member pertolongan,perlindungan dan berkorban. Dan belajar mengenal dan mengalami bentuk-bentuk pelepasan lelah secaraaktif untuk pengisian waktu senggang . .

B. Olahraga
Dalam UU RI No.3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional pada BAB II, Pasal 4 yang berbunyi:
“Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.”
Sementara itu dalam Declaration on sport yang dikeluarkan UNESCO, dikemukana batasan yang di susun oleh Majelis Internasional Olahraga dan Pendidikan Jasmani (International Council of Sport and Physical Education, ICSPE) sebagai berikut : Setiap aktifitas fisik berupa permainan dan dilakukan dalam bentuk pertandingan, baik melawan unsure-unsur alam, orang lain maupun diri sendiri disebut olahraga.” Selanjutnya dalam deklarasi tersebut dikemukakan tentang sportivitas atau Fair Play, dimana bersikap memandang lawan sebagai kawan bermain. Sportivitas berfungsi memurnikan olahraga dan menjadikan olahraga menjadi alat yang ampuh bagi pendidikan.membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.”
Sementara itu dalam Declaration on sport yang dikeluarkan UNESCO, dikemukana batasan yang di susun oleh Majelis Internasional Olahraga dan Pendidikan Jasmani (International Council of Sport and Physical Education, ICSPE) sebagai berikut : Setiap aktifitas fisik berupa permainan dan dilakukan dalam bentuk pertandingan, baik melawan unsure-unsur alam, orang lain maupun diri sendiri disebut olahraga.” Selanjutnya dalam deklarasi tersebut dikemukakan tentang sportivitas atau Fair Play, dimana bersikap memandang lawan sebagai kawan bermain. Sportivitas berfungsi memurnikan olahraga dan menjadikan olahraga menjadi alat yang ampuh bagi pendidikan.

Domain kognitif
Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, yang lebih penting lagi adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek kognitif dalam pendidikan jasmani, tidak saja menyangkut penguasaan pengetahuan faktual semata-mata tetapi meliputi pemahaman terhadap gejala gerak dan prinsipnya, termasuk yang berkaitan dengan, landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga serta pengisian waktu luang.

Domain afektif
Domain afektif mencakup sifat- sifat psikologis yang menjadi unsure kepribadian yang kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu dikembangkan tetapi yang lebih penting adalah konsep diri dan komponen kepribadian lainnya, seperti intelegensi emosional dan watak. Konsep diri menyangkut presepsi diri atau penilain seseorang tentang kelebihannya. Konsep diri merupakan fondasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa kelak.
Jadi inplikasi penting dari pendidikan jasmani adalah untuk mengatasi kepentingan social seperti : pengakuan dan menerima peraturan dan norma-norma bersama, belajar bersama,menerima pimpinan. Mengembangkan perasaan kemasyarakatan dan pengakuan terhadap orang lain sebagai pribadi. Belajar bertanggung jawab terhadap yang lain, member pertolongan,perlindungan dan berkorban. Dan belajar mengenal dan mengalami bentuk-bentuk pelepasan lelah secaraaktif untuk pengisian waktu senggang .
• PENGERTIAN
Secara etimologis, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab yaitu “falsafah” dan dari bahasa Inggris “phylosophy” Kedua istilah tersebut berakar dari bahasa Yunani “philosophia” yang memiliki dua unsur kata, yaitu “philein” dan “sophia”. Philein berarti “cinta” dan “sophia” berarti kebijaksanaan. Jadi filsafat atau philosophia “cinta kebijaksanaan”

Beberapa filsuf merumuskan pengertian filsafat sebagai berikut:

• Plato: Filsafat adalah pengetahuan yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli.
• Aristoteles: Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu; metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan).

• Al Farabi: Filsafat adalah ilmu / pengetahuan tentang alam maujud, bagaimana hakikat sebenarnya.
• Rene Descartes: Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana alam, Tuhan, dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
• Immanuel Kant: Filsafat adalah ilmu / pengetahuan yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang di dalamnya tercakup masalah epistemologi (filsafat pengetahuan), yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui. Masalah etika, yang menjawab persoalan apa yang harus kita kerjakan. Masalah ketuhanan (keagamaan), yang menjawab persoalan harapan kita dan masalah manusia.
• Webster: Mendefinisikan filsafat sebagai “love of wisdom” dan sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki fakta, prinsip-prinsip, kenyataan, hakikat, dan kelakuan manusia.

Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
 Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
 Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
 Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.
 Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan manusia.

Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :
 Sebagai dasar dalam bertindak.
 Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
 Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
 Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.

Pengertian pendidikan jasmani
 Istilah pendidikan Jasmani (Physical Education) berasal dari Amerika Serikat, di Indonesia meminjam istilah itu untuk menyebutkan kegiatan yang bersifat mendidik dengan memanfaatkan kegiatan jasmani atau aktivitas fisik, termasuk olahraga.
 Karena itu, seluruh adegan pembelajaran dalam mempelajari gerak dan kecabangan olahraga lebih penting daripada hasilnya. Dengan demikian guru harus memilih metode yang melibatkan anak berinteraksi serta merangsang interaksi antara satu murid dengan murid lainnya

Maka Pada Hakikatnya Pendidikan Jasmani Adalah :

 1) bagian yang tidak dapat dipisahkan dari usaha Pendidikan
 2) program yang memperhatikan perkembangan individual
 3) mengembangkan keseluruhan pribadi anak didik meliputi; organik, neuromuskular, intelektual, dan emosional
 4) kegiatan jasmani yang melibatkan otot-otot besar.

Pengertian Olahraga
 Istilah olahraga dipakai sebagai terjemahan dari “sport”, walaupun makna olahraga yang sebenarnya lebih luas dari pada itu. Dalam kurun waktu thn 60 sampai 80 an, kata olahraga digunakan untuk segala jenis kegiatan fisik; termasuk olahraga aerobik, jantung sehat, lari pagi, dan olahraga pendidikan di sekolah-sekolah.
 Pengertian Olahraga (sport) dalam Declaration on Sport yang dikeluarkan International Council of Sport and Physical Education (ICSPE) dari UNESCO yaitu “setiap aktivitas berupa permainan yang dilakukan dalam bentuk pertandingan melawan orang lain, unsur-unsur alam, maupun diri sendiri”.

Ciri-ciri hakiki olahraga adalah :
 1) Aktivitas fisik
 2) Permainan
 3) Pertandingan atau kompetisi
 4) fair play (sportif)

Filosofis Pendidikan
 1. Pengertian Filsafat
 2. Filsafat Pendidikan
 3. Esensialisme dan Perenialasme
 4. Pendidikan Nasional
1. PENGERTIAN FILSAFAT

 Filsafat merupakan seni berpikir
 Oleh karena itu, Filsafat Olahraga merupakan perenungan akan keterlibatan manusia dalam aktivitas jasmani
 Mengkaji pendidikan jasmani dan olahraga dari berbagai posisi pemikiran filsafat akan mendukung penjelasan dan pemahaman tentang sifat, nilai, tujuan, signifikansi, dan cakupan pendidikan jasmani dan olahraga serta dapat memahami cakupan wilayah studi filsafat atau cabang filsafat (ontologi, epistemology, dan aksiologi) dan aplikasi kajiannya dalam pendidikan jasmani dan olahraga.
 Arti Pendidikan itu sendiri adalah proses yang isinya harus mengarah kepada pembinaan potensi rohaniah.
 Sebab rohaniah adalah sumber potensi bagi semua kreasi manusia yang tercermin di dalam kebudayaan.
 Jadi ada saling keterkaitan yang erat dan tidak mungkin dapat dipisahkan antara Filsafat dengan Penjas dan Olahraga.
Pengaruh dan sumbangsih Ilmu Filsafat pada Penjas dan Olahraga juga memiliki andil yang besar dalam perkembangan Pendidikan Jasmani dan Olahraga, yaitu melahirkan ilmu-ilmu baru yang sangat berkaitan erat dan mendukung kemajuan penjas dan olahraga itu sendiri.

2. FILSAFAT PENDIDIKAN
 Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
 Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
 Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
 Menurut Filsafat pendidikan progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan.
 Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks.
 Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
 Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme moderndan idealisme subjektif .

3. ESENSIALISME DAN PERENIALASME
 Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji ketangguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.
 Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini, jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji.
 Perenialisme berpandangan hahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.

4. PENDIDIKAN NASIONAL
 Pendidikan nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan guna diabdikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya.
 Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa “Pancasila” yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.

Implikasi pragmatisme dalam pendidikan jasmani dan olahraga
Aliran filsafat pragmatisme dalam perkembangannya telah mempengaruhi pemikiran dalam kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga yang meliputi unsur-unsur antara lain sebagai berikut:
A. Kesenjangan antara teori dan prak
• Para pakar olahraga pada dasarnya mengadaptasi pengalaman berbagai penelitian ilmu alam dan ilmu sosial dalam mengembangkan teori atau memecahkan masalah praktis, mereka cenderung memanfaatkan pengalaman empirik sebagai bahan baku penyusunan teori dan untuk mencapai kebenaran.
• Berdasarkan pengalaman-pengalaman terdahulu dan transformasi berbagai bidang ilmu pengetahuan diharapkan dapat diperoleh manfaat yang besar dan dapat digunakan secara praktis serta cocok untuk kemajuan dan perkembangan pendidikan jasmani dan olahraga.
B. Tujuan
 Tujuan pendidikan jasmani adalah pendidikan menyeluruh anak didik. Latihan berpusat pada anak, yaitu anak didik diberikan masalah atau bentuk-bentuk latihan yang menarik untuk dipecahkan oleh setiap individu.
 Guru pendidikan jasmani yang pragmatis di dalam proses pembelajarannya berusaha untuk menciptakan program yang bervariasi, sehingga anak akan berkembang sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
 Pada aktivitas olahraga tujuannya adalah prestasi, sehingga setiap anak dituntut untuk menampilkan kerja motorik yang setinggi-tingginya guna memenangkan pertandingan

C. Pemanduan Bakat
 Dalam pendidikan jasmani pemanduan bakat dipakai untuk mengetahui “entry behavior” dalam menyusun program pembelajaran sehingga berguna dan cocok diterapkan dilingkungan tempat siswa tersebut belajar.
 Pemanduan bakat dalam olahraga bertujuan untuk “memilih atlet yang unggul”, sehingga berguna dalam pencapaian prestasi yang pesat. Atlet yang tidak berbakat atau yang perkembangannya lamban harus ditinggalkan oleh pelatih karena tidak berguna, dan dapat digantikan yang lainnya.

D. Bentuk latihan
 Dalam pendidikan jasmani, bentuk latihannya tidak harus berbentuk pertandingan meskipun motif bertanding ada kalanya dapat dimanfaatkan.
 Jadi bentuk-bentuk latihannya diciptakan secara bervariasi, walaupun ukuran dan bentuk permainannya dimodifikasi atau tidak sesuai dengan pertandingan yang sesungguhnya.

E. Motivasi
 Dalam pendidikan jasmani, pengalaman olahragawan ternama dapat digunakan untuk memotivasi anak didik, dan mengenalkan dunia olahraga yang kemungkinannya sebagai dunia mereka kelak. Dalam olahraga, sekolah dipandang sebagai gudang bibit atlet yang memberi harapan untuk berkembang menjadi olahragawan yang tangguh, diharapkan dapat berguna mengharukan nama bangsa di event-event olahraga internasional

Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Jasmani atau dalam mata pelajaran di Indonesia dikenal dengan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK), seyogyanya PJOK dengan nuansa pedagogis memiliki tujuan menghasilkan kualitas gerak manusia pada peserta didiknya, bukan semata-mata keterampilan gerak untuk tujuan prestasi olahraga sebagaimana yang masih banyak dilaksanakan guru dalam pembelajaran. Hal ini akhirnya bagaimanapun upayanya tidak pernah tercapai usaha tersebut, karena ditempuh hanya dengan tatap muka sekali dalam seminggu. Padahal menurut teori bahwa keterampilan gerak dapat dikuasai jika dilakukan latihan yang berulang-ulang, apalagi untuk kebugaran jasmani bisa diperoleh dengan latihan dan setelah 48 jam harus melakukan latihan kembali. Maka dalam pembelajaran PJOK mustahil diperoleh keterampilan dan kebugaran jasmani, jika guru tidak pernah menerapkan tugas mandiri dan non terstruktur diluar jam pembelajaran.
Pada konsep pembelajaran PJOK sebenarnya penerapan pendekatan scientifik telah lama diterapkan, jika mengacu pada model-model pembelajaran menurut Muska Mosston terutama selain model komando. Karena sekian banyak pemahaman guru PJOK masih mengutamakan tujuan keterampilan olahraga (prestasi), sehingga nilai-nilai pendidikan yang lebih utama sering dikesampingkan. Hal ini yang mengakibatkan kompetensi Inti (Religius, Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan) lebih didominasi pada keterampilan semata yang kurang memperhatikan ranah sikap dan pengetahuan khususnya dasar-dasar kualitas gerak.
Berikut diuraikan pendekatan scientific dalam pembelajaran PJOK sebagai dasar dalam pelaksanaan dalam Kurikulum 2013, diharapkan akan menjadikan peserta didik lebih berkembang kecerdasan majemuknya.
A. Pengertian Pendekatan Scientific
Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan ilmiah atau scientific approach pada proses pembelajaran. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam permendikbud no 81A tahun 2013 meliputi; mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi, mengomunikasikan.
Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘mengapa’. ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’. ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘apa’.
Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran penjasorkes dapat disajikan seperti berikut ini:
1. Mengamati
Mengamati adalah proses mengenal objek melalui penggunaan indra yang dimiliki, misalnya dengan melihat/menonton, mendengarkan, dan membaca. Sehingga peserta didik akan memperoleh konsep awal dan menemukan permasalahan-permasalahan dalam materi yang akan dipelajari. Proses ini juga menyebabkan peserta didik memahami obyek secara nyata, senang, tertantang, dan memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran selanjutnya. Contoh kegiatan mengamati dalam pembelajaran materi pokok sepak bola:
• Mencari dan membaca informasi variasi dan kombinasi teknik teknik permainan sepak bola (mengumpan, mengontrol, menggiring, posisi, dan menembak bola ke gawang) dari berbagai sumber media cetak atau elektronik. Proses pengamatan ini dapat dilakukan sebelum atau sesudah pembelajaran.
• Mengamati pertandingan sepak bola secara langsung dan atau di TV/Video dan membuat catatan tentang variasi dan kombinasi teknik dasar (mengumpan, mengontrol, menggiring, dan menembak bola ke gawang) dan membuat catatan hasil pengamatan, atau
• Bermain sepak bola dan yang lainnya mengamati pertandingan tersebut, dan membuat catatan tentang kekuatan dan kelemahan variasi dan kombinasi (mengumpan, mengontrol, menggiring, posisi, dan menembak bola ke gawang) yang dilakukan oleh temannya selama bermain
2. Menanya
Pada proses ini guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengungkapkan berbagai masalah yang ditemukan pada saat proses pengamatan dengan berbagai bentuk pertanyaan baik yang berkaitan dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan kompetensi yang akan diraihnya.Contoh kegiatan menanya dalam pemainan sepakbola:
• Pertanyaan yang berhubungan dengan afektif: bagaimana jalannya permainan sepakbola bila tidak didukung oleh kerjasama team?
• Pertanyaan yang berhubungan dengan keterampilan: bagaimana jalannya bola jika titik perkenaan bola dengan kaki dirubah (bawah, tengah dan atas bola)?”, apakah jarak titik tumpu berpengaruh terhadap kekuatan menendang bola?, berapakah kekuatan di transfer ke bola sehingga bola sampai pada jarak yang diinginkan?.
• Pertanyaan yang berhubungan dengan kognitif: apa manfaat permainan sepak bola terhadap kesehatan dan otot-otot yang dominan yang dipergunakan dalam permainan sepak bola?
3. Mengumpulkan informasi/eksperimen
Kegiatan mengumpulkan informasi/eksperimen ini merupakan bagian dari kegiatan eksplorasi yaitu untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan terkait dengan pengembangan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Contoh kegiatan eksperimen dalam pemainan sepakbola:
• Mengeksperimenkan bermain sepak bola tanpa kerjasama tim
• Mengeksperimenkan cara menendang dengan merubah titik perkenaan kaki dengan bola secara individual, berpasangan atau berkelompok dalam posisi di tempat dan sambil bergerak dasar fundamental dengan menunjukkan nilai disiplin, menghargai perbedaan, dan kerjasama.
4. Mengasosiasi/menalar
Menalar adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Istilah menalar dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan beragam peristiwa untuk kemudian dijadikan sebagai dasar pembuatan keputusan.Contoh kegiatan menalar dalam pemainan sepakbola:
• Mencari hubungan antara titik perkenaan bola dengan kaki dikaitkan dengan arah gerak bola sehingga mampu memilih alternatif terbaik.
• Mencari hubungan antara jenis tendangan dengan sasaran yang hendak dicapai sehingga mampu memilih alternatif terbaik.
• Mencari hubungan antara permainan sepak bola dengan kesehatan dan kebugaran tubuh.

5. Mengomunikasikan
Mengomunikasikan adalah proses penyajian berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam bentuk penyampaian informasi, peragaan keterampilan, dan sikap dalam pembelajaran atau kehidupan. Contoh kegiatan mengomunikasikan dalam pemainan sepakbola:
• Melakukan permainan sepak bola dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi dengan menerapkan gerak dasar fundamental permainan sepak bola (mengumpan, menghentikan, dan menggiring) serta menunjukkan sikap sportif, kerjasama, bertanggung jawab, menghargai perbedaan, disiplin, dan toleransi selama bermain.
Ilmu adalah suatu kumpulan pengetahuan yang dapat diandalkan dan berguna bagi manusia dalam menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol gejala alam. Sedangkan makna olahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak badan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan. Sedangkan dalam Webster’s New Collegiate Dictonary(1980) yaitu ikut serta dalam aktivitas fisik untuk mendapatkan kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga pertandingan (athletic games di Amerika Serikat). Menurut Cholik Mutohir olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan,dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila. Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulakan ilmu keolahragaan adalah kumpulan pengetahuan yang berguna untuk menjelaskan, meramalkan, mengontrol segala aktivitas yang bertujuan membinan, memelihara atau mengembangkan kegiatan fisik yang ditujukan untuk aktivitas fisik yang untuk mencari prestasi maupun tidak.
Ilmu Pendukung Ilmu Keolahragaan
Pada hakekatnya ilmu keolahragaan tidak dapat berdiri sendiri, tetapi membutuhkan ilmu pengetahuan yang lain untuk bisa diterapkan scara maksimal. Menurut Herbert Haag (1994:52) ada beberapa ilmu pengetahuan yang mendukung ilmu keolahragaan antara lain:
1. Olahraga Kesehatan
a. Definisi Olahraga Kesehatan
Olahraga kesehatan merupakan ilmu olahraga yang bertujuan bertujuan untuk kesehatan, baik ditinjau dari segi usia, kemampuan fisik dan penyakit bawaan seperti penyakit jantung, asma, hepatitis, darah tinggi dan penyakit dalam lainnya. Ilmu kesehatan olahraga berhubungan dengan cedera, pencegahan kecelakaan dalam berolahraga, terapi, dan penelitian-penelitian pengobatan cedera. Dengan ilmu olahraga kesehatan diharapkan dapat memeperbaiki atau mengurangi resiko atau menjadi terapi olahraga bagi orang-orang yang mengidap penyakit dalam dan cedera dalam berolahraga.
b. Hubungan Olahraga dengan kesehatan
Olahraga merupakan aktivitas yang harus dilakukan setiap orang untuk menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh dan psikologi. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Jika Anda ingin memiliki jiwa yang sehat, maka harus punya tubuh yang sehat, hal ini bisa kita lihat ketika kita tidak dalam keadaan sehat, maka kita tidak akan berpikir secara sehat.
2. Biomekanika
a.Definisi Biomekanika
Mekanika adalah merupakan salah satu cari cabang ilmu fisika yang mempelajari gerak dan perubahan bentuk suatu materi yang diakibatkan ganguan mekanik yang disebut gaya. Mekanika adalah cabang ilmu yang tertua dari semua cabang ilmu dalam fisika. Tersebutlah nama-nama seperti Archimides (287-212 SM), Galileo Galilei (1564-1642), dan Issac Newton (1642-1727) yang merupakan peletak dasar bidang ilmu ini. Galileo adalah peletak dasar analisa dan eksperimen dalam ilmu dinamika. Sedangkan Newton merangkum gejala-gejala dalam dinamika dalam hukum-hukum gerak dan gravitasi.
Mekanika teknik atau disebut juga dengan mekanika terapan adalah ilmu yang mempelajari peneraapan dari prinsip-prinpsip mekanika. Mekanika terapan mempelajari analisis dan disain dari sistem mekanik. Biomekanika didefinisikan sebagai bidang ilmu aplikasi mekanika pada sistem biologi. Biomekanika merupakan kombinasi antara disiplin ilmu mekanika terapan dari ilmu-ilmu biologi dan fisiologi. Biomekanika menyangkut tubuh manusia dan hampir semua tubuh mahluk hidup. Dalam biomekanika prinsip-prinsip mekanika dipakai dalam penyusunan konsep, analisis, disain dan pengembangan peralatan dan sistem dalam biologi dan kedoteran.
b. Biomekanika dalam Olahraga
Tidak bisa dipungkiri biomakania sangat berguna untuk mendukung ilmu olah raga. Biomekania mempelajari gerak mekanis dari mahluk hidup, itu artinya ilmu ini menganalisis samua gerakan yang di timbulkan oleh gerakan manusia yg sedang berolahraga dengan tujuan mendapatkan gerakan atau teknik yang efektif dan efisien. Dengan menganalisis gerak pelatih bisa memaksimalkan kemampuan atet yang dibinanya dengan cara menganalisis setiap kesalahan-kesalahan dari tehnik atlet kemudian di betulkan, menganalisis otot apa saja yang dipakai kemudian dilatih agar bisa mendapatkan gerakan-gerakan dan power yang lebih baik.
3. Psikologi Olahraga
a.Defini Psikologi Olahraga
Psikologi secara umum dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang gejala kejiwaan manusia. Sedangkan kejiwaan atau jiwa adalah merupakan sesuatu yang sifatnya abstrak, yang berarti tidak dapat dilihat dan belum dapat diungkapkan secara jelas dan lengkap. Oleh karena itu, untuk mengungkapnya para ahli cenderung untuk mempelajari kejiwaan yang terjelma ke dalam jasmani manusia dalam bentuk perilaku fisik, yaitu segala aktivitas, perbuatan, atau penampilan diri manusia dalam hidupnya. Dengan demikian sebenarnya bahwa perilaku manusia merupakan pencerminan dari kejiwaannya, sehingga psikologi dapat juga dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari tentang perilaku atau tingkahlaku manusia.
Psikologi olahraga adalah merupakah salah satu cabang ilmu yang relatif baru, yaitu merupakan salah satu hasil perkembangan dari psikologi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa sejak akhir abab ke-19 para ahli psikologi telah berusaha menerapkan hasil-hasil penelitian psikologi ke dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya tumbuh dan berkembang apa yang disebut sebagai psikologi terapan (applied psychology) di berbagai bidang, termasuk salah satunya adalah dalam bidang olahraga.
b. Psikologi dalam Olahraga
Ada beberapa Psikologi yang di terapkan dalam Olahraga antara lain:
1) Psikologi Perkembangan
Dalam psikologi perkembangan dikenal interaksi antara bakat dan lingkungan (nature vs nurture). Kalau bakat sudah ditemukan, usaha pencetakan atlet sangat diperlukan. Salahsatunya keberhasilan Korea Selatan atau Jepang dalam olahraga di tingkat dunia jelas menujukan keberhasilan “mencetak atlet”. Pada Negara maju, tentunya dengan pengetahuan yang maju serta di tunjang peralatan canggih, mereka berhasil mengembangkan para etlet sampai ke puncak penampilannya sajajar dengan atlet-atlet dunia lainnya (tentu tidak pada semua cabang olahraga).
2) Psikologi Belajar
Proses belajar menjadi ciri umum dari individu yang sedang tumbuh dan berkembang. Belajar bisa belangsung secara pasif melalui intansi atau secara aktif yang sengaja di buat, diprogramkan atau diintruksikan. Banyak penampilan yang Nampak sekarang ini adalah hasil proses belajar (aktif atau pasif). Proses pembentukan ini banyak mempergunakan dasar dan konsep psikologi belajar.

Dalam usaha mencentak atlet yang baik perlu usaha keras dan berbagai pihak. Pada atlet pemula atau muda usia, peran serta dari keluarga (orang tua) besar sekali, dari minat dan bakat, dari kemampuan teknis sebagai bakat (potensi) yang dimiliki harus bisa di munculkan (aktualisasi) menjadi prestrasi.
3) Psikologi Kepribadian
Aspek kepribadian cukup mendominasi dalam penampilan atlet antara lain motivasi, kecemasan, sifat mudah menyerah, sifat sifat emosional, sifat pemalu,dan masih banyak aspek-aspek kepribadian lainnya, untuk itu pelatih atau guru olahraga harus bisa memahami dan mengerti atlet ataupun anak didiknya agar bisa dikembangkan kearah yang lebih baik
4) Psikologi Sosial
Proses sosialisasi menjadi salah satu aspek yang perlu mendapat pehatian khusus, agar pandangan dan sikap-sikapnya terhadap orang lain tidak menjadi sempit. Kepercayaan diri berkaitan pula dengan pengaruh sekelilingnya. Dalam hal ini yang jelas adalah pengaruh penonton. Penonton adalah sekelompok massa yang bisa menekan perasan atlet, sekalipun dalam hal-hal tertentu dapat menjadi pendorong positif kearah penampilannya yang optimal.Pendekatan psikologi sosial dapat diarahkan untuk mengubah sikap penyesuaian diri serta kepercayaan diri seorang.
5) Psikometri
Penilaian terhadap atlet merupakan usaha untuk menentukan langkah-langkah dalam pembinaan lebih lanjut. Penilaian ini menjadi masalah yang rumit dalam olahraga. Seorang pelatih bolabasket bisa menilai kelemahan-kelemahan atletnya, meskipun penilaian itu tidak selalu sama dengan pelatih lain. Demikian pula pelatih-pelatih dalam cabang lain baik cabang olahaga yang bersifat individu maupun kelompok .
Penggunaan psikometri harus menjadi di kebijaksanaan dan bahkan peraturan sehingga semua hal, yang akan ditentukan mengenai kepribadian atlet dapat dilakukan dengan dasar patokan yang mantap.

4. Pedagogi Olahraga
a. Definisi Pedagogi Olahraga
Pedagogi Olahraga adalah sebuah disiplin ilmu keolahragaan yang berpotensi untuk mengintegrasikan subdisiplin ilmu keolahragaan lainnya untuk melandasi semua praktik dalam bidang keolahragaan yang mengandung maksud dan tujuan untuk mendidik.
Dalam model yang dikembangkan di Universitas Olahraga Moskow, pedagogi olahraga ditempatkan sebagai ”pusat” yang berpotensi untuk memadukan beberapa subdisiplin ilmu dalam taksonomi ilmu keolahragaan, sementara para ahli meletakkan sport medicineyang mencakup aspek keselamatan (safety) dan kesehatan sebagai landasan bagi pedagogi olahraga (Rusli Lutan, 1988; dalam laporan hasil The Second Asia-pasicic Congress Of Sport and Physical Education University President.
Definisi ini sangat banyak mebantu kita untuk memahami bahwa lingkup pedagogi olahraga banyak berurusan dengan segenap upaya yang bersifat mendidik yang sarat dengan misi dalam rangka proses pembudayaan, khususnya transformasi nilai-nilai inti, yang memang, jika disimak secar cermat, bahwa olahraga itu sangat kaya dengan potensi dan kesempatan dalam pembekalan kecakapan hidup.
5. Sosiologi Olahraga
a. Definisi Sosiologi Olahraga
Secara umum, sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat dan proses-proses sosial yang terjadi di dalamnya antar hubungan manusia dengan manusia, secara individu maupun kelompok, baik dalam suasana formal maupun material, baik statis maupun dinamis.
Sosiologi olahraga merupakan ilmu terapan, yaitu kajian sosiologis pada masalah keolahragaan. Proses sosial dalam olahraga menghasilkan karakteristik perilaku dalam bersaing dan kerjasama membangun suatu permainan yang dinaungi oleh nilai, norma, dan pranata yang sudah melembaga. Kelompok sosial dalam olahraga mempelajari adanya tipe-tipe perilaku anggotannya dalam mencapai tujuan bersama, kelompok sosial biasanya terwadahi dalam lembaga sosial, yaitu organisasi sosial dan pranata. Beragam pranata yang ada ternyata terkait dengan fenomena olahraga.
b. Hubungan Ilmu Sosilogi dan Ilmu Olahraga
Dari penjelasan diatas secara gamblang telah dijelaskan sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari proses sosial yang terjadi anatar hubungan manusia dengan manusia, itu artinya ilmu ini sangat dibutuhkan didalam ilmu keolahragaan sebagai panduan untuk bisa bersosialisasi dilapangan. Dengan semakin baiknya sosialisasi maka akan semakin mudah dalam mencapai tujuan dilapangan, baik itu tujuan prestasi maupun tuajuan pemasalan olahraga.
6. Sejarah
a. Definisi sejarah
Sejarah merupakan kajian sistematis dari masa lampau. Sejarah Olahraga dipahami sebagai penerapan ilmu sejarah dalam konteks ilmu keolahragaan sebagai obyek kajian. Sejarah dapat mengajarkan setiap orang untuk memahami masa lalu dan menghubungkannya dengan masa kini dan masa depan. Melalui pemahaman tentang masa lalu, seseorang bisa memahami konteks kekinian dan meramalkan peristiwa yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang.
b. Sejarah dan Olahraga
Seperti penjelasan diatas, sejarah dapat mengajarkan setiap orang untuk memahami masa lalu dan menghubungkannya dengan masa kini dan masa depan. Dengan demikian, pelatih, guru, atlet maupun pelaku olahraga lain diharapkan tidak mengulang kesalahan atau kegagalan diwaktu mendatang, sehingga akan timbul peninggkatan kearah yang lebih baik, baik itu prestasi maupun kemampuan atlet, pelatih ataupun pelaku olahraga yang lain.

7. Filsafat olahraga
a. Definisi Filsafat Olahraga
Filsafat adalah seni berpikir. Oleh karena itu, Filsafat Olahraga merupakan perenungan akan keterlibatan manusia dalam aktivitas jasmani. Mengkaji pendidikan jasmani dan olahraga dari berbagai posisi pemikiran filsafat akan mendukung penjelasan dan pemahaman tentang sifat, nilai, tujuan, signifikansi, dan cakupan pendidikan jasmani dan olahraga serta dapat memahami cakupan wilayah studi filsafat atau cabang filsafat (ontologi, epistemology, dan aksiologi) dan aplikasi kajiannya dalam pendidikan jasmani dan olahraga.
b. Hubungan Ilmu Filsafat dengan Ilmu Keolahragaan
Pengaruh dan sumbangsih Ilmu Filsafat pada Penjas dan Olahraga juga memiliki andil yang besar dalam perkembangan Pendidikan Jasmani dan Olahraga, yaitu melahirkan ilmu-ilmu baru yang sangat berkaitan erat dan mendukung kemajuan penjas dan olahraga itu sendiri. Sebagai salah satu contoh yaitu, dengan filsafat maka dapat membantu menganalisis prinsip-prinsip pendidikan jasmani dan olahraga beserta implikasinya terhadap pengajaran dan pelatiha
Selain beberapa ilmu yang telah disebutkan diatas, Harbert Haag memperkenalkan teori baru tentang ilmu olah raga, antara lain:
1. Informasi Olahraga (Sport Information)
Olahraga merupakan bagian dari kehidupan sosial dan menjadi bagian penting dalam kehidupan. Informasi olahraga sekarang ini sudah sama penting nya dengan informasi dibidang politik, ekonomi dan budaya. Informasi olahraga dapat berupa rekaman pertandingan, buku-buku, catatan-catatan, ataupun rekaman suara yang dapat membantu dalam menggali informasi dalam bidang olahraga. Salah satu manfaat ilmu informasi olahraga ini, dapat membatu pelatih dalam menganalisis kemampuan anak latih maupun calon lawan tanding guna mempersiapan strategi di pertandingan.

2. Olahraga Politik (Sport Politics- Political Science and Sport)
Olahraga merupakan subsistem dari masyrakat terkait erat dengan strategi dalam politik. Di satu sisi politik dapat membantu dalam perkembangan olahraga, tetapi disisi lain olahraga sering disalahgunakan dalam ilmu berpolitik. Olahraga politik berfungsi sebagai istilah untuk setiap tindakan olahraga yang berorientasi individu publik maupun institusi. Olahraga dapat membatu mempererat hubungan dalam negeri maupun luar negeri suatu negara dengan cara pertandingan nasional maupun internasional.
3. Hukum olahraga (Sport Science- Science of Law and Sport)
Olahraga merupakan bagian dari masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya pengaruh undang-undang dan peraturan tergantung pada tingkatan suatu organisasi olahraga tersebut. Tingkat regulasi tinggi dalam olahraga profesional yang akan menurun pada olahraga di lembaga pendidikan, klub olahraga, olahraga komersial, olahraga yang tidak berinstitusi. Dengan ada nya ilmu hukum olahraga dapat mengurangi tingkat kecurangan-kecurangan di dunia olahraga. Di dunia olahraga profesional jika tidak ada nya hukum olahraga ini, maka dunia olahraga akan kacau balau seperti perpindahan pemain yang sembarangan, penunggakan-penunggakan gaji atlet dan masih banyak lagi kecurangan lainnya, untuk itulah adanya hukum olahraga yang mengatur jalannya kehidupan olahraga.
4. Teori Tentang Fasilitas dan perlengkapan olahraga (Theory of Sport Facilities and Sport Equpment)
Ilmu ini mempelajari dan meneliti fasilitas dan pelengkapan yang digunakan oleh atlet. Dengan ilmu ini perkembangan dunia oalahraga menjadi begitu pesat. Ilmu ini meneliti dan merefisi alat dan fasilitas olahraga supaya dapat mendukung memaksimalkan kemapuan atlet, sebagai contoh MichaelPhelps pernang asal Amerika serikat yang mendapat lima emas di Olimpiade Beijing tahun 2008 yang memakai baju renang berteknologi tinggi buatan speedo.
5. Pemasaran Olahraga ( Sport Economic)
Ilmu ini mempelajari olahraga dari segi ekonomi nya, yang membuat olahraga menjadi salah satu industri terbesar di dunia. Kemajuan suatu negara bisa di lihat dari maju atau tidak nya industri olahraga di negara tersebut. Di negara-negara maju seperti Amerika, olahraga merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakatnya karena merupakan sarana hiburan yang sangat diminati oleh masyarakat. Industri olahraga sendiri merupan lembaga-lembaga hukum yang mandiri yang tidak menggantungkan hidup dari subsidi pemerintah. Industri Olahraga seperti NBA, NFL, MLB, ataupun NHL mereka menggantungkan hidup dari pembelian tiket, pembelian hak siar, iklan, jual beli pemain, dan penjualan cendera mata.
A. Gerak sebagai Unsur Pokok Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang berarti aktivitas jasmani sebagai obyek kajian dari pendidikan jasmani, melalui aktivitas jasmani inilah tujuan pendidikan dapat dicapai. Aktivitas jasmani berpusat pada gerak manusia, oleh karena itu guru pendidikan jasmani haruslah memahami sungguh mengenai gerak manusia sebagai titik sentral pendidikan jasmani sehingga diharapkan dapat membantu peserta didik dapat bergerak secara efektif dan efesien serta aman dalam melakukannnya.
Gerak secara umum diartikan sebagai suatu perubahan posisi dalam ruang dan waktu, sedang gerak manusia adalah perubahan posisi tubuh dalam ruang atau terhadap bagian tubuh lainnya. Dalam pola gerak yang baik melibatkan tiga komponen gerak yaitu gerak berkenaan sikap tubuh, dengan transport, dan dengan tangan. Komponen sikap tubuh dan transport adalah pola gerak yang berkenaan dengan gerakan untuk melawan gaya tarik bumi, sedang tangan berkenaan dengan pola gerak khusus.
Tujuan
Tujuan dari Pendidikan Olahraga bisa kita ketahui dari tujuan olahraga itu sendiri yaitu :
a. Peningkatan
Meskipun orang itu bebas penyakit belum tentu orang iti sehat,dengan mengukur beban latihan yang di berikan pada seseorang,maka kebugaran dapat di klasifikasi menjadi sangat kurang,latihan fisik yang teratur dan terukur di sertai gizi yang cukup akan meningkatkan kebugaran seseorang.kebugaran ini di tandai olah daya tahan jantung,otot,kelenturan tubuh,komposisi tubuh, kecepatan gerak, kelincahan, denyut nadi. latihan slalu di monetor [periksa] agar tidak melebihi denyut yang di perbolehkan antara 72-87% dari denyut yang maksimal.
b. Pencegahan
Olahraga dapat mencegah dampak negatif dari hopokenisia[kurang gerak], memperlambat proses penuaan, memperlancar proses kelahiran pada wanita kehamilan.
c. Pengobatan
Membantu proses penyambuhan pada penyakit jantung,kencing manis, rematik, asma, kropos tulang, dll. peredaran darah orang yang berolahraga lebih lancar, sehingga racun yang menumpuk di tubuh cepat di keluarkan.
d. Pemulihan
Penyandang cacat,kerusakan otak,tuna rungu,epilepsi dll membutuhkan olahraga yang sesuai dengan keadaan yang di penderita,apabila penyandang cacat ini tidak melakukan olahraga maka cacatnya akan bertambah karena terjadi kekurangan gerak,otak menjadi lemah sehingga mudah timbul penyakit-penyakit,jantung,ginjal,saluran darah,dll selain itu olahraga bagi penyandang cacat juga sangat di perlukan untuk menghilangkan anggapan masyarakat bahwa mereka tidak mampu berbuat apa-apa.
Ada tiga faktor yang berpengaruh dalam melakukan gerak secara baik yaitu:
(1) faktor unjuk kerja jasmani,
(2) faktor struktural,
(3) faktor psikologis.
Faktor unjuk kerja jasmani merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam aktivitas jasmani dan olah raga. Faktor ini terdiri dari pertama yaitu faktor yang mendasari semua gerak atau faktor unjuk kerja jasmani seperti: kekuatan, kecepatan,daya ledak, keseimbangan, kelentukan, daya tahan, ketepatan, kelincahan, koordinasi,dan kekebalan. Kedua adalah faktor aktivitas universal atau kemampuan gerak dasar yang terdiri dari gerak lokomotor, non lokomotor, dan manipulasi. Ketiga adalah gerak khusus yang diperoleh melalui latihan yang intensif dan merupakan keterampilan yang spesifik.
Faktor strukural berkenaan dengan sikap/tipe tubuh, berat badan, tinggi badan, bentuk dan struktur tubuh. Faktor- faktor ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan seseorang. Sedang faktor yang ketiga adalah faktor psikologis meliputi: kecerdasan,perhatian, motivasi, kemauan, keinginan, minat, keberanian, kecemasan, ketakutan,emosi, keuletan, daya juang dsb. Faktor psikologis ini juga berpengaruh terhadap aktivitas jasmani seseorang.
Secara khusus Singer menyatakan bahwa keberhasilan gerak seseorang dipengarui oleh faktor- faktor pribadi yang meliputi:
(1) karakteristik jasmani,
(2) kemampuan gerak,
(3) rasa aman,
(4) kemampuan perceptual,
(5) kecerdasan dan emosi.

Sedang materi pendidikan jasmani yang tercantum dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan dari tingkat pendidikan dasar sampai sekolah menengah tingkat atas terdiri dari tujuh komponen atau bidang yaitu:
1. Permainan dan olahraga.
2. Aktivitas pengembangan
3. Senam
4. Aktivitas ritmik
5. Aquatik
6. Aktivitas luar kelas
7. Kesehatan

B. Pendidikan Jasmani sebagai Disiplin Ilmu
Suatu pengetahuan dapat dipandang sebagai suatu ilmu apabila mempunyai ciri- ciri tertentu dan dilaksanakan secara penuh disiplin dan konskuen. Ciri- ciri tersebut adalah ontologi, epistimologi dan aksiologi. Ontologi yang berarti ilmu tersebut mempunyai obek kajian yang jelas dan belum digarap oleh ilmu lain, dalam hal ini sebagi obyek kajian pendidikan jasmani adalah gerak manusia. Sedang epistimologi bahwa ilmu tersebut dibentuk dan disusun melalui kajian teori yang berdasarkan logika atau penalaran tertentu. Ciri yang ketiga adalah aksiologi yang berarti ilmu tersebut bermafaat untuk kehidupan manusia pada umumnya.
Menurur Frost satu disiplin adalah satu cabang pengetahuan yang diteliti dan diajarkan semata- mata untuk dapat lebih banyak mengetahuinya, yang terdiri dari fakta, asas dan teori yang telah diakui kebenarannya atau telah didukung oleh banyak bukti.
Foshay mendiskusikan tiga kriteria disiplin yaitu:
(1) untuk ada sebuah disiplin antara lain ada kesepakatan dari orang yang terkait mengenai ranah tersebut,
(2) anggota dari satu disiplin menyepakati satu perangkat peraturan yang diaplikasikan dalam kegiatan ilmiah untuk menciptakan pengetahuan dalam bidang yang diselidiki
(3) dalam berbagai disiplin, sejarah dari disiplin itu penting.
Sedang Nixon menyatakan ada 7 unsur yang menonjol dari criteria disiplin yaitu:
(1) satu disiplin mempunyai ranah ranah yang dapat diidentifikasi, ia mengajukan pertanyaan yang vital, ia berhubungan dengan tema yang bermakna, satu lingkup penelitian yang khusus, satu pusat inti perhatian, ia mempunyai titik permulaan yang pasti, dan ia memiliki tujuan yang dinyatakan,
(2) satu disiplin diberi cirri karena memiliki satu sejarah yang lingkupnya luas,
(3) satu disiplin berakar pada satu struktur yang mantap, ia memiliki satu struktur konseptual yang khas, ia terdiri dari hubungan konseptual dan juga hubungan dengan fakta.,
(4) satu disiplin mempunyai integritas yang khas dan kualitas,
(5) satu disiplin dikenal dari prosedur dan metode yang digunakan, ia menggunakan alat intelektuyal dan konseptual dan juga alat teknis dan mekanis, ia mematuhi satu perangkat peraturan,

(6) satu disiplin dikenal sebagai proses dan juga hasil ( pengetahuan, asas, generakisai atau penyamarataan ),
(7) satu disiplin tergantung pada bahasa yang cermat dan tepat, untuk dapat berkomunikasi secara tepat dan hati- hati baik dengan teman sesame anggota disiplin maupun orang luar.
Dari uraian di atas telah jelas mengenai pengertia disiplin akademik atau ilmu,apakah pendidikan jasmani term asuk dalam suatu disiplin ilmu atau tidak belum terjawab.
Para pakar berpendapat bahwa satu disiplin ilmu harus mempunyai tubuh pengetahuan. Tubuh pengetahuan dari pendidikan jasmani adalah bagian dari pengetahuan yang berasal dari banyak disiplin yangterjalin menjadi satu unit yang terintegrasi dan berhubungan dengan pendidikan jasmani. Tubuh pengetahuan pendidikan jasmani berasal dari disiplin biologi, antropologi, sosiologi, psikologi, filosofi, fisika, dan disiplin lainnya. Sehingga disiplin pendidikan jasmani dapat dikatakan bersifat antar disiplin dan silang disiplin. Antar disiplin berarti disiplin itu berlandaskan pada pengetahuan yang diambil dari beberapa disiplin lain seperti anatomi, fisiologi, psikologi. Sedang silang disiplin mengandung pengertian bahwapendidikan jasmani juga memusatkan pada aspek disiplin lain seperti fisilogi latihanadalah salah satu aspek dari fisiologi, psikologi pendidikan jasmani adalah satu aspek dari psikologi dsb.

C. Pendidikan Jasmani sebagai Profesi
Suatu pekerjaan dapat dikatakan sebagi suatu profesi apabila memenuhi syarat- syarat tertentu, jadi tidak semua pekerjaan termasuk profesi. Apakah pendidikan jasmani termasuk salah satu profesi? Frost berpendapat bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang mensyaratkan pengetahuan khusus, pendidikan khusus yang relative lama dan intensif, satu filosofi komitmen dan pelayanan, standard perilaku serta pencapaian hasil yang tinggi. Pendidikan profesi berusaha menyiapkan individu sebagai tenaga yang berkompeten, berpengetahuan, terampil, melalui media kurikulum dan memiliki kesungguhan untuk bekerja, menekankan pada pelayanan dari pada imbalan yang berujud materi atau bentuk lain.
Menurut Undang- undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standard mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Sedang menurut Snyder cirri profesi adalah :
1. Berdasarkan satu kumpulan asas yang telah terbukti secara ilmiah.
2. Waktu pendidikan relatif lama baik umum maupun khusus.
3. Dari pendidikan tinggi terakreditasi, memberi gelar akademik dan professional
4. Praktik profesi diatur Negara dalam bentuk lisensi atau ijin praktik.
5. Perilaku anggota diatur oleh ikatan profesi dank ode etil profesi.
6. Tujuan profesi di atas kesenangan pribadi.
7. Anggota profesi terbuka dan berbagi dengan orang lain (pengalaman/penelitian).
8. Berpedoman pada asas pelayanan kemanusiaan.
9. Keberlangsungannya tergantung kerja keras, studi tanpa henti dan kegiatan ilmiah.
Apabila persyaratan profesi tersebut di atas diterapkan dalam pekerjaan guru maka pekerjaan guru termasuk dalam suatu profesi termasuk guru pendidikan jasmani. Sebab guru pendidikan jasmani telah menempuh pendidikan yang relative lama dari umum maupun khusus, mempunyai ikatan profesi guru, dan mempunyai kode etik guru, memiliki akta mengajar sebagai bukti ijin praktik/ lisensi dari negara, kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesinambungan profesinya oleh karena itu guru pendidikan jasmani merupakan salah satu profesi yang ada di dunia pendidikan pada umumnya dan di Indonesia khususnya.
Seperti batasan guru menurut UU No 14 Thn 2005 Bab I pasal 1 yang berbunyi Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
D. Pendekatan-Pendekatan Dalam Pembelajaran Penjas
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach) .
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :

1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4.Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha
Berikut ada beberapa pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran penjas
A.Pendekatan Reflektif .
Pendekatan reflektif merupakan pengabungan metode atau model pembelajaran yang biasa juga dikatakan bahwa pendekatan alternatif karena guru dituntut untuk bagaimana mencari atau melihat perbedaan karakter siswa secara keseluruhan.
Pendekatan reflektif juga menekankan kreativitas penumbuhan kondisi pembelajaran yang kondusif melalui penerapan berbagai keterampilan pengajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Guru yang reflektif selalu melakukan penilaian terhadap lingkungan sekitar dalam upaya mengidentifikasi rencana proses pengajarannya. .
Praktek pembelajaran reflektif adalah bagian dari proses pembelajaran yang mengatakan bahwa saya menjadi sadar akan pengalaman sebelumnya. Dan pendekatan reflektif juga mendorong peserta didik untuk berfikir kreatif, mempertanyakan sikap dan mendorong kemandirian belajar

B. Pendekatan Modifikasi Olahraga .
Pendekatan modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru agar proses pembelajaran dapat mencerminkan DAP.” Developentally Appropriate Practice” (DAP). Artinya bahwa tugas ajar yang disampaikan harus memerhatikan perubahan kemampuan atau kondisi anak, dan dapat membantu mendorong ke arah perubahan tersebut. Esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya.Modifikasi pembelajaran pendidikan jasmani dianggap penting untuk diketahui oleh para guru pendidikan jasmani. Diharapkan dengan mereka dapat menjelaskan pengertian dan konsep modifikasi, menyebutkan apa yang dimodifikasi dan bagaimana cara memodifikasinya, menyebutkan dan menerangkan beberapa aspek analisis modifikasi. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi lebih terampil.
Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktivitas pembelajarannya yang diberikan guru mulai awal hingga akhir pelajaran. Selanjutnya guru-guru pendidikan jasmani juga harus mengetahui apa saja yang bisa dan harus dimodifikasi serta tahu bagaimana cara memodifikasinya.

C.Pendekatan Berbasisi Masalah .
Pendekatan berbasis masalah merupakan pendekatan yang dimana seorang guru memberikan kesempatan anak untuk berpikir analisis, dan kritis melalui latihan lalu memecahkan masalah yang didapat dan didasarkan pada dunia nyata anak.
D. Pendekatan Inquiry & discovery .
Pendekatan ini merupakan proses pembelajaran yang melakukan sendiri (menemukan sendiri) sedangkan Discovery adalah suatu pendekatan yang dimana guru mendorong siswa untuk mengalami dan melakukan percobaan menemukan jati diri berdasarkan pengalaman dalam dunia nyata.
Menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.
Seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri .
Mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian proses mental.
E.Pendekatan Partisipatorik .
Pendekatan ini menuntut guru dimana untuk menjadi fasilitator dan menuntuk guru sebagai: .
– Menekankan keterlibatan peserta didik secara penuh.
– Pendidik dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar
– Peserta didik dianjurkan sebagai subjek belajar
– Mendorong tumbuh dan berkembangnya jiwa demokrasi serta kemampuan mengemukakan dan menerima pendapat.

F. Pendekatan Kooperatif .
Kooperatif itu adalah merupakan pelaksanaan pembelajaran yang saling berinteraksi satu sama lain dimana pembelajaran tergantung pada ahli dalam kelompok .Pendekatan kooperatif merupakan pembelajaran secara sadar dan sisitematis yang sili asa. Silih asi dan silih asu. Antara siswa sebagai latihan hidup dalam masyarakat Nyata .
Ada beberapa tahap dalam model pendekatan kooperatif yaitu Pembentukan, Pengaturan, Perumusan dan Penyerapan
G. Pendekatan Berbasis Proyek .
Menurut Thomas 2001 Dkk mengatakan bahwa penjaran berbasis proyek atau sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif yang menekankan belajar kontestual melalui kegiatan-kegiatan yang kontes.
H.Pendekatan Scaffolding .
Pendekatan scaffolding merupakan pembelajaran yang berjenjang dan sistematis dan memungkinkan peserta didik untuk mendapat keterampilan baru atau diluar kemampuannya.
I. Gerak Dasar Dalam Pendidikan Jasmani
Menurut Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000 : 73) ruang lingkup pendidikan jasmani salah satunya adalah pembentukan gerak, yang meliputi keinginan untuk bergerak, menghayati ruang waktu dan bentuk termasuk perasaan irama, mengenal kemungkinan gerak diri sendiri, memiliki keyakinan gerak dan perasaan sikap (kinestetik) dan memperkaya kemampuan gerak.
Sedangkan menurut Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra (2000: 20) “kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa siswa lakukan guna meningkatkan kualitas hidup”.
Selanjutnya masih menurut Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra (2000: 20) menyatakan bahwa kemampuan gerak dasar dibagi menjadi tiga kategori yaitu :
1. Kemampuan locomotor
Kemampuan locomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau untuk mengangkat tubuh ke atas seperti lompat dan loncat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan, berlari, skipping, melompat, meluncur dan lari seperti kuda berlari (gallop).

2. Kemampuan non locomotor
Kemampuan non locomotor dilakukan di tempat. Tanpa ada ruang gerak yang memadai kemampuan non locomotor terdiri dari menekuk dan meregang, mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat dan memutar, mengocok, melingkar, melambungkan dan lain-lain.
3.Kemampuan manipulatif
Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak tengah menguasai macam-macam objek. Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh kita juga dapat digunakan. Manipulasi objek jauh lebih unggul daripada koordinasi mata-kaki dan tangan-mata, yang mana cukup penting untuk item : berjalan (gerakan langkah) dalam ruang. Bentuk-bentuk kemampuan manipulatif terdiri dari:
a) Gerakan mendorong (melempar, memukul, menendang).
b) Gerakan menerima (menangkap) objek adalah kemampuan penting yang dapat diajarkan dengan menggunakan bola yang terbuat bantalan karet (bola medisin) atau macam : bola yang lain.
c) Gerakan memantul-mantulkan bola atau menggiring bola.
Sedangkan menurut Sukintaka (1992: 11) gerak dasar dibagi tiga bentuk gerakan yaitu :
1.Lokomotor: jalan, lari, loncat, lompat dn jengket. Gerak kombinasi: bercongklang (“gallop”) meluncur, menggeser ke kanan atau ke kiri, memanjat dan berguling.
2.Nir lokomotor: mengulur, menekuk, mengayun, bergoyang, berbelok, berputar, meliuk, mendorong, mengangkat dan mendarat.
3.Manipulatif: mendorong, memukul, memantul, melempar, menyepak serta mengguling, menerima, menangkap dan menghentikan.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan gerak dasar ada tiga jenis yaitu lokomotor, non lokomotor dan manipulatif. Kemampuan gerak merupakan keterampilan yang penting di dalam kehidupan sehari-hari maupun di dalam pendidikan jasmani. Dengan kata lain kemampuan gerak dasar harus dimiliki oleh anak, karena gerak merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk melaksanakan kehidupan sehari-hari.

A. Latihan dan trinning dalam Penjas dan Olahraga
Olahraga merupakan salah satu yang harus dilaksanakan jika seseorang ingin sehat, olahraga dalam era sekarang telah menjadi gaya hidup atau kebutuhan masyarakat banyak, namun masih banyak yang belum mengetahui bagaimana cara berolahraga yang baik dan bagaimana memilih olahraga yang baik. Dalam melakukan olahraga yang baik harusnya dibuat sebuah program latihan yang harus terencana sehingga dapat mendapatkan hasil yang maksimal. Program latihan setiap golongan umur tentunya berbeda-beda disesuaikan dengan kemampuan fisik dan tujuan dalam berolahraga.
Kesehatan olahraga sudah mulai dikenal di dalam masyarakat dan telah menjadi salah satu gaya hidup mereka untuk menjaga kesehatan bahkan untuk menyembuhkan sebuah penyakit yang sudah lama dirasakan dengan program yang terencana dan FITT (Frekuensi, Intensitas, Time dan Type) yang baik karena penentuan FITT sangat berguna dalam berolahraga.
Olahraga kesehatan sangat berbeda dengan olahraga prestasi. Banyak yang tidak mampu membedakan antara olahraga kesehatan dan olahraga prestasi, olahraga kesehatan dan olahraga prestasi berbeda, hal yang mendasar yang sangat berbeda adalah intesitasnya, intensitas perbedaan antara olahraga prestasi dan olahraga kesehatan mempunyai patokan intensitas yang jelas.
Olahraga kesehatan mempunyai ciri ciri diantaranya : gerakan yang mudah, intensitasnya sub-maksimal dan yang jelas tidak dipertandingkan, olahraga kesehatan ini harus homogen serta gerakan dari olahraga kesehatan tidak boleh ada unsur eksplosif yang maksimal, serta emosional.

1. Definisi Latihan
”Training is usually defined as systematic process of long duration, repetitive, progressive exercises, having the ultimate goal of improving athletic performance” (Bompa, 1994). Latihan didefinisikan sebagai suatu proses sistematis yang dilakukan dalam jangka waktu panjang, berulang-ulang, progresif, dan mempunyai tujuan untuk meningkatkan penampilan fisik (Bompa, 1994). Latihan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yang dapat mengandung beberapa makna seperti: practice, exercises, dan training. Pengertian latihan yang berasal dari kata practise adalah aktivitas untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya (Sukadiyanto, 2002).
Latihan yang berasal dari kata training adalah penerapan dari suatu perencanaan untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Latihan itu diperoleh dengan cara menggabungkan tiga faktor yang terdiri atas intensitas, frekuensi, dan lama latihan. Walaupun ketiga faktor ini memiliki kualitas sendiri-sendiri, tetapi semua harus dipertimbangkan dalam menyesuaikan kondisi saat latihan (Sukadiyanto, 2002).
Latihan akan berjalan sesuai dengan tujuan apabila diprogram sesuai dengan kaidah-kaidah latihan yang benar. Program latihan tersebut mencakup segala hal mengenai takaran latihan, frekuensi latihan, waktu latihan, dan prinsip-prinsip latihan lainnya. Program latihan ini disusun secara sistematis, terukur, dan disesuaikan dengan tujuan latihan yang dibutuhkan (Sukadiyanto, 2002).

2. Definisi Training
Latihan yang berasal dari kata training adalah penerapan dari suatu perencanaan untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Latihan itu diperoleh dengan cara menggabungkan tiga faktor yang terdiri atas intensitas, frekuensi, dan lama latihan. Walaupun ketiga faktor ini memiliki kualitas sendiri-sendiri, tetapi semua harus dipertimbangkan dalam menyesuaikan kondisi saat latihan (Suharjana, 2007).

3. Definisi Exercise
Pengertian latihan yang berasal dari kata exercises adalah perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan geraknya. Exercises merupakan materi latihan yang dirancang dan disusun oleh pelatih untuk satu sesi latihan atau satu kali tatap muka dalam latihan, misalnya susunan materi latihan dalam satu kali tatap muka pada umumnya berisikan materi, antara lain: (1) pembukaan/pengantar latihan, (2) pemanasan (warming-up), (3) latihan inti, (4) latihan tambahan (suplemen), dan (5) cooling down/penutup (Suharjana, 2007).

4. Komponen Kebugaran Jasmani
Komponen-komponen kebugaran jasmani perlu dimengerti oleh setiap orang dimana komponen memiliki ciri tersendiri yang berfungsi pokok pada kebugaran jasmani seseorang, agar dapat dikatakan kondisi fisiknya baik atau kebugaran jasmaninya lebih baik, maka status setiap komponen kondisi fisiknya juga harus dalam keadaan baik. Komponen-komponen kesegaran jasmani terdiri atas: Kekuatan dan daya tahan otot, daya tahan respirasi-kardiovaskular, tenaga otot, kelentukan, kecepatan, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, dan ketepatan (Djoko, 2004). Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan memiliki empat komponen dasar yaitu meliputi (Djoko, 2004):
1. Daya tahan paru jantung, kemampuan paru jantung mensuplai oksigen untuk kerja otot dalam jangka waktu yang lama.
2. Kekuatan dan daya tahan otot
a. Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk melawan beban dalam satu usaha.
b. Daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan serangkaian kerja dalam waktu yang lama.
3. Kelentukan adalah kemampuan persendian secara leluasa.
4. Komposisi tubuh adalah perbandingan berat tubuh berupa lemak dengan berat tubuh tanpa lemak yang dinyatakan dalam persentase lemak tubuh.
Komponen-komponen kebugaran jasmani dibagi menjadi dua macam yaitu kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan dan kebugaran yang berkaitan dengan performa (Djoko, 2004).

5. Kesegaran Jasmani yang Berhubungan dengan
Kesehatan (Health Related Fitness)
Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan (health related fitness) meliputi (Indarto, 2008):
1. Daya tahan jantung-paru
Daya tahan jantung-paru adalah kemampuan jantung untuk memompa darah dan paru-paru untuk melakukan respirasi (exhale dan inhale) dan kerja kontraksi otot dalam waktu yang lama secara terus menerus tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan segara pulih asal dalam waktu yang singkat. Daya tahan jantung paru sangat penting untuk menunjang kerja otot dengan mengambil oksigen dan menyalurkannya ke seluruh jaringan otot yang sedang aktif sehingga dapat digunakan untuk proses metabolisme tubuh. Kemampuan jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada waktu kerja dalam mengambil O2 secara maksimal (VO2 maks) dan menyalurkannya keseluruh tubuh terutama jaringan aktif sehingga dapat digunakan untuk proses metabolisme tubuh. Pengukuran daya tahan jantung-paru dapat dilakukan melalui test lari 2,4 Km (12 menit), Bangku Harvard test, dan Ergocycles test. Klasifikasi daya tahan adalah sebagai berikut :
a. Daya tahan aerobik/aerobic endurance; sistem pengerahan energi (menghirup, menyalurkan, dan menggunakan untuk kontraksi otot) dengan menggunakan oksigen. Kebugaran aerobik dibutuhkan oleh siapapun yang melakukan aktivitas dalam waktu yang lama dan terus menerus, lebih khusus lagi bagi peserta didik yang diarahkan untuk mengambil spesialisi cabang olahraga atletik nomor lari jarak menengah hingga marathon. Tingkat kebugaran aerobik dipengaruhi oleh faktor-faktor keturunan, jenis kelamin, usia, lemak tubuh, tingkat aktivitas.
b. Daya tahan anaerobik/anaerobic endurance; adalah merupakan istilah untuk menyebut cara kerja otot dalam waktu yang relatif singkat tanpa menggunakan oksigen (Indarto, 2008).

1. Daya tahan otot
Daya tahan otot adalah kapasitas sekelompok otot untuk melakukan kontraksi yang beruntun atau berulang-ulang terhadap suatu beban sub-maksimal dalam jangka waktu tertentu. Daya tahan otot bermanfaat untuk mengatasi kelelahan. Pengukuran daya tahan otot dilakukan melalui Push up test, Sit up test (Indarto, 2008).

2. Kekuatan otot
Kekuatan otot adalah tenaga, gaya atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Seseorang mungkin memiliki kekuatan pada bagian otot tertentu namun belum tentu memiliki pada bagian otot lainnya. Pada pengukuran kekuatan otot, yang diukur adalah kekuatan kontraksi volunter maksimal (maximal voluntary contraction-MVC), di mana kekuatan otot harus maksimal dan kontraksi tidak terjadi akibat rangsangan eksternal tetapi benar-benar secara suka rela (volunter atau voluntary). Kekuatan otot dapat diukur menggunakan dinamometer. Klasifikasi kekuatan dibagi menjadi :
a. Kekuatan maksimum (maximum strength); kekuatan ini memiliki ciri jika seseorang hanya mampu mengangkat sekali saja beban yang diberikan dan tidak mampu mengangkat lagi tanpa beristirahat terlebih dahulu, atau dalam istilah kebugaran biasa disebut sebagai 1 RM (1 repetition maximum). Pengetahuan mengenai 1 RM ini akan sangat membantu untuk dapat mengembangkan tipe kekuatan yang lainnya (kekuatan yang cepat (elastic/speed strength) dan daya tahan kekuatan (strength endurance)).
b. Kekuatan yang cepat (elastic/speed strength); tipe kekuatan ini memiliki ciri jika seseorang mampu mengangkat beban dalam jumlah yang besar dengan segera (dalam satuan waktu yang kecil). Dalam istilah yang lebih umum kecepatan ini dapat juga disebut daya ledak (explosive power).
c. Daya tahan kekuatan (strength endurance); tipe kekuatan ini memiliki ciri jika seseorang mampu mengangkat beban dalam jumlah yang besar berulang-ulang dalam waktu yang lama (Indarto, 2008).
3. Kelentukan (flexibility)
Kelentukan (flexibility) adalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerak melalui ruang gerak sendi atau ruang gerak tubuh secara maksimal tanpa dipengaruhi oleh suatu paksaan atau tekanan. Kelentukan gerak tubuh pada persendian tersebut, sangat dipengaruhi oleh : elastisitas otot, jenis sendi, struktur tulang, jaringan sekitar sendi, tendon dan ligamen di sekitar sendi serta kualitas sendi itu sendiri. Terkait dengan kesehatan, maka kelentukan merupakan salah satu parameter atau tolok ukur kesembuhan akibat cedera dan penyakit-penyakit sistem muskuloskeletal. Puncak kelenturan terjadi pada akhir masa pubertas. Kelentukan penting pada setiap gerak tubuh karena meningkatkan efisiensi kerja otot dan dapat mengurangi cedera (orang yang kelenturannya tidak baik cenderung mudah mengalami cedera). Pengukuran kelentukan dilakukan dengan melakukan Duduk tegak depan (Sit and reach Test) Flexometer (Indarto, 2008).

4. Komposisi tubuh (body composition)
Komposisi tubuh (body composition) adalah persentase (%) lemak dari berat badan total dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Digambarkan dengan berat badan tanpa lemak dan berat lemak. Berat badan tanpa lemak terdiri dari massa otot, tulang dan organ-organ tubuh. Masing-masing unsur tersebut memiliki komposisi sebagai berikut :
 Massa otot : 40 – 50%
 Tulang : 16 – 18%
 Organ-organ tubuh : 29 – 39%

Komposisi tubuh memberi bentuk pada tubuh. Pengukuran dilakukan melalui Skinfold callipers, IMT, IMT = (Berat Badan Dalam kg : Tinggi Badan Dalam M2) (Indarto, 2008).

6. Kesegaran Jasmani yang Berhubungan denganKeterampilan (Skill Related Fitness)
1. Kecepatan (speed)
Kecepatan (speed) adalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Tipe kecepatan adalah sebagai berikut :
a. Kecepatan siklis, jika pergerakan merupakan pengulangan satu bentuk keterampilan yang sama, biasanya digunakan untuk menempuh jarak tertentu dalam waktu yang kecil, contoh dari keterampilan tersebut adalah berlari, berenang, dan bersepeda.
b. Kecepatan asiklis, jika pergerakan merupakan bentuk keterampilan yang berbeda-beda dan berubah-ubah sesuai dengan tujuan dari keterampilan tersebut, biasanya digunakan dalam permainan dan penggunaan berbagai peralatan. Keterampilan dilakukan dalam waktu yang kecil (Indarto, 2008).

2. Kecepatan reaksi (reaction speed)
Kecepatan reaksi (reaction speed) adalah waktu yang diperlukan untuk memberikan respon kinetik setelah menerima suatu stimulus atau rangsangan. Rangsangan (stimulus) untuk bereaksi tersebut dapat bersumber dari: pendengaran, pandangan (visual), rabaan maupun gabungan antara pendengaran dan rabaan. Contoh mudah dari kecepatan tipe ini adalah tendangan balasan pada olahraga pencak silat (tarung) (Indarto, 2008).

3. Daya ledak (power)
Daya ledak (power) disebut juga sebagai kekuatan eksplosif (Indarto, 2008). Power menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang dinamis dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran kekuatan otot yang maksimal dalam waktu yang secepat-cepatnya. Batasan yang baku yaitu: power merupakan hasil perkalian antara gaya (force) dan jarak (distance) dibagi dengan waktu (time) atau dapat juga power dinyatakan sebagai kerja dibagi waktu (Indarto, 2008). Dengan demikian tes yang bertujuan untuk mengukur power seharusnya melibatkan komponen gaya, jarak, dan waktu.
Power dibagi menjadi dua, yaitu power siklik dan asiklik. Pembedaan jenis ini dilihat dari segi kesesuaian jenis gerakan atau ketrampilan gerak. Dalam kegiatan olahraga power tersebut dapat dikenali dari perannya pada suatu cabang olahraga. Cabang-cabang olahraga yang lebih dominan power asikliknya adalah melempar, menolak, dan melompat pada atletik, unsur-unsur gerakan senam, bela diri, loncat indah, dan permainan. Sedangkan olahraga seperti lari cepat, dayung, renang, bersepeda, dan yang sejenis lebih dominan power sikliknya (Indarto, 2008).

4. Kelincahan (agility)
Kelincahan (agility) adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh atau bagian-bagiannya secara cepat dan tepat (Indarto, 2008). Selain dikerjakan dengan cepat dan tepat, perubahan-perubahan tadi harus dikerjakan dengan tanpa kehilangan keseimbangan. Dari batasan ini, terdapat tiga hal yang menjadi karakteristik kelincahan, yaitu: perubahan arah lari, perubahan posisi tubuh, dan perubahan arah bagian-bagian tubuh (Indarto, 2008).
Berkaitan dengan hal di atas, kelincahan dibedakan menjadi kelincahan umum, yang biasanya nampak pada berbagai aktivitas olahraga dan kelincahan khusus yang berkaitan dengan teknik gerakan olahraga tertentu. Jika ditinjau dari sudut anatomis kelincahan umum melibatkan gerakan seluruh segmen bagian tubuh dan kelincahan khusus hanya melibatkan segmen tubuh tertentu. Karakteristik kelincahan sangat unik. Kelincahan memainkan peranan yang khusus terhadap mobilitas fisik. Kelincahan bukan merupakan kemampuan fisik tunggal, akan tetapi tersusun dari komponen koordinasi, kekuatan, kelentukan, waktu reaksi, dan power. Komponen-komponen tersebut saling berinteraksi. Keterkaitan di antara komponen-komponen kelincahan (Indarto, 2008).
5. Keseimbangan (balance)
Keseimbangan (balance) adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi atau sikap tubuh secara tepat pada saat melakukan gerakan. Keseimbangan tersebut dapat berupa keseimbangan statis (static balance) pada saat berdiri maupun keseimbangan dinamis (dynamic balance) pada saat melakukan suatu gerakan tertentu (Indarto, 2008).
Keseimbangan statis adalah kemampuan untuk mempertahankan keadaan seimbang dalam keadaan diam.
Sedangkan keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan keadaan seimbang dalam keadaan bergerak, misalnya berlari berjalan, melambung dan sebagainya. Kualitas keseimbangan dinamis bergantung pada mekanisme dalam saluran semisirkular, persepsi kinestetik, tendon dan persendian, persepsi visual selama melakukan gerakan, dan kemampuan koordinasi. Keseimbangan merupakan kemampuan yang penting karena digunakan dalam aktivitas sehari-hari, misalnya berjalan, berlari, sebagian terbesar olahraga dan permainan. Keseimbangan secara biomekanis sangat dipengaruhi oleh luasnya bidang tumpu, ketinggian pusat masa tubuh, serta koefisien gesek antara tubuh dengan bidang tubuh. Namun di sisi lain juga dipengaruhi oleh kinerja system syaraf dan panca indera (Indarto, 2008).

6. Ketepatan (accuracy)
Ketepatan (accuracy) adalah kemampuan tubuh atau anggota tubuh untuk mengarahkan sesuatu sesuai dengan sasaran yang dikehendaki (Indarto, 2008).

7. Koordinasi (coordination)
Koordinasi (coordination) adalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan secara tepat, cermat dan efisien. Koordinasi menyatakan hubungan berbagai unsur yang terjadi pada setiap gerakan. Kemampuan koordinasi sangat mendukung penguasaan keterampilan dasar gerak. Koordinasi meliputi mata – tangan, mata – kaki, tangan – kaki, mata – tangan – kaki, telinga – mata – kaki, dan seterusnya (Indarto, 2008).

7. .Prinsip-prinsip Latihan
Latihan yang tepat hendaknya juga menerapkan prinsip-prinsip dasar latihan guna mencapai kinerja fisik yang maksimal bagi seseorang. Prinsip-prinsip dasar latihan yang efektif adalah sebagai berikut (Sadoso, 1990):

a. Prinsip Overload
Prinsip beban berlebih pada dasarnya menekankan beban kerja yang dijalani harus melebihi kemampuan yang dimiliki oleh seseorang, karena itu latihan harus mencapai ambang rangsang. Hal itu bertujuan supaya sistem fisiologis dapat menyesuaikan dengan tuntutan fungsi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan (Suharjana (2007).
Prinsip beban berlebih maksudnya yaitu bahwa pembebanan dalam latihan harus lebih berat dibandingkan aktivitas fisik sehari-hari. Pembebanan harus terus ditingkatkan secara bertahap sehingga mampu memberikan pembebanan pada fungsi tubuh. Jadi dalam membuat dan melaksanakan sebuah program latihan harus berpegang pada prinsip beban berlebih (overload) untuk meningkatkan kemampuan secara periodik (Djoko, 2004).

b. Kekhususan Latihan
Program latihan yang baik harus dipilih secara khusus sesuai dengan kebutuhan atau tujuan yang hendak dicapai. Misalnya, program latihan untuk menurunkan berat badan, maka pilih latihan aerobik setelah itu lakukan latihan untuk pengencangan otot dengan menggunakan latihan beban (weight training) (Djoko, 2004).
Dalam melakukan latihan, setiap bentuk rangsang akan direspon secara khusus oleh setiap orang atau olahragawan. Bentuk latihan yang diberikan sesuai dengan tujuan olahraga yang diinginkan. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan prinsip spesifikasi, antara lain mencakup: (1) spesifikasi kebutuhan energi, (2) spesifikasi bentuk atau model latihan, (3) spesifikasi pola gerak dan kelompok otot yang terlibat (Sukadiyanto, 2002).

c. Individualitas
Setiap individu mempunyai potensi dan kemampuan yang berbeda-beda. Selain potensi dan kemampuan yang berbeda, faktor kematangan, lingkungan, latar belakang kehidupan, serta pola makannya pun berbeda, sehingga akan berpengaruh terhadap aktivitas olahraga yang dilakukannya. Oleh karena itu, dalam menentukan beban latihan harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing individu dan tidak boleh disamaratakan (Sukadiyanto, 2002).

d. Latihan harus Progresif
Latihan bersifat progresif, artinya dalam pelaksanaan latihan dilakukan dari yang mudah ke yang sukar, sederhana ke kompleks, umum ke khusus, bagian ke keseluruhan, ringan ke berat, dan dari kuantitas ke kualitas, serta dilaksanakan secara kontinyu, maju dan berkelanjutan. Jadi dapat dikatakan bahwa dalam proses latihan harus dilakukan secara kontiyu dan meningkat melanjutkan latihan sebelumnya (Sukadiyanto, 2002).

e. Pemulihan atau Istirahat
Pada program latihan harus dicantumkan waktu pemulihan yang cukup. Waktu pemulihan digunakan untuk mengurangi resiko over training akibat beratnya latihan. Kelelahan hebat justru dapat menimbulkan penurunan penampilan atau performa seseorang (Sadoso, 1990).

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa latihan merupakan sebuah aktivitas fisik yang dilakukan secara sistematis, dalam jangka waktu yang panjang, dilakukan berulangulang, meningkat, dan dengan sebuah metoda tertentu sesuai tujuan yang diinginkan. Proses berlatih yang dilakukan secara teratur, terencana, berulang-ulang dan semakin lama semakin bertambah bebannya, serta dimulai dari yang sederhana ke yang komplek (Sadoso, 1990).

8. Tipe/Jenis Latihan
a. Latihan Ketahanan Kardiorepirasi/Aerobik
Salah satu tujuan utama dari latihan fisik adalah untuk meningkatkan atau mempertahankan kapasitas fungsional. Manfaat ini terutama dapat dicapai dengan program latihan aerobic (Feigenbaum et al., 1999).
Latihan ketahanan dapat diklasifikasikan berdasar (1) pemakaian oksigen (aktivitas fisik hemat atau boros oksigen) dan (2) potensinya untuk mempertahankan kecepatan penggunaan kalori (Feigenbaum et al., 1999).
Latihan aerobik adalah suatu bentuk latihan yang dilakukan secara berulang-ulang, terus-menerus (ritmis), melibatkan kelompok otot-otot besar tubuh, dan dilakukan atau dapat dipertahankan selama 20 sampai 30 menit. Contoh latihan aerobik adalah lari pelan (jogging), lari, bersepeda, dan berenang (Aine, 1995).
Takaran latihan aerobik yang dapat dilaksanakan yaitu meliputi frekuensi 3 – 5 kali/minggu, secara umum intensitas 65% – 75% dari detak jantung maksimal sesuai dengan kondisi dan tingkat keterlatihan. Bagi mereka yang baru mulai latihan atau usia lanjut, mulailah berlatih pada intensitas yang lebih rendah, misalnya 60%, terus ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai intensitas latihan yang semestinya. Waktu atau durasi yang dilakukan adalah selama 20 – 60 menit setiap latihan (Djoko, 2004).
Setiap tubuh manusia apabila melakukan olahraga akan mengalami perubahan di dalam tubuhnya yang merupakan adaptasi dari latihan. Begitupun pula dengan latihan aerobik, perubahan yang terjadi setelah melakukan latihan daya tahan aerobik adalah (Junusul, 1989):
a. Terjadi perubahan kardiorespirasi.
Perubahan kardiorespirasi ini disebabkan oleh daya tahan latihan aerobik, dan secara tidak langsung akan berpengaruh pada sistem transport oksigen. Sistem transport oksigen juga melibatkan sistem sirkulatori, respiratori, dan jaringan. Komponen tersebut bekerja bersama-sama untuk melepaskan/menyampaikan oksigen ke otot yang beraktivitas, karena dengan latihan dapat meningkatkan respon jantung terhadap aktivitas yang dilaksanakan (Junusul, 1989).
b. Terjadi peningkatan daya tahan otot.
Daya tahan otot adalah berhubungan dengan kemampuan sekelompok otot dalam mempertahankan suatu usaha dala waktu yang lama tanpa mengurangi unjuk kerja. Selain itu di dalam otot terjadi perubahan pada mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil tenaga yang memberikan sumbangan pada sistem respiratori. Sebenarnya mitikondria terlibat di dalam pemakaian oksigen untuk produksi ATP sebagai pembentuk energi (Junusul, 1989).
c. Meningkatkan kandungan myoglobin.
Myoglobin berfungsi untuk menyimpan dan mengangkut oksigen dari sel otot ke mitokondria, sehingga dalam hal ini terjadi peningkatan pada kandungan myoglobin (Junusul, 1989).
d. Meningkatkan oksidasi karbohidrat dan lemak.
Dalam peningkatan oksidasi karbohidrat terjadi peningkataan jumlah, ukuran, dan daerah permukaan membran mitokondria, serta meningkatnya kegiatan atau konsentrasi enzim yang terlibat di dalam daur krebs dan sistem transport elektron, sedangkan pada oksidasi lemak diketahui dengan adanya peningkatan penyimpanan trigliserida di dalam intramuskular, yang disimpan dalam bentuk lemak, meningkatnya pengeluaran asam lemak bebas dari jaringan lemak, sehingga tersedianya lemak sebagai bahan bakar, serta meningkatnya kegiatan enzim yang terlibat didalam aktivitas transport, dan pemecahan asam lemak (Junusul, 1989).
e. Menurunkan persentase lemak tubuh dan meningkatkan masa tubuh tanpa lemak.
Hal ini dapat diidentifikasi dengan berkurangnya lemak di dalam tubuh dan berat tubuh tidak atau meningkat hanya sedikit sekali (Junusul, 1989).
f. Menurunkan tekanan darah.
Latihan memberikan pengaruh pada pembuluh darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Perubahan tekanan darah pada arteri disebabkan oleh perubahan curah jantung, ukuran pembuluh darah, dan volume darah (Junusul, 1989).

Latihan aerobik dapat meningkatkan oksidasi lemak, selain itu latihan aerobik bertujuan untuk mempersiapkan sistem sirkulasi dan respirasi, penguatan pada tendon dan ligamen, serta mengurangi resiko terjadinya cedera. Garis besar aturan komponen latihan aerobik yang baik dilakukan dengan cara: intensitas rendah-sedang, durasinya lama, waktu istirahat singkat, dan dapat menggunakan latihan yang bervariasi (misal lari lintas alam, naik turun bukit, bersepeda, berenang, dll) (Junusul, 1989).
Salah satu latihan aerobik yang banyak dilakukan orang saat ini adalah jogging (melakukan olahraga dengan lari-lari kecil). Jogging merupakan olahraga yang mudah dilakukan dan ekonomis karena tanpa menggunakan peralatan yang rumit. Selain jogging, lari diatas treadmill merupakan metode latihan aerobik yang sangat baik untuk dilakukan mengingat denyut nadi seseorang dapat dikontrol apabila lari diatas treadmill sehingga zona latihan dapat terpenuhi sesuai dengan program dan tujuan latihan yang ingin dicapai. Kelebihan lain dari lari di atas treadmill adalah dapat dilakukan didalam ruangan sehingga dapat dilakukan sewaktu-waktu tanpa terkendala oleh cuaca. Latihan aerobik hendaknya diberi variasi latihan supaya tidak jenuh ataupun stress (Junusul, 1989).
b. Latihan Kekuatan
Latihan kekuatan dan ketahanan otot tidak banyak mempengaruhi ketahanan kardiorespirasi dan kapasitas fungsional tubuh. Walaupun demikian banyak aktivitas memerlukan kekuatan dan ketahanan otot seperti: mengangkat, memanggul atau mendorong benda yang berat. Stres fisiologis yang ditimbulkan akibat melakukan gerakan-gerakan tersebut sebanding dengan kebutuhan kontraksi otot yang diperlukan. Pemeliharaan kekuatan otot penting untuk dilakukan karena dengan bertambahnya usia secara alami terjadi penurunan massa otot (Andersen, 1999).
Kekuatan otot didapatkan dari latihan dinamis dengan intensitas tinggi dengan repetisi rendah atau dengan kontraksi statis. Baik latihan angkatan dinamis maupun kontraksi statis dapat meningkatkan tekanan darah arteri. Oleh karenanya latiahan beban maksimal tidak diperkenankan untuk dilakukan pada penderita tekanan darah tinggi. Pada keadaan ini lebih aman untuk dilakukan latihan dinamis dengan beban ringan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot. Latihan kekuatan sebaiknya dilakukan 2 sampai 3 kali seminggu. Latihan isotonis dapat mempergunakan beban bebas (free-weight) atau beban mesin (supported weiht machine) (Andersen, 1999).

c. Latihan Kelenturan
Untuk dapat menjalankan aktivitas fisik secara optimal diperlukan jangkauan gerak (range of motion) sendi yang optimal pad semua persendian. Jangkauan gerak pada persendian bagian pinggang bawah dan tungkai atas terutama harus diperhatikan. Pada daerah ini, jangkauan gerak yang terbatas meningkatkan resiko terjadinya gangguan nyeri punggung bawah kronis (low back pain/lbp). Oleh karenanya, program pencegahan dan rehabilitasi lbp harus ditujukan untuk meningkatkan fleksibilitas persendian. Keterbatasan kemampuan fleksibilitas sendi biasanya terjadi pada orang tua sehingga latihan pada orang tua harus banyak mengandung unsur penguluran (stretching) yang terutama ditujukan pada persendian pada tulang belakang, leher dan persendian panggul (Blair, 1995).
Latihan stretching dapat meningkatkan dan memelihara jangkauan gerak persendian. Latihan fleksibilitas dapat dilakukan secara perlahan dengan peningkatan secara bertahap untuk mencapai jangkauan sendi yang lebih lebar. Gerakan dinamis dengan kecepatan lambat dapat diikuti dengan gerakan statis yang dipertahankan selama 10 sampai dengan 30 detik. Tingkat stretching ditetapkan pada tingkat dimana tidak dirasakan nyeri yang berlebihan. Disarankan untuk melakukan aktivitas pemanasan yang memadai sebelum dilakukan stretching yang intensif (Blair, 1995).

9. Kaidah Pemrograman dalam Latihan
a. Frequency (Frekuensi)
Frekuensi latihan berhubungan erat dengan intensitas latihan dan lama latihan. Dalam melakukan latihan sebaiknya frekuensi latihan dilaksanakan paling sedikit tiga kali seminggu, baik untuk olahraga kesehatan maupun untuk olahraga prestasi. (Djoko, 2004).
Frekuensi latihan tergantung dari durasi dan intensitas latihan. Frekuensi latihan yang dapat dilakukan dapat beberapa laki dalam sehari sampai dengan 5 kali dalam seminggu tergantung jenis latihan, keadaan fisik dan tujuan latihan (Kraemer et al., 2004).
Pada orang dengan kondisi fisik yang rendah dapat dilakukan latihan dengan intensitas 3 METs selama 5 menit yang dilakukan beberapa kali sehari. Sesorang dengan kapasitas fungsional 3-5 METs, latihan dapat dilakukan 1-2 kali sehari. Individu dengan kapasitas fisik >5METs disarankan untuk berlatih 3 kali per minggu pada har yang berselingan.Individu dengan jenis latihan beban sebaiknya juga berlatih tiga kali dalam semimngu pada hari yang berselingan. Latihan dengan frekuensi intensif sebaiknya juga dilakukan dengan jenis latihan beban dan non-beban secara bergantian. Hal yang dihindari adalah latihan beban yang dilakukan lebih dari 5 kali dalam seminggu. Latihan jenis ini dengan frekuensi yang tinggi meningkatkan resiko cedera ortopedik (Andersen, 1999).

10. Intensity (Intensitas)
Kualitas yang menunjukkan berat ringannya latihan disebut sebagai intensitas. Besarnya intensitas bergantung pada jenis dan tujuan latihan (Djoko, 2004). Intensitas latihan ditetapkan secara spesifik pada setiap individu sesuai dengan kapasitas fisik yang dalam pelaksanaannya memerlukan pengawasan secara terus menerus agar intensitas latihan benar-benar mencapai intensitas yang diprogramkan. Intensitas latihan dapat diekpresikan dalam satuan absolut (contoh: watt) maupun diekspresikan dalam bentuk relatif (misalkan terhadap frekuensi denyut jantung maksimal, METs, VO2 maks maupun RPE/Rating of Perceived Exertion) (Jette, 1999).
Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa kemampuan seseorang untuk mempertahankan suatu intensitas latihan berbeda dengan orang lain. Perbedaan ini sebagian besar disebabkan oleh perbedaan intensitas latihan dimana terjadi akumulasi asam laktat (onset of blood lactate accumulation) (Mock, 1997). Perbedaan ketahanan dalam menjalankan level intensitas latihan ini menjadi hal yang harus diperhatikan dalam menyusun program latihan.
Pada umumnya, intensitas latihan dimulai 40 sampai dengan 85% kapasitas fungsional. Pada orang dengan dengan permasalahan jantung, intensitas latihan dapat ditetapkan antara 40 sampai dengan 60% kapasitas fungsional. Durasi latihan dapat ditetapkan sesuai dengan respon seseorang terhadap latihan. Sebagai contoh, seseorang sudah harus merasa pulih dalam satu jam setelah latihan. Terlepas dari teknik penetapan intensitas dan level intensitas yang dipilih, intensitas latihan tersebut merupakan intensitas yang dapat dilakukan selama 15 sampai dengan 60 menit. Pada dasarnya tujuan akhir menentukan besaran intensitas latihan adalah untuk memberikan petunjuk bagi seseorang tentang intensitas latihan yang akan dapat memberikan manfaat yang maksimal untuk dirinya sekaligus meminimalisir resiko terjadinya cedera (Slentz, 2004).

1. Penetapan Intensitas dengan berdasarkan Frekuensi Denyut Jantung
Pada umumnya, apabila tidak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang ekstrim, keadaan psikologis maupun penyakit, terdapat hubungan yang relatif bersifat linear antara denyut jantung pada saat latihan dengan intensitas latihan.
Metode yang sering dipergunakan adalah mempergunakan jumlah dari frekuensi denyut jantung istirahat ditambah dengan persentase dari selisih antara frekuensi denyut jantung maksimal dengan frekuensi nadi istirahat.
Denyut nadi maksimal didapat dari rumus 220-umur. Contoh : Laki-laki usia 35 tahun, dengan denyut nadi istirahat 68 kali per menit, dengan target latihan 80 % VO2 maks, maka denyut nadi maksimal =220-35=185 sedangkan target denyut nadi = 68 + 0.8(185-68) =162 kali per menit. (Feigenbaum, 1999).

2. Penetapan Intensitas dengan RPE (Rating of Perceived Exertion)
Penetapan intensitas juga dapat didasarkan persepsi seseorang terhadap kelelahan (perceived exertion). Konfirmasi intensitas latihan dengan mempergunakan RPE penting untuk dilakukan karena frekuensi denyut jantung maksimal dapat bervariasi pada setiap orang. Konfirmasi ini penting untuk mengevaluasi agar suatu latihan betul-betul dilakukan pada intensitas yang optimal. Lebih lanjut, pada keadaan dimana terjadi hambatan respon kardiovaskular, penetapan intensitas latihan dengan mempergunakan skala RPE lebih tepat dibandingkan berdasarkan frekuensi denyut jantung. (Feigenbaum et al., 1999).
Salah satu pedoman RPE dikembangkan oleh Bjorg pada tahun 1982 dengan mempergunakan skala dari 6 sampai dengan 20. Skala Bjorg sampai dengan sekarang masih cukup sering dipergunakan akan tetapi dewasa ini terdapat alternatif skala penggunaan Bjorg dengan mempergunakan skala antara 0 sampai dengan diatas 10 (•= maksimal). Dengan adanya dua skala yang sekarang ini sering dipergunakan, penetapan intensitas dengan mempergunakan RPE harus jelas mencantumkan standard RPE yang dipergunakan (Feigenbaum et al., 1999).

Tabel 1. Skala Rating of Perceived Exertion
(Feigenbaum et al., 1999)

Skala Kategori RPE Bjorg Skala Kategori -Ratio RPE
6
7 sangat sangat ringan
8
9 sangat ringan
10
11 cukup ringan
12
13 agak berat
14
15 berat
16
17 sangat berat
18
19 sangat, sangat berat
20 0
0,5 sangat sangat ringaan
1 sangat ringan
2 ringan
3 sedang
4 agak berat
5 berat
6
7 sangat berat
8
9
10 sangat sangat berat
• Maksimal

Penggunaan skala kategori Bjorg didasarkan pada temuan bahwa kategori RPE Bjorg meningkat secara linear dengan peningkatan respon fisiologis seperti frekuensi denyut jantung, ventilasi dan konsumsi oksigen. Walaupun demikian dewasa ini skala Bjorg dikembangkan karena terdapat temuan bahwa pada latihan intensitas rendah dan tinggi subjek lebih mudah untuk mengaitkan persepsinya terhadap kelelahan dengan skala kategori-ratio (Jette, 1994).

3. Penetapan Intensitas Latihan dengan METs
METS adalah satuan dari kapasitas fungsional tubuh (VO2maks). 1 METs merupakan kapasitas latihan yang membutuhkan 3,5 g O2/kgmenit. Biasanya rentang latihan yang disarankan adalah 40 sampai dengan 85% kapasitas fungsional maksimal. Setelah menetapkan rentang intensitas yang diinginkan, dapat dipilih kegiatan fisik yang pengeluaran energinya sesuai dengan intensitas latihan yang diinginkan (Jette, 1994).
Hal yang juga mempengaruhi kisaran METs aktivitas-aktivitas tersebut adalah keadaan lingkungan. Perbedaan suhu, kelembaban, kecepatan angin dan sebagainya berpengaruh pada keluaran METs. Mengingat terdapat keterbatasan ini, pada lingkungan yang ekstrim intensitas latihan dengan mempergunakan frekuensi denyut jantung dan RPE lebih cocok untuk dilakukan (Jette et al., 1994). Apapun pedoman intensitas latihan yang ditetapkan, sebaiknya intensitas latihan ditetapkan dalam nilai kisaran. Setelah kisaran intensitas latihan ditetapkan, misalnya 5 sampai dengan 9 METs, sebaiknya latihan dimulai dengan intensitas yang rendah kemudian dilanjutkan pada intensitas yang lebih tinggi secara bergantian. Hasil akhir pengeluaran energi pada kisaran ini akan sama dengan latihan intermiten 6 sampai dengan 8 METs atau latihan kontinyu dengan intensitas 7 METs (Jette et al., 1999).

Tabel 2. Contoh Nilai METs Beberapa Jenis Aktivitas
(Jette et al., 1994)
Jenis latihan Rata-rata
Bulutangkis 5.8
Basket 8.3
Berlari
12 menit menempuh 1,6 km
11 menit menempuh 1,6 km
10 menit menempuh 1,6 km
9 menit menempuh 1,6 km
8 menit menempuh 1.6 km
6 menit menempuh 1.6 km
8,7
9,4
10,2
11,2
12,5
14,1
Squash 9.9
Tenis meja 4.1

.
11. Time (Waktu)
Durasi latihan inti berkisar antara 15 sampai dengan 60 menit (Blair, 1995). Durasi waktu ini dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas fungsional tubuh. Durasi waktu yang diaksanakan berbanding terbalik dengan intensitas latihan. Latihan dengan intensitas tinggi dan durasi latihan pendek menimbulkan respons tubuh yang sama dengan latihan dengan intensitas yang rendah dan durasi yang lama. Latihan selama 5 sampai 10 menit dengan intensitas 90% kapasitas fungsional tubuh dapat memperbaiki kerja kardiovaskular. Walaupun demikian latihan dengan intensitas tinggi dan durasi yang pendek tersebut tidak dapat diterapkan pada kebanyakan orang, sehingga lebih disarankan untuk melaksanakan program latihan dengan intensitas yang sedang dan durasi yang lebih lama (Kraemer, 2004).
a. Type (Tipe)
Sebuah latihan akan berhasil jika latihan tersebut memiliki metode latihan yang tepat. Macam aktivitas fisik dipilih disesuaikan dengan tujuan latihan. Misalnya, bentuk latihan untuk mengembangkan kardiorespirasi ada bermacam-macam seperti: lari, sepeda, jogging, berenang, senam aerobik, atau jalan kaki (Djoko, 2004).

B. Karakteristik & Penentuan FITT pada Anak-anak
1. Karakteristik Anak-anak
Anak-anak adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat dari pada putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan (Moehji, 2003). Karakteristik anak-anak meliputi:
1. Pertumbuhan tidak secepat bayi.
2. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal).
3. Lebih aktif memilih makanan yang disukai.
4. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat.
5. Pertumbuhan lambat.
6. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra-remaja (Moehji, 2003).

2. Anatomi & Fisiologi pada Anak-anak
• Anatomi pada Anak-anak
Anak-anak memiliki frekuensi denyut jantung maximal yang lebih tinggi dan isi sedenyut yang lebih rendah dari pada orang dewasa, baik pada istirahat maupun pada olahraga. Tetapi mereka memiliki penyesuaian peredaran darah perifer yang lebih baik terhadap olahraga dari pada orang dewasa, yang menyebabkan terjadinya perbedaan kandungan O2 darah arteri dan vena yang lebih besar, yang menunjukkan terjadinya ekstraksi O2 yang lebih efisen di jaringan. Tekanan darah arteri, khususnya tekanan sistolik, relatif lebih rendah pada anak-anak, tetapi tekanan darah yang rendah ini tidak memberikan gangguan ataupun keuntungan bagi kapasitas daya-tahannya. Anak-anak juga mencatat nilai-nilai tekanan darah sistolik yang lebih rendah selama olahraga (Watson, 1992).
Anak-anak yang sangat muda memiliki pola pernafasan yang relatif dangkal, dengan rasio volume udara nafas terhadap kapasitas vital yang rendah selama olahraga yang maximal, dengan akibat rendahnya absorpsi O2 dari udara inspirasi. Hal ini menyebabkan anak harus bernafas dengan frekuensi pernafasan yang lebih tinggi, dan hal ini bersifat merugikan oleh karena menyebabkan terjadinya pemakaian O2 yang relatif lebih banyak untuk melakukan pernafasan (Watson, 1992).

• Fisiologi pada Anak-anak
Pertumbuhan jasmani anak beriringan dengan perubahan hormonal yang disertai dengan pematangan seksual, pembelajaran dan pemantapan kemampuan dan penguasaan gerak dasar. Secara anatomis dan fisiologis, anak dalam berbagai kelompok umur berbeda satu dengan yang lain, dan yang lebih penting berbeda dari orang dewasa, artinya anak bukanlah orang dewasa kecil. Kecepatan pematangan anak berbeda-beda sehingga terdapat variasi yang luas dalam kelompok umur kronologik yang sama (Watson, 1992).
Terdapat beberapa perbedaan fisiologi pada anak, diantaranya adalah perbedaan pada power aerobic dan anaerobic, serta keadaan lingkungan tempat dilakukannya suatu training atau exercise (Watson, 1992).
Power aerobik maximal (VO2 Max), yang merupakan ukuran kapasitas daya-tahan (endurance) pada dewasa, pada anak-anak bila dinyatakan dalam satuan kilogram berat badan ternyata tidaklah lebih rendah. Tetapi kebutuhan energi untuk berjalan dan berlari pada anak ternyata lebih tinggi dari pada orang dewasa (Watson, 1992).
Kapasitas anaerobik anak sekalipun dinyatakan dalam satuan kg berat badan, nyata lebih rendah dari pada kelompok usia yang lebih tua. Kapasitas yang lebih rendah ini tercermin dari kemampuannya untuk melakukan tugas pengerahan tenaga maximal dalam jangka pendek dan dalam hal ini anak usia 8 tahun hanya menghasilkan 65-70% dari kemampuan mekanik yang dihasilkan oleh anak usia 14 tahun. Kemampuan ini secara tetap meningkat bersamaan dengan meningkatnya umur, karena peningkatan power anaerobik pada anak memang berkaitan langsung dengan pertumbuhan dan perkembangan struktur dan fungsi otot; namun pada anak perempuan peningkatan ini menjadi kurang jelas setelah umur 11-12 tahun (Watson, 1992).
Kecepatan penggunaan glikogen, yang penting bagi pembentukan power anaerobik, pada anak-anak sangat lebih rendah dari pada orang dewasa, terutama disebabkan oleh karena kurangnya enzim anaerobik yang terpenting yaitu phosphofructokinase, yang pada anak aktivitasnya memang juga sangat lebih lambat dari pada orang dewasa. Hal ini sangat penting difahami karena memang otot-otot pada anak masih bertumpu pada tulang yang mempunyai lempeng pertumbuhan yang merupakan tempat paling lemah pada tulang anak (Watson, 1992).
Anak-anak peka terhadap suhu lingkungan yang ekstrim, oleh karena pada anak kecil rasio luas permukaan tubuh relatif terhadap volume tubuh dapat mencapai 30-40% lebih besar dari pada orang dewasa. Hal ini berakibat terjadinya respon yang lebih besar terhadap perubahan suhu lingkungan, oleh karena di lingkungan yang dingin tubuhnya kehilangan panas yang lebih cepat dari pada orang dewasa, sedangkan di lingkungan panas suhu (inti) tubuh meningkat lebih cepat dari pada orang dewasa (Watson, 1992).

Pengaruh Training & Exercise terhadap Fungsi
a. Anatomi dan Fisiologi pada Anak-anak
Secara umum, berolahraga memberikan peluang bagi anak untuk mengembangkan kemampuan motoriknya. Membiasakan anak-anak untuk berolahraga secara rutin akan memberikan banyak dampak positif bagi perkembangan fisik anak. Karena selain memberikannya contoh baik yang akan dibawa hingga dewasa nanti, latihan fisik sejak balita bermanfaat untuk pertumbuhan dan kepadatan tulang, paru-paru, otot, keseimbangan, koordinasi, kelenturan, kekuatan, ketahanan otot dan komposisi tubuh pada anak (Watson, 1992).
Karena sistem metabolisme lancar, secara tidak langsung, olahraga juga turut mengaktifkan kerja sistem kekebalan tubuh. Sel-sel antibodi akan siap terbentuk sehingga anak tidak mudah terserang infeksi bakteri maupun virus (Watson, 1992).
Pada dasarnya, latihan fisik untuk anak harus seimbang dan meliputi beberapa jenis latihan. Sebagai contoh, latihan aerobik untuk melatih sistem jantung dan paru, latihan beban untuk menngkatkan kekuatan dan daya tahan otot, latihan fleksibilitas untuk meningkatkan kelenturan sendi serta latihan keseimbangan dan koordinasi untuk kemampuan mengintegrasikan mata, tangan dan kaki secara efektif (Watson, 1992).
Contoh lain, latihan berenang akan merangsang pertumbuhan tinggi badan. Gerakan-gerakan yang terdapat pada olahraga berenang memang ditujukan untuk menguatkan, mengulur otot, memaksimalkan kapasitas paru-paru serta membentuk tubuh yang sesuai anatominya. Sehingga penyakit asma dan kelainan-kelainan tulang belakang seperti skoliosis, lordosis atau kifosis dapat dihindari (Watson, 1992).
b. Program Training & Exercise untuk Anak-anak
Umunnya latihan fisik regular memberi manfaat, namun pelatihan fisik dengan intensitas, durasi, jenis dan frekuensi yang tidak tepat dapat menyebakan terjadinya cedera pada anak-anak yang sedang dalam pertumbuhan. Program latihan yang bertumpu pada satu sistem organ saja dapat merusaknya (Hinson, 1995).
Anak tidak boleh melakukan latihan dengan intensitas tinggi, kalaupun ada intensitas tinggi yang harus dilakukan maka hanya boleh dilakukan dalam waktu yang singkat. Frekuensi latihan per minggu tidak boleh lebih dari tiga kali, dengan durasi latihan untuk anak usia 10 tahun tidak lebih dari 1 jam, dan untuk anak-anak yang lebih tua tidak boleh lebih dari 1.5 jam (Watson, 1992).

C. Karakteristik & Penentuan FITT pada Dewasa
1. Karakteristik Dewasa
Masa dewasa awal adalah masa muda yang merupakan periode transisi antara masa dewasa dan masa remaja yang merupakan masa perpanjangan kondisi ekonomi dan pribadi sementara, hal ini ditunjukkan oleh kemandirian ekonomi dan kemandirian membuat keputusan (Hurlock, 1968).
Masa dewasa dibagi menjadi 3 periode, yaitu (Hurlock, 1968):
1. Masa Dewasa Awal (Early Adulthood = 18/20 tahun – 40 tahun)
Secara biologis merupakan masa puncak perumbuhan fisik yang prima dan usia tersehat dari populasi manusia secara keseluruhan (healthiest people in population) karena didukung oleh kebiasaan-kebiasaan positif (pola hidup sehat).
2. Masa Dewasa Madya/Setengah Baya (Midle Age = 40 – 60 tahun)
Aspek fisik sudah mulai agak melemah, termasuk fungsi-fungsi alat indra, dan mengalami sakit dengan penyakit tertentu yang belum pernah dialami.

2. Anatomi & Fisiologi pada Dewasa
2.1. Anatomi dan Fisiologi pada Dewasa
Masa dewasa awal adalah masa dari puncak perkembangan fisik. Perkembanagan fisik sesudah masa ini mengalami degradasi sedikit demi sedikit mengikuti bertambahnya umur. Pada masa dewasa awal motivasi untuk meraih sesuatu yang sangat besar didukung oleh kekuatan fisik yang prima, sehingga ada steriotipe yang mengatakan bahwa masa dewasa awal adalah masa dimana kekuatan fisik daripada kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masalah (Desmita, 2007). Ciri-ciri fisik dewasa awal, yaitu (Desmita, 2007):
1. Efisiensi fisik mencapai puncaknya, terutama pada usia 23-27 tahun.
2. Kemampuan reproduktif mereka berada di tingkat yang paling tinggi, pada perempuan menjadi masa kesuburan yang baik.
3. Kekuatan tenaga dan motorik mencapai masa puncak.
4. Kesehatan fisik berada pada keadaan baik.

Pengaruh Training & Exercise terhadap Fungsi
a. Anatomi dan Fisiologi pada Dewasa
Program latihan yang bersifat aerobik akan akan menyebabkan semakin besarnya ruang pada atrium maupun ventrikel pada jantung. Dengan demikian volume darah sedenyut (stroke volume=SV) akan meningkat. Dengan meningkatnya volume darah sedenyut maka untuk memenuhi kebutuhan oksigen maupun membuang karbon dioksida jantung tidak perlu memompa dengan frekuensi yang tinggi (Desmita, 2007).
Pada bentuk latihan anerobik, yang pemulihannya tidak penuh, lebih dari satu kali per minggu, akan memungkinkan menebalnya otot jantung yang belum tentu diikuti membesarnya ruang atrium maupun ventrikel. Otot jantung sifatnya hampir sama dengan otot rangka. Dalam keadaan normal penyedian energinya jantung secara aerobik dan menggunakan lemak sebagai bahannya. Akan tetapi ketika intensitas latihan dinaikkan dinaikkan, fekuensi denyut jantung naik, secara berangsur-angsur bahan penyedian energinya akan bergeser menggunakan karbohidrat atau glukosa darah, dan pada suatu saat jika menggunakan mengoksidasi glukosa tetap tidak cukup maka glikogen yang ada pada sel otot jantung akan digunakan (Desmita, 2007).
Program latihan daya tahan akan banyak meningkatkan volume paru-paru dan semakin tingginya kualitas pertukaran gas. Pada orang normal volume paru-paru sekitar 2500 cc sampai 3000 cc tetapi bagi atlet cabang olahraga seperti pelari Marathon, pembalap sepeda nomor jalan raya, atau pendayung jarak jauh volume paru-paru dapat mencapai 5000 cc bahkan jika orangnya besar dapat mencapai 7000 cc (Desmita, 2007).
Dampak faali atau sistem tubuh akibat program pelatihan yang dilakukan pada orang dewasa adalah terjadinya perubahan otot, perubahan kardiorespirasi, aspek hormonal, pada individu yang terlatih terjadi peningkatan pengaturan panas tubuh karena dapat menyesuaikan diri terhadap kondisi panas dengan mudah, hal ini disebabkan oleh besarnya volume plasma dan lebih responsifnya mekanisme termoregulator, perubahan penampilan atau performa dengan meningkatnya kapasitas endurance “daya tahan” (Desmita, 2007).

b. Program Training & Exercise untuk Dewasa
1. Latihan Kardiorespirasi (Jogging)
Intensitas sedang (5.5 menit/km)
a. Time : 30 menit.
b. Frekuensi : 2 kali seminggu dengan jarak 3 hari misalnya jogging hari senin kemudian lakukan yang kedua hari jumat.
2. Latihan Kekuatan Otot (1 minggu 1 kali)
a. Push up
1) Istirahat 30 detik/set
2) Dilakukan sebanyak 40 kali dengan rincian :
Set 1 : 7 kali
Set 2 : 7 kali
Set 3 : 13 kali
Set 4 : 13 kali
b. Sit Up
1) Istirahat 30 detik/set
2) Dilakukan sebanyak 40 kali dengan rincian :
Set 1 : 7 kali
Set 2 : 7 kali
Set 3 : 13 kali
Set 4 : 13 kali
c. Back Up
1) Istirahat 30 detik/set
2) Dilakukan sebanyak 40 kali dengan rincian :
Set 1 : 7 kali
Set 2 : 7 kali
Set 3 : 13 kali
Set 4 : 13 kali
3. Latihan Kelentukan dan kelenturan
Kelentukan ada dua bentuk yaitu peregangan dinamis dan peregangan statis.
a. Peregangan dinamis :
1) Duduk telunjur dengan dua kaki lurus usahakan untuk mencapai ujung jari kaki dengan jari-jari tangan sambil melakukan gerakan merenggut pinggang.
2) Berbaling telungkup tangan dilipat ke belakang kepala angkat kepala dan dada secara berulang-ulang setinggi mungkin ke atas sebanyak 10 kali.
3) Berdiri kangkang kedua tangan diterntangkan ke samping bungkukan badan sambil tangan kanan menyetuh ujung kaki kiri dan kembali ke posisi awal dan sebalinya.
b. Peregangan statis :
1) Berdiri dengan kedua kaki rapat bungkukan badan sehingga jari tangan menyentuh lantai pertahankan sikap tanpa bergerak statis selama 20-30 detik.
2) Berdiri dengan kaki kangkang lebar bungkukan badan sehingga kedua telapak tangan bertumpu dilantai pertahankan sikap tanpa bergerak statis selama 20-30 detik.
3) Duduk bersila dengan telapak kaki bertemu. Tarik tumit kearah dalam dengan kedua tangan. Pertahankan sikap tanpa bergerak statis selama 20-30 detik.
4) Duduk dengan salah satu kaki di depan kaki lainya dilipat kedua tangan memegang pergelangan kaki yang diluruskan.
5) Sikap berbaring tarik kedua lutut dengan kedua tangan kearah atau menyentuh dada, kepala diangkat. Pertahankan sikap tanpa bergerak statis selama 20-30 detik (Desmita, 2007).

D. Karakteristik & Penentuan FITT pada Lansia
a. Karakteristik Lansia
Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process (Darmojo et al, 2004).
Lanjut usia adalah dimana individu yang berusia di atas 60 tahun yang pada umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial, ekonomi (Darmojo et al, 2004).

b. Anatomi & Fisiologi pada Lansia
1. Anatomi pada Lansia
Pada masa lansia kulit tidak lagi mampu meregang elastis. Lapisan luar atau epidermal kulit mulai menipis karena lapisan dalam dermis menjadi lebih berserabut (Carola et al, 1990).
Penurunan fungsi internal terjadi pada umumnya pada sistem kardiovaskular, pernapasan, saraf, sensori dan muskuloskeletal. Pada sistem pembuluh jantung, tekanan darah menurun dan efisiensi kerja jantung tinggal 80%. Jantung mulai kehilangan otot serabutnya dan pembuluh darah menjadi semakin kaku dan kurang elastis. Jaringan mengalami atropi, arteri mengeras dan menciut. Kekuatan otot jantung melemah, ukuran sel oto jantung mengecil dan kaluaran jantung juga mengecil. Kasus yang sering terjadi adalah terganggunya sistem jantung dan peredaran darah (Carola et al, 1990).
Kapasitas pernapasan turun menjadi 75% (dibandingkan dengan kapasitas optimum 100%). Struktur paru-paru mulai kehilangan sebagian dari sifat elastisitanya. Napas mulai tidak teratur dan sering mengalami sesak karena suplai oksigen berkurang. Kecepatan syaraf dalam merespons perintah dari otak ke serabut otot menurun sampai 10%. Terjadi redukasi aliran darah ke otak, penurunan konsumsi oksigen dan glukosa, terjadi juga atropi celebral dan penyusutan berat otak sehingga daya ingat semakin melemah dan pikun (alzeimer) karena beban pekerjaan yang tinggi (Carola et al, 1990).
Kemampuan sensori pada masa lansia mengalami serangkaian kemunduran sejalan dengan berkurangnya fungsi organ internal tubuh. Penglihatan sudah mengalami penurunan sehingga umumnya sudah membutuhkan kaca mata sebagai alat bantu. Fungsi pendengaran juga mengalami kemunduran (Carola et al, 1990).
Kekuatan dan daya otot, masa otot dan elastisitasnya menurun. Pada wanita biasanya terjadi tulang melemah dan densitasnya menurun (osteoporosis). Deposit garam mineral pada tulang meningkat sehingga menimbulkan sakit dan linu pada persendian penggul dan lutut. Biasanya orang yang memiliki berat badan berlebih beresiko mengalami berbagai penyakit degeneratif (Carola et al, 1990).
Massa tulang kontinu sampai mencapai puncak pada usia 30-35 tahun setelah itu akan menurun karena disebabkan berkurangnya aktivitas osteoblas sedangkan aktivitas osteoklas tetap normal (Carola et al, 1990).
Pada sinofial sendi terjadi perubahan berupa tidak ratanya permukaan sendi terjadi celah dan lekukan dipermukaan tulang rawan. Erosi tulang rawan hialin menyebabkan pembentukan kista di rongga sub kondral. Ligamen dan jaringan peri artikuler mengalami degenerasi Semuanya ini menyebabkan penurunan fungsi sendi, elastisitas dan mobilitas hilang sehingga sendi kaku, kesulitan dalam gerak yang rumit (Carola et al, 1990).
Juga terjadi perubahan pada jantung, yaitu elastisitas dinding aorta menurun dengan bertambahnya usia. Disertai dengan bertambahnya kaliber aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya perubahan pada dinding media aorta dan bukan merupakan akibat dari perubahan intima karena aterosklerosis (Carola et al, 1990).
Selain itu, terjadi pula perubahan pada fungsi sistem pernafasan, yaitu (Carola et al, 1990):
1. Dinding dada: Tulang-tulang mengalami osteoporosis, rawan mengalami osifikasi sehingga terjadi perubahan bentuk dan ukuran dada. Sudut epigastrik relatif mengecil dan volume rongga dada mengecil.
2. Otot-otot pernafasan: Musuculus interkostal dan aksesori mengalami kelemahan akibat atrofi.
3. Saluran nafas: Akibat kelemahan otot, berkurangnya jaringan elastis bronkus dan aveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil. Cicin rawan bronkus mengalami pengapuran.
4. Struktur jaringan parenkim paru: Bronkiolus, duktus alveoris dan alveolus membesar secara progresif, terjadi emfisema senilis. Struktur kolagen dan elastin dinding saluran nafas perifer kualitasnya mengurang sehingga menyebabkan elastisitas jaringan parenkim paru berkurang. Penurunan elastisitas jaringan parenkim paru pada usia lanjut dapat karena menurunnya tegangan permukaan akibat pengurangan daerah permukaan alveolus (Carola et al, 1990).

c.. Fisiologi pada Lansia
Sistem Imun Tubuh memiliki fungsi yaitu membantu perbaikan DNA manusia; mencegah infeksi yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, dan organisme lain; serta menghasilkan antibodi (sejenis protein yang disebut imunoglobulin) untuk memerangi serangan bakteri dan virus asing ke dalam tubuh. Tugas sistem imun adalah mencari dan merusak invader (penyerbu) yang membahayakan tubuh manusia. Fungsi sistem imunitas tubuh (immunocompetence) menurun sesuai umur. Kemampuan imunitas tubuh melawan infeksi menurun termasuk kecepatan respons imun dengan peningkatan usia (Carola et al, 1990).
Hal ini bukan berarti manusia lebih sering terserang penyakit, tetapi saat menginjak usia tua maka resiko kesakitan meningkat seperti penyakit infeksi, kanker, kelainan autoimun, atau penyakit kronik. Hal ini disebabkan oleh perjalanan alamiah penyakit yang berkembang secara lambat dan gejala-gejalanya tidak terlihat sampai beberapa tahun kemudian (Carola et al, 1990).
Perubahan anatomi pada sistem pernafasan yang telah dijelaskan sebelumnya menyebabkan gangguan fisiologi pernapasan sebagai berikut (Carola et al, 1990):
1. Gerak pernafasan: adanya perubahan bentuk, ukuran dada, maupun volume rongga dada akan merubah mekanika pernafasan menjadi dangkal, timbul gangguan sesak nafas, lebih-lebih apabila terdapat deformitas rangka dada akibat penuaan.
2. Distribusi gas: perubahan struktur anatomik saluran nafas akan menimbulkan penimbulkan penumpukan udara dalam alveolus (air trapping) ataupun gangguan pendistribusian gangguan udara nafas dalam cabang bronkus.
3. Volume dan kapasitas paru menurun: hal ini disebabkan karena beberapa faktor: (1) kelemahan otot nafas, (2) elastisitas jaringan parenkim paru menurun, (3) resistensi saluaran nafas (menurun sedikit). Secara umum dikatakan bahwa pada usia lanjut terjadi pengurangan ventilasi paru. d. Gangguan transport gas: pada usia lanjut terjadi penurunan PaO2 secara bertahap, penyebabnya terutama disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. Selain itu diketahui bahwa pengambilan O2 oleh darah dari alveoli (difusi) dan transport O2 ke jaringan berkurang, terutama terjadi pada saat melakukan olahraga. Penurunan pengambilan O2 maksimal disebabkan antara lain karena: (1) berbagi perubahan pada jaringan paru yang menghambat difusi gas, dan (2) kerena bertkurangnya aliran darah ke paru akibat turunnyan curah jantung.
4. Gangguan perubahan ventilasi paru: pada usia lanjut terjadi gangguan pengaturan ventilasi paru, akibat adanya penurunan kepekaan kemoreseptor perifer, kemoreseptor sentral atupun pusat-pusat pernafasan di medulla oblongata dan pons terhadap rangsangan berupa penurunan PaO2, peninggian PaCO2, Perubahan pH darah arteri dan sebagainya (Carola et al, 1990).
Pengaruh Training & Exercise terhadap Fungsi
a. Anatomi dan Fisiologi pada Lansia
Manfaat olahraga pada lansia antara lain dapat memperpanjang usia, menyehatkan jantung, otot, tulang, membuat lansia lebih mandiri, mencegah obesitas, mengurangi kecemasan dan depresi. Olahraga dapat memperbaiki komposisi tubuh, seperti lemak tubuh, kesehatan tulang, massa otot, dan meningkaktan daya tahan, massa otot dan kekuatan otot, serta fleksibilitas sehingga lansia lebih sehat dan bugar. Olahraga juga dapat menurunkan risiko penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit jantung (Carola et al, 1990).
Secara umum, dikatakan bahwa olahraga pada lansia dapat menunjang kesehatan, yaitu dengan meningkatkan nafsu makan, membuat kualitas tidur lebih baik, dan mengurangi kebutuhan obat-obatan. Selain itu, olahraga atau aktivitas fisik bermanfaat secara fisiologis, psikologis maupun sosial. Secara fisiologis, olahraga dapat meningkatkan kapasitas aerobik, kekuatan, fleksibilitas, dan keseimbangan (Carola et al, 1990).
b..Program Training & Exercise untuk Lansia
Keberhasilan mencapai kebugaran sangat ditentukan oleh kualitas latihan yang meliputi tujuan latihan, pemilihan model latihan, penggunaan sarana latihan, dan yang lebih penting lagi adalah takaran atau dosis latihan yang dijabarkan dalam konsep FITT (Carola et al, 1990).
Contoh program latihan selama 1 bulan bagi lansia 70 tahun, dengan berpedoman pada konsep FITT (frekuensi, intensitas, time, dan tipe latihan). Maka harus mengetahui terlebih dahulu denyut jantung maksimalnya 220-70 = 150/menit (Carola et al, 1990).
Tabel 3. Program Training & Exercise untuk Lansia
(Carola et al, 1990)

MINGGU I
FREKUENSI INTENSITAS WAKTU TIPE LATIHAN
Senin 70% x 150 = 105 dj/menit 20 menit Jalan Kaki
Rabu 70% x 150 = 105 dj/menit 20 menit Berenang
Jumat 70% x 150 = 105 dj/menit 25 menit Senam
MINGGU II
FREKUENSI INTENSITAS WAKTU TIPE LATIHAN
Senin 75% x 150 = 112 dj/menit 25 menit Jalan Kaki
Rabu 75% x 150 = 112 dj/menit 25 menit Berenang
Jumat 75% x 150 = 112 dj/menit 25 menit Senam
MINGGU III
FREKUENSI INTENSITAS WAKTU TIPE LATIHAN
Senin 80% x 150 = 120 dj/menit 30 menit Jalan Kaki
Rabu 80% x 150 = 120 dj/menit 30 menit Berenang
Jumat 80% x 150 = 120 dj/menit 30 menit Senam
MINGGU IV
FREKUENSI INTENSITAS WAKTU TIPE LATIHAN
Senin 85% x 150 = 127 dj/menit 30 menit Jalan Kaki
Rabu 85% x 150 = 127 dj/menit 30 menit Berenang
Jumat 85% x 150 = 127 dj/menit 30 menit Senam

Dalam kebugaran jasmani terdapat komponen yang dibagi dalam dua kelompok yaitu:
1. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan
Komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu daya tahan kardiovaskuler (cardiovaskuler endurance), kekuatan otot (muscle endurance), daya tahan otot (muscle strength), fleksibilitas (flexibility), dan komposisi tubuh (body composition).
2. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan
Adapun kebugaran jasmani yang terkait dengan keterampilan, yaitukecepatan (speed), kecepatan reaksi (reaction speed), daya ledak (Power), kelincahan (agility), keseimbangan (balance), ketepatan (accuracy), dan koordinasi (coordination).

Beberapa komponen penting dalam kebugaran jasmani, yaitu daya ledak (Explosive strength, muscular power), kecepatan (Speed), kelentukan (Flexibility), kelincahan (Agility), ketepatan (Accuracy), reaksi (Reaction), keseimbangan (Balance), dan koordinasi (Coordination).
Berolahraga memberikan peluang bagi anak untuk mengembangkan kemampuan motoriknya. Membiasakan anak-anak untuk berolahraga secara rutin akan memberikan banyak dampak positif bagi perkembangan fisik anak. Karena selain memberikannya contoh baik yang akan dibawa hingga dewasa nanti, latihan fisik sejak balita bermanfaat untuk pertumbuhan dan kepadatan tulang, paru-paru, otot, keseimbangan, koordinasi, kelenturan, kekuatan, ketahanan otot dan komposisi tubuh pada anak (Watson, 1992).
Program latihan daya tahan akan banyak meningkatkan volume paru-paru dan semakin tingginya kualitas pertukaran gas. Pada orang normal volume paru-paru sekitar 2500 cc sampai 3000 cc tetapi bagi atlet cabang olahraga seperti pelari Marathon, pembalap sepeda nomor jalan raya, atau pendayung jarak jauh volume paru-paru dapat mencapai 5000 cc bahkan jika orangnya besar dapat mencapai 7000 cc (Watson, 1992).
Dampak Faali atau sistem tubuh akibat program pelatihan yang dilakukan pada orang dewasa adalah terjadinya perubahan otot, perubahan kardiorespirasi, aspek hormonal, pada individu yang terlatih terjadi peningkatan pengaturan panas tubuh karena dapat menyesuaikan diri terhadap kondisi panas dengan mudah, hal ini disebabkan oleh besarnya volume plasma dan lebih responsifnya mekanisme termoregulator, perubahan penampilan atau performa dengan meningkatnya kapasitas endurance “daya tahan” (Desmita, 2007).
Manfaat olahraga pada lansia antara lain dapat memperpanjang usia, menyehatkan jantung, otot, tulang, membuat lansia lebih mandiri, mencegah obesitas, mengurangi kecemasan dan depresi. Olahraga dikatakan dapat memperbaiki komposisi tubuh, seperti lemak tubuh, kesehatan tulang, massa otot, dan meningkaktan daya tahan, massa otot dan kekuatan otot, serta fleksibilitas sehingga lansia lebih sehat dan bugar. Olahraga juga dapat menurunkan risiko penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit jantung (Carola et al, 1990).
Keberhasilan mencapai kebugaran sangat ditentukan oleh kualitas latihan yang meliputi tujuan latihan, pemilihan model latihan, penggunaan sarana latihan, dan yang lebih penting lagi adalah takaran atau dosis latihan yang dijabarkan dalam konsep FITT (Carola et al, 1990).
Contoh program latihan selama 4 bulan bagi seorang dewasa berumur 40 tahun, dengan berpedoman pada konsep FITT (frekuensi, intensitas, time, dan tipe latihan) (Carola et al, 1990).
Nama : Ari Wibowo
Tinggi Badan : 185 cm
Berat Badan : 78 kg
Umur : 40 tahun
DNM = Denyut Nadi Maksimal
= 220 – Umur
= 220 – 40
= 180

Intensitas latihan : Untuk olahraga kesehatan antara 70% – 85% dari DNM.
: Untuk olahraga prestasi antara 80% -90% dari DNM.

Waktu latihan : Untuk olahraga kesehatan 20 – 30 menit
: Untuk olahraga prestasi 45 – 120 menit.
Tabel 4. Contoh Program Latihan Kebugaran

BULAN 1
TIPE FREKUENSI INTENSITAS TIME
Jogging 1x / Minggu 70% x DNM = 126 dj/menit 20 Menit
Senam 1x / Minggu 70% x DNM = 126 dj/menit 20 Menit
Bersepeda 1x / Minggu 70% x DNM = 126 dj/menit 20 Menit
Renang 1x / Minggu 70% x DNM = 126 dj/menit 20 Menit
Bulutangkis 1x / Minggu 70% x DNM = 126 dj/menit 20 Menit
BULAN 2
TIPE FREKUENSI INTENSITAS TIME
Jogging 1x / Minggu 75% x DNM = 135 dj/menit 25 Menit
Senam 1x / Minggu 75% x DNM = 135 dj/menit 25 Menit
Bersepeda 1x / Minggu 75% x DNM = 135 dj/menit 25 Menit
Renang 1x / Minggu 75% x DNM = 135 dj/menit 25 Menit
Bulutangkis 1x / Minggu 75% x DNM = 135 dj/menit 25 Menit
BULAN 3
TIPE FREKUENSI INTENSITAS TIME
Jogging 1x / Minggu 80% x DNM = 140 dj/menit 30 Menit
Senam 1x / Minggu 80% x DNM = 140 dj/menit 30 Menit
Bersepeda 1x / Minggu 80% x DNM = 140 dj/menit 30 Menit
Renang 1x / Minggu 80% x DNM = 140 dj/menit 30 Menit
Bulutangkis 1x / Minggu 80% x DNM = 140 dj/menit 30 Menit
BULAN 4
TIPE FREKUENSI INTENSITAS TIME
Jogging 1x / Minggu 85% x DNM = 153 dj/menit 30 Menit
Senam 1x / Minggu 85% x DNM = 153 dj/menit 30 Menit
Bersepeda 1x / Minggu 85% x DNM = 153 dj/menit 30 Menit
Renang 1x / Minggu 85% x DNM = 153 dj/menit 30 Menit
Bulutangkis 1x / Minggu 85% x DNM = 153 dj/menit 30 Menit
MENGUKUR KESEGARAN JASMANI
Ada dua manfaat atau maksud mengapa kita mengukur kesegaran jasmani seseorang.
• Untuk mengetahui kondisi/status kesegaran jasmani seseorang, sekaligus menentukan program latihan yg sesuai untuk memelihara atau meningkatkan kesegaran jasmani
• Untuk mengevaluasi keberhasilan maupun kegagalan program latihan fisik.
Beberapa bentuk tes dan pengukuran dapat digunakan untuk mengukur atau mengetes kesegaran jasmani seseorang secara sederhana dan dapat dipakai sebagai penentu bagi siapa saja yang menginginkannya.
Pengertian Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Untuk dapat mencapai kondisi kesegaran jasmani yang prima seseorang perlu melakukan latihan fisik yang melibatkan komponen kesegaran jasmani dengan metode latihan yang benar.
Komponen Kesegaran Jasmani
Kesegaran Jasmani terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
1. Daya tahan kardiovaskuler atau daya tahan jantung dan paru-paru (cardiovascular endurance).
2. Daya tahan otot (muscle endurance)
3. Kekuatan otot (muscle strength)
4. Kelentukan (flexibility)
5. Komposisi tubuh (body composition)
6. Kecepatan gerak (speed of movement)
7. Kelincahan (agility)
8. Keseimbangan (balance)
9. Kecepatan reaksi (reaction time)
10. Koordinasi (coordination)
Sejumlah ahli kesehatan olahraga sependapat bahwa dari 10 komponen tersebut di atas, komponen daya tahan jantung dan paru-paru adalah komponen terpenting dalam menentukan kesegaran jasmani seseorang.
Daya tahan jantung dan paru-paru adalah suatu kemampuan tubuh untuk bekerja dalam waktu lama tanpa mengalami kelelahan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut. Daya tahan jantung dan paru-paru umumnya diartikan sebagai ketahanan terhadap kelelahan dan kemampuan pemulihan segera setelah mengalami kelelahan. Daya tahan yang tinggi dapat mempertahankan penampilan dalam jangka waktu yang relatif lama secara terus menerus.
Evaluasi Kesegaran Jasmani
Sejumlah protokol tes kesegaran jasmani yang ada, khusus untuk mengukur satu komponen tertentu kesegaran jasmani, tetapi ada juga metode tes yang dapat digunakan untuk mengevaluasi beberapa komponen kesegaran jasmani dalam satu rangkaian tes. Masing-masing protokol tes mempunyai kelebihan dan kelemahan. Hal ini tergantung dari masing-masing kebutuhan yang hendak dicapai dalam evaluasi kesegaran jasmani. Evaluasi kesegaran jasmani yang dilaksanakan terhadap seorang atlit tentu akan berbeda dengan masyarakat umum.

Latihan Jasmani
Latihan jasmani yang teratur sesuai kaidah yang berlaku dapat meningkatkan kesegaran jasmani, antara lain:
1. Dampak latihan jasmani terhadap tubuh
• Meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru
• memperkuat sendi dan otot
• Menurunkan tekanan darah
• Mengurangi lemak
• Memperbaiki bentuk tubuh
• Memperbaiki kadar gula darah
• Mengurangi risiko penyakit jantung koroner
• Memperlancar aliran darah
• Memperlancar pertukaran gas
• Memperlambat proses menjadi tua
2. Prinsip latihan jasmani
• Pembebanan lebih – untuk dapat menghasilkan kesegaran jasmani yang baik perlu diberikan beban kerja yang lebih dari yang biasa dilakukan.
• Pengkhususan – untuk tujuan tertentu diperlukan jenis latihan yang tertentu pula.
• Riversibilitas – kemajuan hasil latihan dapat menjadi hilang, jika lama tidak aktif berlatih
• Pemeliharaan – hasil latihan harus dipelihara dengan tetap berlatih pada intensitas dan frekuensi yang telah ditempuh.
3. Dosis Latihan
• Frekuensi : 3-5 seminggu
• Intensitas (zona latihan) : 60-90 % dari DNM (denyut nadi maksimal)
• Lama latihan : 20-60 menit, kontinyu dan melibatkan otot-otot besar.
Salah satu cara untuk menghitung intensitas latihan berdasarkan tolok ukur “Nadi”, adalah sebagai berikut.

Intensitas latihan = 60 s.d. 90 % x {(220-usia(tahun)}
atau
Intensitas latihan = 65 s.d. 75 % x (nadi cadangan + nadi istirahat)

Keterangan:
Nadi cadangan = DN Max – DN istirahat
Nadi maksimum = 220 – usia (tahun)
Nadi istirahat = Nadi yang dihitung, saat seseorang dalam keadaan istirahat
DN = Denyut nadi

Contoh menentukan intensitas latihan: .
Seseorang dengan usia 45 tahun, maka intensitas/denyut nadi waktu berlatih hendaknya berkisar antara 105 – 158 per menit. 60 x (220-45) = 105 – 90 x (220-45) = 158 100 100
Bentuk dan Cara Pengukuran
Ada beberapa bentuk tes yang dapat digunakan untuk mengukur kesegaran jasmani anda. Beberapa bentuk tes yang dapat dilakukan sendiri dan ada pula yang memerlukan bantuan tenaga dan pendamping yang khusus. Beberapa bentuk tes yang dapat digunakan untuk mengukur kesegaran jasmani Anda diantaranya adalah :
• Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan
Kelebihan berat badan dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan maupun penampilan/estetika.
Bagaimana sebaiknya berat badan kita ?
Berat badan ideal = 90 % x (tinggi badan – 100) | formula BROCCA
atau
Berat badan yang proporsional dibandingkan tinggi badannya adalah antara 80 % – 120 % dari tinggi badan dikurangi 100.
Contoh:
Sdr. Tommy, tinggi badan 170 cm. Berapa berat badan yang proporsional bagi Tommy?
Berat badan max = 120 % x (170 – 100) = 84 kg
Berat badan min = 80% x (170 – 100) = 56 kg
Bila lebih dari 84 kg, berarti ‘terlalu gemuk’ Bila kurang dari 56 kg, berarti ‘terlalu kurus’
• Pengukuran Denyut Nadi
Denyut nadi dapat dipakai sebagai tolok ukur kondisi jantung. Jadi, penting untuk diketahui. Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi (diraba) di permukaan kulit pada tempat-tempat tertentu. Frekuensi denyut nadi pada umumnya sama dengan frekuensi denyut/detak jantung.
Tempat meraba denyut nadi
Denyut nadi dapat dipalpasi pada beberapa tempat, misalnya:
1. Di pergelangan tangan bagian depan sebelah atas pangkal ibu jari tangan (arteri radialis).
2. Di leher sebelah kiri/kanan depan otot sterno cleido mastoideus (arteri carolis).
3. Di dada sebelah kiri, tepat di apex jantung (arteri temperalis) Cara menghitung denyut nadi pada arteri carolis
4. Di pelipis Gambar orang sedang meraba denyut nadi di leher
Hal-hal yang dapat diperiksa pada denyut nadi
1. Frekuensinya (berapa denyut per nadi)
2. Isinya
3. Iramanya (teratur/tidak teratur)
• Frekuensi nadi akan meningkat bila kerja jantung meningkat.
• Bila kita berlatih, maka dengan sendirinya frekuensi denyut nadi akan semakin cepat sampai batas tertentu sesuai dengan beratnya latihan yang dilakukan.
• Setelah latihan selesai, frekuensi nadi akan turun lagi.
• Orang yang terlatih, nadi istirahatnya lebih lambat dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih.
Cara menghitung denyut nadi
Penghitungan denyut nadi secara manual dapat dilakukan dengan cara:
1. Nadi dihitung selama 6 detik; hasilnya dikalikan 10 atau
2. Nadi dihitung selama 10 detik; hasilnya dikalikan 6 atau
3. Nadi dihitung selama 15 detik; hasilnya dikalikan 4 atau
4. Nadi dihitung selama 30 detik; hasilnya dikalikan 2.
Pada orang dewasa normal, denyut nadi saat istirahat berkisar antara 60 – 80 denyut setiap menit. Penghitungan denyut nadi juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut “Pulse-Monitor” atau “Pulse-Meter”, yaitu alat elektronik yang dapat digunakan untuk mengukur frekuensi nadi setiap menit.
Denyut nadi yang perlu diketahui
1. Nadi Basal (nadi saat baru bangun tidur, sebelum bangkit dari tidur)
2. Nadi Istirahat (nadi waktu tidak bekerja)
3. Nadi Latihan (nadi saat latihan fisik)
4. Nadi Pemulihan (nadi setelah selesai latihan fisik).
• Pengukuran Persentasi Lemak Tubuh
Lemak akan memberikan andil pada keindahan bentuk tubuh bila jumlahnya tepat dan sesuai dengan letaknya. Oleh karena itu, persentasi lemak perlu diukur. Persentasi lemak tubuh tergantung pada jenis kelamin, usia, keturunan dan aktivitas seseorang.
Tabel 1 : Norma Persentasi Lemak Tubuh (Pria)
Usia Persentasi Lemak Tubuh
s.d. 30 tahun
30 – 50 tahun
50 – 70 tahun 9 – 15 %
11 – 17 %
12 – 19 %
Tabel 2 : Norma Persentasi Lemak Tubuh (Wanita)

Usia Persentasi Lemak Tubuh
s.d. 30 tahun
30 – 50 tahun
50- 70 tahun 1 – 21 %
15 – 23 %
16 – 26 %

Fungsi Lemak Tubuh
1. Sebagai cadangan makanan
2. Pelindung organ-organ bagian dalam
3. Membantu memberi garis bentuk tubuh
Alat yang dipergunakan untuk mengukur persentasi lemak bagian bawah kulit
1. Skin fold caliper
2. Alat tulis
3. Tabel prakiraan persentasi lemak
Bagian tubuh yang diukur
1. Bagian belakang lengan atas (triceps)
2. Bagian depan lengan atas (biceps)
3. Di bawah tulang belikat (sub scapula)
4. Di atas kristailiaka (supra iliaca)
Untuk mengetahui persentasi lemak tubuh bisa digunakan salah satu tempat saja sebagai tempat pengukuran atau keempat tempat tersebut di atas.

Cara pengukuran
1. Kulit di tempat yang diukur dicubit dengan tangan kiri sedemikian rupa, sehingga yang dicubit hanyalah lipatan kulit dan lemaknya saja tanpa mengikutkan lapisan otot dibawahnya.
2. Tangan kanan memegang Caliper untuk menjepit lapisan kulit yang telah dicubit dengan tangan kiri. Dengan telah terjepitnya lapisan kulit dan lemak bawah kulit dapat dibaca pada skala yang ada pada Skin Fold Caliper berapa milimeter tebalnya.
• Pengukuran Kelentukan
Tujuan
Untuk mengetahui kelentukan seseorang
Alat
• bangku dengan ukuran tinggi 50 cm
• mistar panjang dengan ukuran 50 – 60 cm
Cara
• Peserta tidak memakai alas kaki
• Peserta berdiri dengan kaki lurus
• Lutut bagian belakang lurus (lutut tidak boleh ditekuk)
• Pelan-pelan bungkukkan badan dengan posisi tangan lurus ke bawah menyentuh mistar skala. Usahakan agar ujung jari tangan mencapai skala sejauh mungkin; sikap ini dipertahankan selama 3 detik.
• Tes dilakukan 2 kali berturut-turut.

Hasil
Hasil yang dicatat adalah angka skala tertinggi yang dapat dicapai oleh kedua ujung jari dan raihan terjauh dari dua kali raihan yang menjadi hasil kelentukan seseorang.

Tabel 3 : Norma Penilaian dan Klasifikasi Kelentukan
No Klasifikasi Prestasi (cm)
1
2
3
4
5 Baik sekali
Baik
Sedang
Kurang
Kurang Sekali lebih dari 19
11.5 s.d. 19
-1.5 s.d. 11.5
-6.5 s.d. -1.5
lebih dari -6.5
• Pengukuran Kekuatan Otot
• Pengukuran Daya Ledak Otot (Power)
• Pengukuran Fungsi Paru
• Pengukuran Daya Tahan Jantung dan Paru-Paru
• Pengukuran Prediksi Nilai VO2 max
Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik, Kurikulum 2013 memuat pegembangan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, serta mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.

Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and socialreconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.
Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Kurikulum2013dikembangkan atasteori“pendidikanberdasarkan standar” (standard-based education),dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum).Pendidikanberdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci menjadistandar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas- luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.

Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum)dalambentukprosesyangdikembangkanberupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas,dan masyarakat;dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik,dan kemampuan awal peserta didik. Pengalamanbelajar langsungindividual peserta didikmenjadi hasil belajarbagi dirinya, sedangkanhasil belajarseluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

RasionalPengembanganKurikulum2013dikembangkanberdasarkanfaktor-faktor sebagai berikut:
a. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikanyang mengacukepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputistandar isi, standarproses,standarkompetensilulusan,standarpendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantanganinternallainnyaterkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.SaatinijumlahpendudukIndonesiausiaproduktif (15 – 64tahun)lebihbanyak dariusiatidakproduktif(anak-anak berusia 0 -14 tahundan orang tuaberusia 65 tahunke atas). Jumlahpendudukusiaproduktifiniakanmencapaipuncaknya padatahun2020-2035padasaatangkanyamencapai70%.Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agarsumberdaya manusiausia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadisumberdaya manusiayang memilikikompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

b. Tantangan Eksternal
Tantanganeksternalantaralainterkaitdengan arusglobalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi,kebangkitan industrikreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdaganganmodern seperti dapat terlihatdiWorldTradeOrganization(WTO),Association of Southeast Asian Nations(ASEAN)Community,Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA).Tantanganeksternaljuga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi,dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi InternationalTrendsin International Mathematicsand Science Study(TIMSS)dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 jugamenunjukkanbahwacapaiananak-anakIndonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.

c. Penyempurnaan Pola Pikir
Kurikulum 2013 dikembangkandenganpenyempurnaanpola pikir sebagaiberikut:
1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;
2) polapembelajaransatuarah(interaksiguru-pesertadidik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya);
3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring(pesertadidikdapatmenimbailmudarisiapasaja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);
4) polapembelajaranpasifmenjadipembelajaranaktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains);
5) polabelajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);
6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasisalat multimedia;
7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) denganmemperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;
8) pola pembelajaranilmupengetahuantunggal(monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
9) pola pembelajaranpasif menjadi pembelajarankritis.

Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melaluipendidikan disiplinilmu. Filosofiinimenentukanbahwaisikurikulumadalahdisiplinilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu(essentialism). Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama mata pelajaran yangsamadengan namadisiplinilmu,selalubertujuanuntuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik.

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan salah satu disiplin ilmu atau mata pelajaran wajib pada kelompok B di dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum SMP/MTs. Alokasi waktu yang disediakan adalah 3 jam setiap minggu. Jumlah alokasi waktu jam pembelajaran setiap kelas merupakan jumlah minimal yang dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Sebagai mata pelajaran wajib kelompok B pengembangan kontennya dilakukan olah pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah. Pola muatan kedaerahan/lokal ke dalam mata pelajaran ini dapat dilakukan dengan cara pengintegrasian konten daerah ke dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar yang sudah ada, namun apabila tidak dapat diintegrasikan ke dalam kompetensi dasar yang ada, maka daerah/sekolah dapat merumuskan kompetensi dasar tersendiri merujuk kepada kompetensi inti yang sudah ada.

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada penjelasan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37 UU dituliskan, bahwa bahan kajian pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dimaksudkan untuk membentuk karakter peserta didik agar sehat jasmani dan rohani, dan menumbuhkan rasa sportivitas. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan ditekankan untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap mental, emosional, sportivitas, spiritual, dan sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Selain tujuan utama tersebut dimungkinkan adanya tujuan pengiring, tetapi porsinya tidak dominan.

Sesuai dengan penjelasan tersebut William H Freeman (2007: 27-28) menyatakan bahwa pendidikan jasmani menggunakan aktivitas jasmani untuk menghasilkan peningkatan secara menyeluruh terhadap kualitas fisik, mental, dan emosional peserta didik. Pendidikan jasmani memperlakukan setiap peserta didik sebagai satu kesatuan yang utuh, tidak lagi menganggap individu sebagai pemilik jiwa dan raga yang terpisah, sehingga diantaranya dianggap dapat saling mempengaruhi. Pendidikan jasmani merupakan bidang kajian yang luas yang sangat menarik dengan titik berat pada peningkatan pergerakan manusia (human movement). Pendidikan jasmani menggunakan aktivitas jasmani sebagai wahana untuk mengembangkan setiap individu secara menyeluruh, mengembangkan pikiran, tubuh, dan jiwa menjadi satu kesatuan, hingga secara konotatif dapat disampaikan bahwa “suara pikiran adalah suara tubuh.”

Sementara itu, pendidikan jasmani oleh Marilyn M. Buck dan kawan-kawan (2007:15), diterjemahkan sebagai kajian, praktek, dan apresiasi atas seni dan ilmu gerak manusia (human movement). Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan. Gerak merupakan sifat alamiah dan merupakan ciri dasar eksistensi manusia sebagai mahluk hidup. Pendidikan jasmani bukan merupakan bidang kajian yang tertutup. Perubahan yang terjadi di masyarakat, perubahan teknologi, pemeliharaan kesehatan, dan pendidikan secara umum membawa dampak bagi kualitas program pendidikan jasmani.

Pendek kata pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan diberikan di sekolah untuk menciptakan “insan pendidikan jasmani (physical education person)”. National Standards for Physical Education (NASPE) sebagaimana yang dikutip oleh Michel W. Metzler (2005:14) menggambarkan sosok “insan pendidikan jasmani” ini dengan syarat dapat memenuhi standar: 1). Mendemonstrasikan kemampuan keterampilan motorik dan pola gerak yang diperlukan untuk menampilkan berbagai aktivitas fisik, 2). Mendemonstrasikan pemahaman akan konsep gerak, prinsip-prinsip, strategi, dan taktik sebagaimana yang mereka terapkan dalam pembelajaran dan kinerja berbagai aktivitas fisik, 3). Berpartisipasi secara regular dalam aktivitas fisik, 4). Mencapai dan memelihara peningkatan kesehatan dan derajat kebugaran, 5). Menunjukkan tanggung jawab personal dan sosial berupa respek terhadap diri sendiri dan orang lain dalam suasana aktivitas fisik, dan 6). Menghargai aktivitas fisik untuk kesehatan, kesenangan, tantangan, ekspresi diri, dan atau interaksi sosial.
Berangkat dari pandangan yuridis dan akademis tersebut, maka dapat disipulkan bahwa pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Mengingat tantangan yang berat bagi seorang guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan untuk menjalankan profesinya dalam Implementasi kurikulum 2013 mulai diterapkan pada tahun ajaran 2013/2014 pada bulan Juli 2013. Untuk memfasilitasi dan membantu guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dalam melaksanakan peran dan tugas dalam membangun “insan pendidikan jasmani” dalam pelaksanaan kurikulum 2013, perlu disusun pedoman pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran ini.

Tujuan
Buku ini bertujuan untuk memberikan pedoman pada guru pendidikan jasmani, olahaga, dan kesehatan tentang:
1. Esensi perubahan kurikulum 2013.
2. Mengembangan muatan lokal yang berkaitan dengan pengembangan keterampilan gerak
3. Menyusun perencanaan pembelajaran
4. Pengelolaan kegiatan belajar mengajar
5. Melakukan penilaian.

Ruang Lingkup
Pedoman pelaksanaan ini memuat 9 bab yang saling berkaitan, yakni:
Bab I: Latar belakang, tujuan memuat karakteristik mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, konsep dasar pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dengan pendekatan ilmiah (scientific approach) sesuai dengan karakteristik peserta didik dan kekhasan mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, desain, ruang lingkup, dan sasaran;
BabII: karakteristik mata pelajaran, memuat tentang arti penting mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada jenjang persekolahan
Bab III: kurikulum 2013, memuatan tentang lingkup kompetensi dan materi mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di sekolah, perbedaan kurikulum 2013 dengan kurikulum 2006, pengorganisasian alokasi waktu perminggu, dan pengorganisasian muatan lokal.
BabIV: Desain Pembelajaran memuat tentang Kerangka Pembelajaran, Pendekatan pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, dan membuat rancangan pembelajaran.
BabV: model-model pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, pemilihan model, dan kaitan materi dengan model.
Bab VI: penilaian pembelajaran memuat tentang, strategi penilaian, bentuk penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan, pelaporan hasil penilaian;
Bab VII:Media dan Sumber belajar.
Bab VIII:Kultur Sekolah.
Bab IX : Penutup.
Sasaran
Sasaran dari penulisan buku pedoman ini adalah:
1. Guru mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada setiap satuan pendidikan SMP/MTs
2. Kepala Sekolah
3. Pengawas Sekolah dan Mata Pelajaran
4. Dinas Pendidikan/ Instansi terkait lainnya

KERAKTERIKSTIK MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pada kenyataannya, pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya.

Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta life skill. Dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan akan memberikan peluang untuk menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan bukanlah sebuah batang tubuh pengetahuan atau teori, tetapi merupakan wahana layanan jasa dalam konteks agogik (pedagogi dan andragogi). Dari aspek biologis-fisiologis, begitu sempurna seluruh sistem yang diberkahi oleh Allah SWT yang berbasis pada sistem homeostasis (sistem keseimbangan berkelanjutan) dengan dukungan sistem saraf para simpatetik dan saraf simpatetik serta jumlah sel saraf yang canggih (sekitar 10 milyar neuron), sistem daur ulang peredaran darah yang luar biasa kecermatannya (siklusnya 1.440 kali selama sehari), dan kelengkapan sistem lainnya, seperti penapasan dengan kapasisitas raksasa (pengisiaan dan pengosongan sebanyak 150.000 perhari) yang dilaksanakan oleh organ yang dikemas dalam ukuran mini (sekitar 300 juta alveoli atau kantong hawa “dilipat”rapi sebagai paru dengan berat total hanya 1,1 kg). Namun yang menarik, anugrah itu sia-sia bila tidak dibina, karena terdapat hukum paradoks dalam fungsi faal tubuh: semakin tidak digunakan atau digerakkan, semakin mengalami degradasi fungsinya. Karena itu aktivitas jasmani merupakan keharusan bagi kelangsungan fungsi organ tubuh, yang berarti pendidikan jasmani merupakan satu bagian dari rangsangan fisik yang diberikan secara terpilih dan sistematik.

Melalui pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan akan tercapai makna pendidikan dari aspek sosiologis dan psikologis. Hasil riset tentang perkembagnan anak yang dilaksanakan oleh Piaget sangat membantu untuk memperoleh kejelasan tentang hakikat dan dampak dari bermain bagi anak-anak, yang ternyata sangat diperlukan untuk perkembangan kognitifnya. Kini kiat banyak penelitian yang mengungkapkan efek dari stimulus lingkungan terhadap kuatnya “pesambungan” sinaps atau simpul-simpul saraf. Sejak lama, para ahli di Uni Sovyet, seperti fisiolog Michelufer meneliti persoalan tersebut dan sampai pada kesimpulan bahwa manifestasi akhir dari semua sistem saraf tingkat tinggi adalah gerak otot. Dengan kata lain, materi dasar dari inteligensia adalah sistem saraf, dan bagian yang paling maju adalah otak, yang begitu erat kaitannya dengan gerakan otot, termasuk otot halus dan myocadium.

Dari sisi keniscayaan sosial, betapa penting aktivitas jasmani dan/atau permainan bagi anak untuk menumbuhkan keterampilan sosial yang menjadi dasar bagi sifat-sifat yang melekat dalam wataknya. Selain itu, self-concept yang menjadi landasan kepribadian anak, berkembang melalui aktibivitas jasmani, dan justru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang terbimbing dengan baik merupakan rangsangan yang positif bagi pembentukan konsep diri yang positif.

Tidak ada pendidikan yang tidak mempunyai sasaran pedagogis, dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, karena gerak sebagai aktivitas fisik adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang berkembang secara alami berkembang searah dengan kemajuan zaman. Melalui pendidikan jasmani anak didik akan memperoleh berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil dan memiliki kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat serta memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap gerak manusia.

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan membantu peserta didik mengembangkan pemahaman tentang apa yang mereka perlukan untuk membuat komitmen seumur hidup tentang arti penting hidup sehat, aktif dan mengembangkan kapasitas untuk menjalani kehidupan yang memuaskan dan produktif. Sehingga berdampak pada meningkatkan produktivitas dan kesiapan untuk belajar, meningkatkan semangat, mengurangi ketidakhadiran, mengurangi biaya perawatan kesehatan, penurunan kelakuan anti-sosial seperti bullying dan kekerasan, mempromosikan hubungan yang aman dan sehat, dan meningkatkan kepuasan pribadi.
Penelitian telah menunjukkan keterkaitan tersebut antara peningkatan tingkat aktivitas fisik dan prestasi akademik yang lebih baik, lebih baik konsentrasi, lebih baik perilaku kelas dan lebih terfokus belajar. Manfaat lain termasuk perbaikan dalam kesejahteraan psikologis, kemampuan fisik, konsep-diri, dan kemampuan untuk mengatasi stres.

Harapannya kurikulum pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan ini juga memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan sosial dan kesejahteraan emosional. Di bidang kesehatan peserta didik akan belajar keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses dalam hidup aktif dan warga yang bertanggung jawab secara sosial.

Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Sehingga membantu peserta didik mengembangkan pemahaman tentang apa yang mereka perlukan untuk membuat komitmen seumur hidup sehat, aktif dan mengembangkan kapasitas untuk menjalani kehidupan yang memuaskan dan produktif.

Di sisi lain kurikulum pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan mempromosikan nilai-nilai pendidikan yang penting dan tujuan yang mendukung pengembangan karakter. Ini termasuk berusaha untuk mencapai salah satu pribadi terbaik, keadilan dan fair play, menghormati keragaman, kepekaan dan rasa hormat terhadap kebutuhan individu maupun kebutuhan kelompok, dan kesehatan yang baik serta kesejahteraan.

Kerangka teoritis pengembangan kurikulum mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan untuk satuan pendidikan SMA/MA, dan SMK/MAK diawali dengan kajian karakteristik peserta didik, karena kurikulum ini pada dasarnya diperuntukkan bagi mereka. Adapun karakteristik perkembangan anak usia SMP/MTs adalah sebagai berikut:
Pada anak usia antara 13 – 14 tahun, anak memasuki tahap perkembangan gerak spesialistik. Berbagai keterampilan gerak yang diorientasikan pada berbagai situasi, arah dan tujuan pada kondisi keterampilan terbuka telah dapat dilakukan anak dengan tingkat koordinasi yang baik.
Pertumbuhan fisik yang makin sempurna makin berkembangnya kapasitas fisik seperti daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelentukan, keseimbangan dan koordinasi. Perkembangan fungsi kapasitas tersebut menyebabkan mereka telah dapat melakukan berbagai kegiatan fisik dan permainan seperti halnya orang dewasa. Berbagai aktivitas fisik yang dilakukan mereka menjadi stimulan bagi pertumbuhan dan perkembangan yang makin sempurna. Peraturan permainan yang serupa dengan peraturan permainan orang dewasa dapat dilakukan oleh mereka.
Proses pembelajaran pada kelompok usia ini diorientasikan pada pengembangan kematangan kemampuan fisik-motorik, mental dan sosial subjek sebagai bagian dari komunitas masyarakat. Pembentukan kemampuan keterampilan sebaiknya diorientasikan pada pengembangan kemampuan keterampilan terbuka dengan tidak mengabaikan kemampuan individu untuk melakukan berbagai keterampilan tertutup, seperti pada cabang olahraga atletik dan senam perlu mendapatkan perhatian, sedangkan pengembangan keterampilan seperti pada berbagai permainan hendaknya mendapatkan perhatian yang lebih proporsional.
Pada anak berusia 15 tahun, berbagai keterampilan gerak yang diorientasikan pada berbagai situasi, arah dan tujuan telah dapat dilakukan dengan baik. Kualitas perkembangan gerak pada tahap ini secara signifikan dipengaruhi oleh kualitas perkembangan gerak pada masa sebelumnya.
Proses pembelajaran pada tahap ini diorientasikan pada berbagai pengembangan keterampilan gerak yang lebih spesialistik dengan tidak mengabaikan prinsip pengembangan keterampilan multilateral. Proses pengembangan keterampilan yang multipleks-kompleks dengan orientasi pembentukan keterampilan terbuka hendaknya menjadi bagian yang dominan dalam tiap proses pembelajaran. Prinsip-prinsip permainan cabang olahraga individu dan beregu, seperti beberapa nomor atletik, senam permainan sepak bola dan bola voli telah dapat diperkenalkan kepada mereka. Pada keterampilan atletik dan senam dapat diperluas implementasi dari pengembangan gerak dasar lokomosi, nonlokomosi serta stabilisasi. Sementara itu, pada permainan sepak bola, dan bola voli dapat memperluas implementasi keterampilan gerak di atas dalam rambu-rambu peraturan yang membatasi keinginan destruktif dalam diri anak.
Tujuan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
Tujuan mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan kesadaran tentang arti penting aktivitas fisik untuk mencapai pertubuhan dan perkembangan tubuh serta gaya hidup aktif sepanjang hayat.
2. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani, mengelola kesehatan dan kesejahteraan dengan benar serta pola hidup sehat.
3. Mengembangkan keterampilan gerak dasar, motorik, keterampilan, konsep/ pengetahuan, prinsip, strategi dan taktik permainan dan olahraga serta konsep gerakan.
4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai percaya diri, sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, pegendalian diri, kepemimpinan, dan demokratis dalam melakukan aktivisas fisik.
5. Meletakkan dasar kompetitif diri (self competitive) yang sportif, percaya diri,disiplin, dan jujur.
6. Menciptakan iklim sekolah yang lebih positif
7. Mengembangkan muatan lokal yang berkembang di masyarakat
8. Menciptakan suasana yang rekretif, berisi tantangan, ekspresi diri
9. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk aktif dan sehat sepanjang hayat, dan meningkatkan kebugaran pribadi.

Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan jenjang SMP/MTs adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas Permainan dan Olahraga termasuk tradisional, misalnya; sepakbola, bola voli, bola basket, kasti, bulutangkis, tenis meja, softball jalan cepat, larijarak pendek, lompat jauh, tolak peluru, pencak silat, sepak takraw, bola tangan, dan olahraga tradisional lainnya. Kegiatan ini bertujuan untuk memupuk kecenderungan alami anak untuk bermain melalui kegiatan bermain informal dan meningkatkan pengembangan keterampilan dasar, kesempatan untuk interaksi sosial. Menerapkannya dalam kegiatan informal dalam kompetisi dengan orang. Juga untuk mengembangkan keterampilan dan memahami dari konsep-konsep kerja sama tim, serangan, pertahanan dan penggunaan ruang dalam bentuk eksperimen/eksplorasi untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman.
2. Aktivitas Kebugaran, meliputi pengembangan komponen kebugaran berkaitan dengan kesehatan, terdiri dari latihan; kekuatan, kelincahan, kecepatan, daya tahan (aerobik dan anaerobik), dan tes kebugaran jasmani.
3. Aktivitas Senam dan Gerak Ritmik, meliputi senam lantai, senam alat, senam ritmik/irama, presiasi terhadap kualitas estetika dan artistik dari gerakan, tarian kreatif dan rakyat.
4. Aktivitas Air, memuat kompetensi dan kepercayaan diri saat peserta didik berada di dekat, di bawah dan di atas air. Memberikan kesempatan unik untuk pengajaran gaya-gaya renang (dada, punggung, bebas )dan juga penyediaan peluang untuk kesenangan bermain di air dan aspek lain dari olahraga air termasuk mengapung, loncat indah dan pertolongan dalam olahraga air.
5. Kesehatan, meliputi; P3K, pola hidup sehat,seks bebas dan NAPZA, gizi dan makanan sehat, manfaat aktifitas fisik, denyut jantung,Pencegahanpenyakitdanpengurangan biaya perawatan kesehatan.
Tingkat
Kompetensi Tingkat
Kelas Kompetensi Ruang Lingkup Materi
4 VII-VIII
• Memahami konsep dan mempraktikkan mengukur komponen kebugaran jasmani terkait kesehatan dan keterampilan
• Memahami konsep dan mempraktikkan gabungan pola gerak dominan menuju teknikdasar senam lantai sederhana
• Memahami konsep dan mempraktikkan variasi rangkaian aktivitas gerak ritmik dalam bentuk rangkaian sederhana

• Memahami dan mempraktikkan gerak dasar tiga gaya renang yang berbeda

• Memahami dan menyajikan manfaat jangka panjang dari partisipasi dalam aktivitas fisik secara teratur, pola makan sehat, bergizi dan seimbang, bahaya seks bebas, NAPZA, dan obat berbahaya, serta mempraktikkan tindakan P3K pada cidera ringan
• Menunjukkan perilaku sportif,bertanggung jawab, menghargaiperbedaan, toleransi, bekerjasama, dan disiplin Aktivitas fisik melalui:
• Aktivitas fisik teknik dasar bela diri: pencak silat, karate, dan taekwondo,
• Aktivitas fisik dan komponenkebugaran terkait kesehatan:kekuatan, daya tahan, kelenturan, dan komposisi tubuh,dan terkait keterampilan:kecepatan, ketepatan,kelincahan, keseimbangan, dan koordinasi
• Aktivitas fisik Senam: head stand, hand stand – melenting kedepan,
• Rangkaian aktivitas ritmik senam dengan musik dan aerobic terkoordinasi dengan baik
• Aktivitas fisik melalui rangkaian renang gaya bebas, gaya punggung, dan gaya dada
Kesehatan
• P3K, pencegahan berbagai penyakit dan bahaya dari seks bebas, NAPZA dan obat berbahaya lainnya, dan makan bergizi
4a IX

• Menguasai konsep dan mempraktikkan variasi dan kombinasi permainan dan olahraga
• Menguasai konsep dan mempraktikkan variasi dan kombinasi olahraga beladiri
• Menguasai konsep dan mempraktikkan berbagai bentuk latihan pengembangan kebugaran jasmani
• Menguasai konsep variasi dan kombinasi dan mempraktikkannya ke dalam rangkaian gerak dasar senam
• Menguasai konsep variasi dan kombinasi dan mempraktikkannya ke dalam rangkaian aktivitas gerak ritmik yang lebih kompleks
• Menguasai dan mempraktikkan gerak dasar tiga gaya renang

• Menguasai peran dan fungsi aktivitas fisik, dan makanan bergizi dalam mengontrol berat badan dan pencegahan penyakit
• Mengamalkan perilaku sportif, bertanggung jawab, menghargai perbedaan, toleransi, bekerjasama, disiplin, dan menerima kekalahan dengan sikap positif dan mengekspresikan kemenangan dengan wajar Aktivitas fisik dan Olahraga
permainan
• Permainan bola besar, sepakbola, bola voli, bola basket
• Permainan bola kecil, bulutangkis, softball /rounders, tenis meja, Aktivitas atletik jalan cepat, lari, lompat, dan lempar, serta olahraga permainan tradisional
• Aktivitas fisik melalui beladiri Pencaksilat/ karate/ taekwondo/beladiri tradisional
• Aktivitas fisik latihan kekuatan,daya tahan, kecepatan, dan kelenturan
• Aktivitas fisik senam: guling lenting, roll – sikap kayang, rool –neck spring
• Aktivitas fisik ritmik: senam aerobik, dan SKJ secara harmonis
• Aktivitas fisik melalui gerak dasar renang gaya bebas, gaya punggung, dan dada

Kesehatan
• Peran dan fungsi aktivitas fisik, dan makanan bergizi dalam mengontrol berat badan dan pencegahan penyakit

Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.
Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:
1. kelompok1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1;
2. kelompok2: kelompok kompetensi dasar sikap social dalam rangka menjabarkan KI-2;
3. kelompok3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3; dan
4. kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4

Lingkup kompetensi dan materi mata pelajaran penjasorkes di SMP/ MTs/SMPLB/Paket B.

Pengorganisasian Alokasi Waktu
Pengorganisasian Alokasi Waktu untuk SMP/MTs
Berdasarkan struktur kurikulum SMP/MTs seperti yang tertuang di dalam Permendikbud No. 68 Tahun 2013 tentang kurikulum SMP/MTs, alokasi waktu mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah 3 jam pelajaran per minggu, satu jam pelajaran adalah 40 menit.

Pola penerapan dalam satu minggu dapat menggunakan beberapa cara, yaitu;
a. Melakukan kegiatan belajar mengajar dalam 2 kali pertemuan dalam satu minggu, pertemuan pertama 1 jam pelajaran dan pertemuan kedua 2 jam pelajaran, misalnya pada hari Selasa dan Kamis.
b. Melakukan kegiatan belajar mengajar dalam 1 kali pertemuan, setiap pertemuan alokasi waktunya adalah 120 menit. Sekolah dapat memilih cara yang lebih sesuai, akan tetapi lebih disarankan pada 1 kali pertemuan saja.

Pengintegrasian Muatan Lokal
Di dalam struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah kurikulum 2013, mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan mata pelajaran wajib kelompok B, ini berarti bahwa mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat disisipi dengan konten muatan lokal.
Mengacu pada pernyataan tersebut bahwa bahan kajian muatan lokal dapat dipadukan/diintegrasikan ke mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Adapun jenis muatan lokal yang dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran ini adalah berbagai jenis muatan lokal yang berkaitan dengan aktivitas gerak, seperti permainan; gobak sodor, sepak takraw, engrang, bentengan dan olahraga atau permainan daerah lainnya.
Pola pengintegrasian muatan lokal ke dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dapat dilakukan dengan cara yaitu:
1. Melakukan analisis bahan kajian muatan lokal yang terdapat di daerah setempat yang berkaitan dengan aktivitas gerak. Setelah ditemukan bahan kajiannya kemudian disingkronkan dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada setiap kelas dari kelas I sampai dengan kelas XII.
2. Bila bahan kajian muatan lokal yang berkaitan dengan aktivitas gerak tidak dapat dikaitkan dengan kompetensi dasar yang sudah ada, maka daerah merumuskan kompetensi dasar yang baru merujuk kepada komptensi inti pada kelas yang relevan, selanjutnya menyusun/menyesuaikan dengan silabus yang ada.
3. Guru wajib menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
4. Pemerintah daerah wajib menyusun bahan ajar, buku panduan guru dan buku panduan siswa.
Contoh: Permainan Gobaksodor yang dapat diintegrasikan ke dalam aktivitas kebugaran karena pada permainan ini terdapat unsur kelincahan, kecepatan dan kelenturan.
DESAIN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN

A. Kerangka pembelajaran
Dimensi kompetensi dasar mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di klasifikasi dalam 4 jenis, yaitu :
1. kompetensi dasar pengembangan sikap religius
2. kompetensi dasar pengembangan sikap sosial
3. kompetensi dasar pengetahuan
4. kompetensi dasar keterampilan/psikomotor

Kerangka pembelajaran merupakan rangkaian aktivitas yang dirancang oleh guru untuk mencapai keempat jenis kompetensi dasar tersebut. Kompetensi dasar dimensi pengetahuan dan keterampilan merupakan kompetensi yang dibelajarkan kepada peserta didik, sementara kompetensi dasar sikap religius dan sikap sosial merupakan kompetensi yang dikembangkan selama proses pembelajaran (in direct teaching) kompetensi dasar pengetahuan dan keterampilan, misalnya; kompetensi dasar 3.1 Memahami konsep keterampilan gerak fundamental permainan bola besar dari kompetensi inti pengetahuan dan kompetensi dasar 4.1 Mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dengan menekankan gerak dasar fundamental dari kompetensi inti keterampilan. Materi pokok untuk kompetensi ini, misalnya permainan sepakbola, maka sikap religius dan sikap sosialnya adalah sikap yang relevan dengan permainan sepakbola, seperti sikap sportivitas, kerjasama, disiplin, toleransi, dan sikap-sikap lainnya.

B. Pendekatan Pembelajaran
Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan ilmiah atau saintifik approach pada proses pembelajaran. Pendekatan ilmiah (saintifik approach) meliputi aktivitas; mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, mengomunikasikan yang dilakukan oleh peserta didik untuk sampai kepada kompetensi dasar yang diharapkan.

Proses pembelajaran harus menngembangkan tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap memuat tentang transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘mengapa’. ranah keterampilan memuat tentang transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’. ranah pengetahuan memuat tentang transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘apa’.

Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dapat disajikan seperti berikut ini:
1. Mengamati
Mengamati adalah proses mengenal objek melalui penggunaan indra yang dimiliki, misalnya dengan melihat/menonton, mendengarkan, dan membaca. Sehingga peserta didik akan memperoleh konsep awal dan menemukan permasalahan-permasalahan dalam materi yang akan dipelajari. Proses ini akan berdampak pada peserta didik memahami obyek secara nyata, senang, tertantang, dan memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran selanjutnya. Contoh kegiatan mengamati dalam pembelajaran materi pokok sepakbola:
• Membaca informasi variasi dan kombinasi teknik permainan sepakbola (mengumpan, mengontrol, menggiring, posisi, dan menembak bola ke gawang) dari berbagai sumber media cetak atau elektronik, dan membuat kesimpulannya. Proses pengamatan ini dapat dilakukan sebelum atau sesudah pembelajaran.
• Mengamati pertandingan sepakbola secara langsung dan atau di TV/Video dan membuat catatan tentang variasi dan kombinasi teknik dasar (mengumpan, mengontrol, menggiring, dan menembak bola ke gawang) dan membuat catatan hasil pengamatan, atau
• Mengamati peragaan gerak yang didemonstrasikan oleh guru atau teman dan membuat catatan tentang kekuatan dan kelemahan variasi dan kombinasi (mengumpan, mengontrol, menggiring, posisi, dan menembak bola ke gawang) yang dilakukan oleh temannya selama bermain

2. Menanya
Pada proses ini guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk saling bertanya untuk mengungkapkan berbagai masalah yang ditemukan pada saat proses pengamatan dengan berbagai bentuk pertanyaan baik yang berkaitan dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan kompetensi yang akan diraihnya. Contoh kegiatan menanya dalam pemainan sepakbola:
a. Pertanyaan yang berhubungan dengan afektif: bagaimana jalannya permainan sepakbola bila tidak didukung oleh kerjasama tim?, bagaimana perasaanmu bila tim lawan terlalu keras dalam bermain?
b. Pertanyaan yang berhubungan dengan keterampilan: Bagaimana jalannya bola jika titik perkenaan bola dengan kaki dirubah (bawah, tengah dan atas bola)?” Apakah jarak titik tumpu berpengaruh terhadap kekuatan menendang bola? Varisi gerak menendang jenis apa yang akan digunakan bila jarak dengan dengan teman jauh?
c. Pertanyaan yang berhubungan dengan kognitif: Apa manfaat permainan sepakbola terhadap kesehatan dan otot-otot yang dominan yang dipergunakan dalam permainan sepakbola?.
3. Mengumpulkan informasi
Kegiatan mengumpulkan informasi ini merupakan bagian dari kegiatan eksplorasi yaitu untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan terkait dengan pengembangan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Contoh kegiatan eksperimen dalam pemainan sepakbola:
• Menerapkan permain sepakbola tanpa kerjasama tim dan membuat kesimpulannya.
• Menendang dengan merubah titik perkenaan kaki dengan bola secara individual, berpasangan atau berkelompok dalam posisi di tempat dan sambil bergerak dengan menunjukkan nilai disiplin, menghargai perbedaan, dan kerjasama.
• Mendiskusikan berbagai macam variasi dan kombinasi keterampilan gerak permainan sepakbola seperti (mengumpan, mengontrol, menggiring, posisi, lemperan ke dalam, dan menembak bola ke gawang) dan manfaat permainan sepakbola terhadap kesehatan dan kebugaran tubuh.

4. Menalar/Mengasosiasi
Menalar adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Istilah menalar dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan beragam peristiwa untuk kemudian dijadikan sebagai dasar pembuatan keputusan. Contoh kegiatan menalar dalam pemainan sepakbola:
a. Mencari hubungan antara titik perkenaan bola dengan kaki dikaitkan dengan arah gerak bola sehingga mampu memilih alternatif terbaik.
b. Mencari hubungan antara jenis tendangan dengan sasaran yang hendak dicapai sehingga mampu memilih alternatif terbaik.
c. Mencari hubungan antara permainan sepakbola dengan kesehatan dan kebugaran tubuh

5. Mengomunikasikan
Mengomunikasikan adalah proses penyajian berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam bentuk penyampaian informasi, peragaan keterampilan, dan sikap dalam pembelajaran atau kehidupan. Contoh kegiatan mengomunikasikan dalam pemainan sepakbola, contoh: menerapkan berbagai variasi dan kombinasi keterampilan gerak yang telah dipelajari (mengumpan, mengontrol, menggiring, posisi, lemperan ke dalam, dan menembak bola ke gawang) ke dalam permainan sepakbola dengan peraturan yang dimodifikasi dengan menunjukkan sikap sportif, kerjasama, bertanggung jawab, menghargai perbedaan, disiplin, dan toleransi selama bermain.

C. Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan), termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumberdaya/kekuatan dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah abstraksi serangkaian kegiatan meliputi penggunaan metode serta pemanfaatan sumber daya pendukung pembelajaran (Wina Sanjaya, 2006).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa pada prinsipnya strategi pembelajaran adalah pendayagunaan sumber daya, meliputi sumber daya guru, siswa, kelas, sekolah dan lingkungan masyarakat sekitar dalam pembelajaran melalui penggunaan berbagai metode.

Metode pembelajaran merupakan cara penyampaian materi pembelajaran untuk meraih kompetensi yang ditetapkan. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah: kebutuhan siswa, kemampuan guru, besarnya kelas, alat dan fasilitas yang tersedia, media yang ada, tujuan yang ingin dicapai, materi yang dipelajari dan lingkungannya. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan:
1. Metode Ceramah (Preaching Method)
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah peserta didik yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ceramah dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan biasanya digunakan untuk menyampaikan tujuan pembelajaran, manfaat materi pembelajaran, skenario pembelajaran, dan apersepsi, serta klarifikasi.

2. Metode diskusi (Discussion method)
Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan usaha pemecahan masalah (problem solving). Jenis dari metode ini antara lain diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation). Metode diskusi dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan biasanya digunakan untuk penemuan, pendalaman, dan perluasan konsep, keterampilan, dan sikap. Contoh penerapannya misalnya: setelah peserta didik melakukan permainan sepakbola, selanjutnya mereka mendiskusikan cara-cara meningkatkan keterampilannya agar dapat lebih baik.

3. Metode demonstrasi (Demonstration method)
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan suatu keterampilan gerak terlebih dahulu sebelum anak melakukannya. Peragaan ini dapat dilakukan oleh peserta didik, guru, atau tayangan video dan gambar. Sebagai cotoh: guru mendemonstrasikan gerakan menendang bola sebelum peserta didik mempratikkannya.

4. Metode resitasi (Recitation method)
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana peserta didik diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri, misalnya setelah selesai mengamati permainan sepakbola, baik melalui media atau melihat langsung mereka langsung membuat resume.

5. Metode latihan keterampilan (Drill method)
Metode latihan keterampilan adalah suatu cara memperoleh keterampilan dengan cara melakukan pengulangan atau mengulang-ulang (drill) keterampilan yang dipelajarinya. Contoh latihan keterampilan pola langkah (footwork) dalam permainan bulutangkis.

6. Metode mengajar sesama teman (Peer teaching method)
Metode mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri. Contoh dari penerapan materi ini adalah pembelajaran pasing bawah dalam permainan bolavoli secara berpasangan, satu sebagai pengamat dan lainnya sebagai pelaku untuk kemudian saling memberi dan menerima saran.

7. Metode pemecahan masalah (Problem solving method)
Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana peserta didiknya diberi soal-soal, lalu diminta untuk memecahkannya. Penerapan dari metode ini adalah dengan memberikan permasalahan kepada peserta didik untuk dipecahkan secara perorangan maupun kelompok. Contoh persoalan adalah peserta didik diminta menetukan pilihan penggunaan pergelangan tangan atau persendian siku ketika melakukan pukulan forehand pada permainan bulutangkis.

Metode pembelajaran yang dipilih pada prinsipnya tidak dapat berdiri sendiri, dan dianggap paling efektif. Pemilihan strategi/metode pembelajaran disesuaikan dengan karakter peserta didik, materi ajar, dan kompetensi yang akan dicapai.

D. Rancangan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Silabus pembelajaran telah dikembangkan oleh Kemdikbud, sedangkan RPP dikembangkan oleh guru yang bersangkutan sesuai dengan karakter peserta didik, dan sekolahnya. Perencanaan pembelajaran meliputi: penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran.
1. Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan untuk mengawal implementasi kurikulum 2013 telah disiapkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar.

Setiap pendidik (guru) pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematik agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik. Komponen RPP terdiri dari:
a. Identitas Sekolah, Mata Pelajaran, dan Kelas/sSemester;
b. Kompetensi Inti,
c. Kompetensi Dasar (sikap spritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan) dan indikator pencapaian kompetensi;
d. Materi Pokok;
e. Alokasi Waktu;
f. Tujuan Pembelajaran;
g. Materi Pembelajaran;
h. Metode Pembelajaran;
i. Media, alat dan Sumber belajar;
j. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran, memuat kegiatan pendahuluan, inti (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan), dan penutup; dan
k. Penilaian (sikap, pengetahuan, dan keterampilan).

Langkah-Langkah Pengembangan RPP
a. Mengkaji silabus, untuk menyusunan RPP guru harus merujuk pada silabus yang sudah ditetapkan secara nasional dan memperkaya dengan materi yang terdapat di buku guru.
b. Mengembangkan indikator pencapaian kompetensi
c. Merumuskan kriteria ketuntasan minimal yaitu dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar yang akan dicapai (kompleksitas), daya dukung, dan karakteristik peserta didik (intake). Dan angka yang digunakan untuk merumuskan KKM adalah merujuk pada penilaian rapor, seperti tabel berikut ini:
Konversi Kompetensi Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap

Predikat Nilai Kompetensi Nilai Rentang
Pengetahuan Keterampilan Sikap
A 4 4 SB 97 – 100
A- 3.66 3.66 90 – 96
B+ 3.33 3.33 B 82 – 89
B 3 3 74 – 81
B- 2.66 2.66 66 – 73
C+ 2.33 2.33 C 58 – 65
C 2 2 49 – 57
C- 1.66 1.66 41 – 48
D+ 1.33 1.33 K 33 – 40
D 1 1 1 – 32
Keterangan: Batas minimal KKM untuk pengetahuan dan keterampilan adalah 2,66 atau angka rentang 66 – 73

d. Menyusun RPP sesuai dengan Permendikbud yang relevan

MODEL PEMBELAJARAN

A. Model-model Pembelajaran
1. Inquiry learning.
Beberapa pernyataan yang mendasari penggunaan model inquiry dalam perspektif CTL adalah sebagai berikut:
a. Mengajar sesungguhnya adalah mengajarkan siswa bagaimana belajar efektif dan efisien: capacity of learning efectivelly and efficiency
b. Kegiatan meneliti merupakan bagian integral dalam kehidupan nyata di lingkungan profesional maupun akademia
c. Siswa mempelajari pengetahuan dengan cara yang sama seperti bagaimana pengetahuan itu sendiri diperoleh/berkembang.
d. strategi Inquiry merujuk pada proses dan keterampilan yang digunakan oleh para scientis dalam melakukan penelitian .
e. Strategi inquiry melibatkan pemahaman mengenai “bagaimana dan mengapa pengetahun berubah dalam merespon bukti-bukti, analisis logis, dan berbagai penjelasan yang diperdebatkan dalam komunitasnya (NRC 2000, p. 21).

Tahapan model pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dengan model ini adalah :
a. Pendahuluan
1) Siswa mempersiapkan perlalatan yang akan dipakai dalam pembelajaran
2) Guru menunjuk siswa untuk membariskan dan memimpin doa sebelum dimulai pembelajaran

b. Inti
1) Siswa melakukan gerakan senam irama sesuai dengan instruksi guru sebelum pembelajaran dimulai
2) Guru membuka dan menjelaskan pembelajaran senam irama bagi kesehatan dan kebugaran jasmani
3) Siswa melakukan gerakan senam irama sesuai dengan penjelasan guru secara individu maupun kelompok, dan menyampaikan arti penting kerjasama dalam gerak senam berirama.
4) Seluruh gerakan senam irama siswa diawasi dan diberikan koreksi oleh guru apabila ada kesalahan gerakan
5) Siswa secara individu dan atau kelompok melakukan gerakan senam irama dengan menunjukkan sikap kerjasama sesuai dengan koreksi oleh guru
6) Guru mengamati seluruh aktifitas siswa dalam melakukan gerakan senam irama secara seksama

c. Penutup
1) Guru menyampaikan tingkat pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperoleh oleh peserta didik, menyampaikan peserta didik yang mendapatkan hasil yang terbaik, dan memberikan motivasi pada yang belum.
2) Siswa merapihkan dan mengembalikan peralatan yang telah digunakan
3) Secara klasikal berdo’a
2. Problem-based learning (PBL).
Beberapa pernyataan yang mendasari penggunaan model PBL dalam perspektif CTL adalah sebagai berikut:
a. Masalah merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan dan setiap orang harus mampu mengatasinya
b. Siswa diberi masalah baik yang bersifat nyata maupun buatan guru sendiri
c. Malasah tersebut harus dipecahkan dengan melibatkan berpikir kritis
d. Pemikiran kritis, idealnya diambil dari berbagai disiplin ilmu
e. Masalah yang diberikan pada siswa hendaknya sesuai dengan karakteristik siswanya untuk meningkatkan minat dan partisipasi belajarnya

Tahapan model pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dengan model ini adalah :
a. Pendahuluan
1) Siswa mempersiapkan perlalatan yang akan dipakai dalam pembelajaran
2) Guru menunjuk siswa untuk membariskan dan memimpin doa sebelum dimulai pembelajaran
3) Siswa diminta untuk mempersiapkan pertanyaan gerakan-gerakan yang tidak mampu
b. Inti
1) Siswa melakukan gerakan senam irama yang tidak mampu dilakukan pada saat gerakan
2) Guru mengamati seluruh gerakan senam irama siswa secara individu maupun kelompok
3) Seluruh gerakan senam irama siswa diawasi dan diberikan koreksi oleh guru apabila ada kesalahan gerakan
4) Siswa secara individu dan atau kelompok melakukan gerakan senam irama sesuai dengan koreksi oleh guru
5) Seluruh gerakan siswa setelah diberikan umpan balik diamati oleh guru secara individu maupun kelompok
6) Siswa melakukan gerakan senam irama secara individu secara bergantian

c. Penutup
1) Secara klasikal siswa diberikan penghargaan dan motivasi berdasarkan hasil penilaian
2) Siswa merapihkan dan mengembalikan peralatan yang telah digunakan
3) Secara klasikal berdo’a

3. Cooperative learning.
Beberapa pernyataan yang mendasari penggunaan model cooperative learning dalam perspektif CTL adalah sebagai berikut
a. Manusia adalah mahkluk sosial, keterampilan sosial merupakan penentu keberhasilan hidup individual maupun komunal
b. Siswa belajar bekerja bersama dalam sebuah kelompok yang terfokus pada tujuan bersama melalui kolaborasi dan saling menghargai
c. Setiap siswa dalam kelompok harus membuat kontribusi yang sama pentingnya terhadap pencapaian tujuan bersama

Tahapan model pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dengan model ini adalah :
a. Pendahuluan
1) Siswa mempersiapkan perlalatan yang akan dipakai dalam pembelajaran
2) Guru menunjuk siswa untuk membariskan dan memimpin doa sebelum dimulai pembelajaran
3) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan teknik gerakan, misalnya : teknik bermain sepakbola maka siswa dibagi menjadi kelompok mengoper, menggiring, menendang, menangkap bola, melempar ke dalam.

b. Inti
1) Siswa melakukan gerakan teknik sepakbola sesuai dengan pembagian kelompok instruksi guru sebelum pembelajaran dimulai
2) Guru menjelaskan keterkaitannya teknik sepakbola bagi kebugaran jasmani
3) Siswa yang memiliki keterampilan lebih baik dapat dijadikan sebagai mediator bagi siswa lain dalam kelompok tersebut.
4) Secara kelompok siswa berganti tempat untuk mempelajari gerakan teknik yang berbeda dari kelompok asal.
5) Seluruh gerakan teknik sepakbola diawasi dan diberikan koreksi oleh guru apabila ada kesalahan gerakan
6) Siswa secara individu dan atau kelompok melakukan gerakan teknik sepakbola sesuai dengan koreksi oleh guru

c. Penutup
1) Secara klasikal siswa diberikan penghargaan dan motivasi berdasarkan hasil penilaian
2) Siswa merapihkan dan mengembalikan peralatan yang telah digunakan
3) Secara klasikal berdo’a

Kemampuan melaksanakan model pembelajaran tidak terjadi secara otomatis setelah seorang guru memahami konsep model pembelajaran. Kemampun melaksanakan model pembelajaran harus dilatihkan agar guru dapat mengajar secara efektif dan siswa belajar secara komprehensif. Model pembelajaran tidak hanya mementingkan peranan guru tetapi juga harus mempertimbangkan dan memperhitungkan peranan siswa yang belajar. Dalam model harus terkandung bahwa siswa dibantu untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, dan bagaimana mengekspresikan pikirannya. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa guru harus mampu membuat siswa belajar.
B. Keterkaitan Materi dengan Pemilihan model

Jenis model pembelajaran untuk implementasi kurikulum 2013 sebagaimana diuraikan di atas, memberi gambaran kepada pembaca bahwa model pembelajaran dapat diarahkan ke dalam empat tujuan, yaitu pengembangan atau perolehan ilmu pengetahuan; pengembangan afektif, pribadi, atau personal; pengembangan sosial; dan pengembangan keterampilan. Pengembangan atau perolehan tersebut dapat dilakukan melalui proses mencari tahu sendiri. Dalam perspektif kurikulum 2013 sangat dianjurkan siswa mencari sendiri melalui proses mencari melalui aktivitas mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

Setelah kita mengetahui karakteristik dari masing-masing model tersebut, langkah selanjutnya adalah memilih model yang dijadikan sebagai alat untuk mencapai kompetensi yang ingin dicapai. Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam memilih model, yaitu sebagai berikut:
1. Proses deduktif. Jangan memulai dengan memikirkan model. Pertimbangkanlah, What is the most important learning outcome?. Cari tahu dari SKL, KI, KD, selanjutnya elaborasi ke dalam indikator dan tuangkan dalam tujuan pembelajaran. Hal ini karena tidak ada model yang sesuai untuk meraih seluruh kompetensi dasar.
2. Setelah memilih kompetensi dasar yang akan dicapai, langkah selanjutnya adalah menetapkan materi ajar dengan cara menganalisis kompetensi dasar, misalnya “kompetensi dasar pengetahuan dan keterampilan memuat tentang variasi dan kombinasi keterampilan gerak permainan bola besar”, maka materi pokoknya adalah jenis permainan bola besar yaitu sepakbola, bolabasket, bolavoli, dan bolatangan.
3. Seiring dengan memilih bahan ajar, guru juga harus mempertimbangkan karakteristik siswa seperti:
a. Pengalaman belajar
b. Motivasi
c. Tahapan belajar gerak
d. Kemampuan (abilitie-capabilities)
e. Perhatian (Attention)
f. Gairah (Arousal)
g. Memori
h. Kemampuan memproses informasi.
4. Pengetahuan tentang materi apa yang dimiliki guru? Seorang guru harus menguasai seluruh materi pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Penguasaan materi akan mempengaruhi kelancaran pembelajaran dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkannya. Untuk itu kemapuan profeional penguasaan materi oleh seorang guru hendaknya harus selalu diupayakan baik melalui pelatihan maupun otodidak. Dalam kondisi penguasaan materi yang relatif rendah, para guru harus memilih materi yang paling dikuasainya.
5. Keterbatasan sarana prasarana pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada umumnya masih relatif rendah. Salah satu kriteria yang sering digunakan untuk itu, misalnya didasarkan pada rasio jumlah siswa dengan ruang terbuka dengan perbandingan 1:2. Artinya ketika di suatu sekolah memiliki ruang terbuka 1000 meter persegi maka jumlah siswa maksimal 200 siswa. Di Indonesia sarana parasarana sangat kurang oleh karena itu, identifikasi terhadap sarana, prasarana termasuk peralatan yang tersedia di sekolah perlu dilakukan untuk dapat memilih model yang paling cocok digunakannya. Dalam keadaan tertentu, guru bisa jadi harus memodifikasi sarana, prasarana, termasuk peralatan dalam rangka menerapkan model pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang cocok.
6. Setelah langkah-langkah di atas dilakukan dan teridentiffikasi jawabannya barulah guru menentukan model yang paling cocok digunakan dengan mempertimbangkan karakteristik model sebagaimana disebutkan sebelum bahasan ini.
PENILAIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN

A. Strategi Penilaian
Penilaianpendidikansebagaiproses pengumpulandanpengolahan informasiuntukmengukurpencapaianhasilbelajar pesertadidik. Hasil penilaian digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap keberhasilan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dan efektivitas proses pembelajaran serta untuk membuat keputusan tentang tingkap pencapaian kompetensi peserta didik.

Penilaiandilakukansecaraholistikmeliputiaspeksikap,pengetahuan dan keterampilan untuksetiapjenjangpendidikan baik pendidikan dasar maupun menengah,yang dilakukan selama prosespembelajaran berlangsung (penilaianproses)maupunsetelahpembelajaran usaidilaksanakan (penilaianhasilbelajar).Padajenjangpendidikan dasar,proporsipembinaan karakterlebihdiutamakandaripadaproporsipembinaanakademik, sementara pada jenjang pendidikan menengah diarahkan pada keseimbangan antara sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Penilaian pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian dilaksanakan melalui berbagai teknik/cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian tertulis (paper and pencil test) atau lisan, penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portfolio), dan penilaian diri.

Penilaian proses dan hasil belajar mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya sama dengan mata pelajaran lainnya, hanya terdapat sedikit perbedaan dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, yaitu ada penilaian kebugaran jasmani.

1. Penilaian Kesehatan dan Kebugaran Jasmani
a. Penilaian Kesehatan Peserta Didik
Pada awal tahun ajaran sebaiknya sekolah melakukan penilaian kesehatan terhadap seluruh peserta didik. Penilaian kesehatan ini dilakukan oleh tim dokter. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi derajat kesehatan dan penyakit-penyakit yang didertia oleh peserta didik, misalnya penyakit asma, jantung atau penyakit kronis lainnya. Data kesehatan peserta didik dijadikan sebagai bahan rujukan oleh guru pendidikan jasmani dalam menyusun perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Bagi peserta didik yang teridentifikasi mengalami ganguan kesehatan, maka aktivitas fisik yang diberikan kepada mereka harus sesuai agar tidak menimbulkan dampak yang fatal bagi anak bersangkutan.

b. Mengukur indeks massa tubuh (IMB) atau body mass indeks (BMI)
IMT dihitung dari massa badan (M) dan kuadrat tinggi atau height (H), atau IMT= M/HxH, di mana M adalah massa badan dalam kg, dan H adalah tinggi badan dalam meter. BMI sebagai alat bantu untuk menyatakan seseorang terlalu kurus, ideal, di atas ideal, gemuk, dan obesitas.

c. Mengukur derajat kebugaran jasmani secara umum dari McCloy
Jenis instrumen untuk mengukur kebugaran jasmani sangat beragam sesuai dengan komponen dan cara pengukurannya. Salah satu contoh instrument yang sudah sangat dikenal adalah tes kebugaran jasmani Indonesia (TKJI), Tes kebugaran jasmani dengan McCloy, dan banyak lagi yang lainnya.

2. Penilaian sikap, dilakukan melalui;
a. Observasi
Merupakan teknikpenilaianyangdilakukansecaraberkesinambungan denganmenggunakanindera,baik secaralangsungmaupuntidaklangsung denganmenggunakan formatobservasiyangberisisejumlahindikator perilakuyangdiamati.Halinidilakukansaatpembelajaran maupundi luar pembelajaran.

b. Penilaian Diri
Merupakan teknikpenilaiandengancaramemintapesertadidikuntuk mengemukakan kelebihandankekurangandirinyadalamkonteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaiandiri.

c. Penilaian Antarteman
Merupakanteknikpenilaiandengancaramemintapesertadidik untuk salingmenilaiterkaitdengansikapdanperilakukeseharian pesertadidik. Instrumenyangdigunakanberupalembarpenilaianantarpesertadidik.

d. Jurnal/Catatan guru
Merupakancatatanpendidikdidalamdandiluarkelasyangberisiinformasi hasil pengamatantentangkekuatandan kelemahanpesertadidik yang berkaitandengansikapdanperilaku.Jurnalbisadikatakan sebagaicatatan yangberkesinambungandarihasilobservasi.

3. Penilaian Pengetahuan, dilakukan melalui;
a. Tes Tertulis
Tes tertulis digunakan untuk mengukur pengetahuan yang diperoleh dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Berdasarkan jenisnya tes tertulis dapat dilakukan dengan tesyangsoaldanjawabannyatertulisberupa pilihan ganda, isian,Benar-salah,menjodohkan,danuraian, sedangkan berdasarkan waktu pelaksanaannya tes dilakukan dalam situasi yang disediakan khusus, misalnya: ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester ataupun ulangan kenaikan kelas. Tes dapat juga dilakukan melekat dalam proses pembelajaran, misalnya dalam bentuk kuis, untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik dapat menguasai atau menyerap materi pelajaran.

b. TesLisan
Teslisanberupapertanyaan- pertanyaanyangdiberikan gurusecaraucap (oral)sehinggapesertadidikmeresponpertanyaantersebut secaraucap juga,sehinggamenimbulkankeberanian.Jawabandapatberupakata,frase, kalimatmaupunfaragrafyangdiucapkan.

c. Penugasan
Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang dapat berupapekerjaan rumahbaiksecaraindividuataupunkelompok sesuai dengankarakteristiktugasnya.

4. Penilaian Keterampilan
a. Praktik
Penilaian kinerja dapat berbentuk penilaian berupa melakukan suatu aktivitas keterampilan gerak (skill test). Melalui penilaian kinerja peserta didik diminta mendemonstrasikan kinerjanya dalam aktivitas jasmani atau melaksanakan berbagai macam keterampilan gerak sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Penilaian kinerja dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dapat berupa penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam menerapkan keterampilan dasar bermain sepakbola, keterampilan dasar bermain bolabasket, keterampilan dasar bermain bolavoli, dan sebagainya ke dalam permainan yang sesungguhnya.

Penilaian domain keterampilan dalam penilaian kinerja yang diterapkan pada pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan akan sangat tergantung dari jenis keterampilan yang akan dinilai.

b. Penilaian Portofolio
PenilaianPortofolioadalahpenilaianmelaluisekumpulan karyapeserta didikyangtersusunsecarasistematisdanterorganisasiyangdilakukan selama kurunwaktutertentu.Portofoliodigunakan olehgurudanpesertadidikuntuk memantau secara terus menerus perkembangan pengetahuan dan keterampilan pesertadidikdalambidangtertentu.Dengandemikianpenilaian portofoliomemberikan gambaransecaramenyeluruh tentangprosesdan pencapaianhasilbelajarpesertadidik.

c. Penilaian Proyek
Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.

Penilaian projek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian projek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, penyelidikan dan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran dan indikator/topik tertentu secara jelas.
Pada penilaian projek, setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan: (a) kemampuan pengelolaan: kemampuan peserta didik dalam memilih indikator/topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan, (b) relevansi, kesesuaian dengan mata pelajaran dan indikator/topik, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran, dan (c) keaslian: proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap projek peserta didik.
Selanjutnya, untuk menjamin kualitas perencanaan dan pelaksanaan penilaian proyek, perlu dikemukakan petunjuk teknis. Berikut dikemukakan petunjuk teknis pelaksanaan dan acuan dalam menentukan kualitas penilaian projek.

B. Bentuk Penilaian Sikap, Pengetahuan, Keterampilan, dan Kebugaran

1. Kebugaran Jasmani,
Kebugaran jasmani dan kesehatan berkontribusi pada kehidupan yang efektif dan sejahtera. Terkait dengan kebugaran jasmani ini, peserta didik dituntut dapat mencapai taraf kebugaran yang diinginkan dan mengetahui secara pasti bahwa kebugaran jasmani merupakan kebutuhan bagi dirinya sepanjang hayat. Keikutsertaan peserta didik dalam aktivitas fisik secara reguler dapat mempertajam dan meningkatkan level kebugaran dan kesehatan, serta keterampilan fisik. Program pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang baik menyediakan pengalaman bermakna dan kegemaran, serta motivasi beraktivitas fisik. Semakin baik dan bermakna program pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang disediakan oleh sekolah, semakin meningkatkan peran serta peserta didik melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, yang pada akhirnya memberi sumbangsih dalam menciptakan masyarakat aktif yang sehat dan bugar.

Instrumen untuk mengukur kebugaran jasamani sangat beragam sesuai dengan komponen dan cara pengukurannya. Salah satu contoh instrument yang sudah sangat dikenal adalah tes kebugaran jasmani Indonesia (TKJI). Namun demikian, berikut dicontohkan salah satu instrument yang dapat dipakai untuk mengukur salah satu komponen kebugaran jasmani.

Tes kebugaran jasmani dengan Mc Cloy ini mempersyaratkan testee untuk melakukan serangkaian kegiatan berupa pull ups, press ups, squat thrusts, squat jumps, dan sit ups.Instrument ini digunakan untuk melihat perkembangan kebugaran jasmani peserta didik dari waktu ke waktu secara personal, sehingga untuk menentukan norma atau derajat kebugaran jasmani peserta didik perlu dilakukan penetapan norma oleh guru sesuai dengan rata-rata kemampuan peserta didiknya.

Pelaksanaan pengukuran kebugaran jasmani ini dilakukan secara berangkai dan terus menerus dengan tahap-tahap yang telah ditentukan. Pada setiap pergantian kegiatan diberikan jeda waktu selama tiga menit untuk memberi kesempatan testee melakukan pemulihan. Perlu dipastikan, seluruh peserta didik dapat melakukan secara benar setiap gerakan agar pelaksanaan pengukuran tidak terganggu masalah teknis, dan data yang diperoleh valid. Berikut adalah prosedur dan langkah pelaksanaan tes tersebut:
a. Testee melakukan pemanasan kurang lebih selam 10 menit
b. Testee melakukan Pull Ups (dagu melewati palang) sebanyak yang mampu ia lakukan
c. Asisten tes menghitung dan mencatat jumlah pengulangan yang bisa dilakukan testee
d. Testee istirahatselama tiga (3) menit
e. Testee melakukan Press Ups sebanyak yang mampu ia lakukan
f. Asisten tes menghitung dan mencatat jumlah pengulangan yang bisa dilakukan testee
g. Testee istirahat selama tiga (3) menit
h. Asisten tes memberikan aba-aba “GO” dan memencet stopwatch tanda dimulai Squat Thrusts
i. Testee melakukan Squat Thrustssebanyak-banyaknya selama 1 menit
j. Asisten tes menghitung dan mencatat jumlah pengulangan yang bisa dilakukan testee
k. Testee istirahat selama tiga (3) menit
l. Asisten tes memberikan aba-aba “GO” dan memencet stopwatch tanda dimulai Squat Jumps
m. Testee melakukan Squat Jumps sebanyak-banyaknya selama 1 menit
n. Asisten tes menghitung dan mencatat jumlah pengulangan yang bisa dilakukan testee
o. Testee istirahat selama tiga (3) menit
p. Asisten tes memberikan aba-aba “GO” dan memencet stopwatch tanda dimulai Sit Ups
q. Testee melakukan Sit Ups sebanyak-banyaknya selama 2 menit, dan asisten tes menghitung dan mencatat jumlah pengulangan yang bisa dilakukan testee. Peralatan yang diperlukan oleh tester dan asisten tes adalah matras rata yang tidak licin, papan gantung untuk melakukan pull ups, stopwatch, dan berbagai alat tulis. Skor derajat kebugaran jasmani atau The Physical Fitness Index (P.F.I.) adalah hasil penjumlahan seluruh pengulangan dari lima item tes dibagi lima (5).

PROGRAM PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Kelas :
Komponen Kebugaran Jasmani
Butir tes Tes awal tgl……. Target saya Tes sendiri tgl………. Tes akhir tgl………..
.
Daya tahanumum (sala hsatu)
lari/jalan
1000m
2400m atau
………………
Kelentukan Lentuk togok
Daya tahan dan kekuatan ototperut baring duduk atau modifikasi
Daya tahan dan kekuatan otot lengan (salah satu) pull-ups/ push-ups atau modifikasi

2. Sikap
Perilaku positif harus dijadikan target (output) dari program pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di sekolah. Peserta didik melalui pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tidak diharapkan hanya bisa melihat apa yang seharusnya dikerjakan, tetapi harus secara sukarela dan langsung mempraktikkan perilaku positif dalam setiap aktivitas. Nilai-nilai sosial yang dapat dikembangkan adalah kerja sama, komitmen, kepemimpinan, ketaatan, jiwa sportif, serta kerelaan berkorban untuk kepentingan yang lebih besar. Aktivitas fisik dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan juga menyediakan saluran yang sesuai untuk merilis tekanan emosional, meningkatkan rasa kebanggaan diri, mengembangkan inisiatif, arah diri, dan kreativitas.

Tujuan afektif pada pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan selain mengembangkan sikap ketaataturan sosial, apresiasi terhadap aktivitas fisik serta keuntungan yang dapat diperoleh, juga diarahkan pada pengembangan kualitas moral seperti hormat terhadap hak orang lain, rasa empati dan belas kasihan, serta ketaatan terhadap hukum sebagai bagian dari warga negara yang baik. Sikap lain yang juga perlu dikembangkan adalah kualitas estetika, kegembiraan, dan keluwesan dalam melakukan aktivitas.

Penilaian sikap ini dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a. Observasi, penilaian ini dilakukan selama proses pembelajaran, guru membuat format penilaian seperti berikut ini,

b. Penilaian Diri
Penilaian ini dilakukan oleh peserta didik, guru menyediakan format seperti contoh berikut ini;
Nama :
Kelas :
Semester :
Waktupenilaian :
No Pernyataan Ya Tidak
1 Sayaberusahabelajardengansungguh-sungguh
2 Saya mengikuti pembelajaran dengan penuh perhatian
3 Saya mengerjakan tugas yang diberikan guru tepat Waktu
4 Saya mengajukan pertanyaan jika ada yang tidak
dipahami
5 Saya berperan aktif dalam kelompok
6 Saya menyerahkan tugas tepat waktu
7 Saya selalu membuat catatan hal-hal yang saya

anggappenting
8 Saya merasa menguasasi dan dapat mengikuti

kegiatanpembelajarandenganbaik
9 Saya menghormati dan menghargai orang tua
10 Say amenghormati dan menghargai teman
11 Saya menghormati dan menghargai guru

Keterangan:
1. Penilaianpersepsidirisiswauntukmencocokkan persepsidirisiswa dengankenyataanyangada.
2. Hasilpenilaianpersepsidirisiswadigunakansebagaidasarguruuntuk melakukanbimbingandanmotivasilebihlanjut.
3. Penilaian diri untuk SD/MI dilaksanakan pada kelas tinggi (4, 5, dan 6), dan untuk SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK dapat dilaksanakan mulai dik awal.

c. Penilaian Antarteman
Merupakanteknikpenilaiandengancaramemintapesertadidik untuk menilai sikap temannya Instrumenyangdigunakanberupalembarpenilaianantarpesertadidik yang di rancang oleh guru seperti contoh berikut ini.
Namatemanyangdinilai :
Namapenilai :
Kelas :
Semester :
Waktupenilaian :

No
Pernyataan
ya
tidak
1 Berusahabelajardengansungguh-sungguh
2 Mengikutipembelajarandenganpenuhperhatian
3 Mengerjakantugasyangdiberikangurutepatwaktu
4 Mengajukanpertanyaanjikaadayangtidakdipahami
5 Berperanaktifdalamkelompok
6 Menyerahkantugastepatwaktu
7 Selalumembuatcatatanhal-halyangdianggap
Penting
8 Menguasasidandapatmengikutikegiatan
pembelajarandenganbaik
9 Menghormatidanmenghargaiteman
10 Menghormatidanmenghargaiguru
Keterangan:
1. Penilaianantartemandigunakanuntukmencocokanpersepsidirisiswa denganpersepsitemannyasertakenyataanyangada.
2. Hasilpenilaianantartemandigunakansebagaidasarguruuntuk melakukanbimbingandanmotivasilebihlanjut.
3. Penilaian diri untuk SD/MI dilaksanakan pada kelas tinggi (4, 5, dan 6), dan untuk SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK dapat dilaksanakan mulai dik awal.

d. Jurnal/Catatan guru
Merupakancatatanpendidikdidalamdandiluarkelasyangberisiinformasi hasil pengamatantentangkekuatandan kelemahanpesertadidik yang berkaitandengansikapdanperilaku.Jurnalbisadikatakan sebagaicatatan yangberkesinambungandarihasilobservasi.
No Kompetensi Dasar Indikator Esensial Level Pengetahuan Jumlah Butir Skor/ Deskripsi
1. Menentukan variasi dan kombinasi teknik dasar permainan bola besar a. Menyebut jenis-jenis teknik dasar yang dapat divariasikan dan dikombinasikan C-1 (ingatan) 1 Skor 3, jika jenis disebut secara lengkap
Skor 2, jika jenis disebut secara kurang lengkap
Skor 1, jika jenis disebut tidak lengkap
b. Menjelaskan berbagai kegunaan variasi dan kombinasi teknik dasar C-3 (penerapan) 1 Skor 4, jika penjelasan benar dan lengkap
Skor 3, jika penjelasan benar tetapi kurang lengkap
Nilai2, jika sebagian penjelasan tidak benar dan kurang lengkap
Skor 1, jika hanya sebagian penjelasan yang benar dan tidak lengkap
c. Menjelaskan cara melakukan variasi dan kombinasi teknik dasar salah satu permainan bola besar (contoh; sepakbola) C-3 1 Skor 4, jika urutan benar dan lengkap
Skor 3, jika urutan benar tetapi kurang lengkap
Nilai2, jika sebagian urutan tidak benar dan kurang lengkap
Skor 1, jika hanya sebagian urutan yang benar dan tidak lengkap
2. ……………………. ……………………. …………….. …….. …………………….

3. Pengetahuan
Program pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang diselenggarakan di sekolah seharusnya menjamin peserta didik memiliki pengetahuan dan memahami pentingnya aktivitas fisik dan keterkaitannya dengan kesehatan seseorang serta nilai-nilai esensial yang ada didalamnya. Pengetahuan yang diperlukan juga meliputi prinsip-prinsip ilmiah aktivitas fisik, latihan, dan kesehatan. Contoh dari pengetahuan lain yang diharapkan dari diselenggarakannya program pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah kemampuan merancang dan menerapkan program kebugaran jasmani dan pengendalian berat badan, mengevaluasi kebugaran, serta keselamatan dalam melakukan aktivitas fisik. Penguasaan pengetahuan terhadap aturan permainan, strategi, dan teknik juga diperlukan dalam pembiasaan kemampuan peserta didik dalam menghadapi berbagai permasalahan pada situasi tekanan emosional yang tinggi. Selain itu peserta didik juga perlu menguasai pengetahuan tentang proses akuisisi gerak, prinsip dasar gerak (pusat keseimbangan, pengerahan tenaga, dan berbagai hal lain yang diperlukan dalam aktivitas fisik).

Berikut adalah contoh pengembangan instrument penilaian pengetahuan:
Menyusun kisi-kisi instrument penilaian pengetahuan

Dari kisi-kisi tersebut dapat disusun contoh instrument penilaian dalam bentuk soal uji tulis, sebagai berikut:
1) Ada berapakah teknik dasar yang dapat kalian kombinasikan dalam permainan bola besar (contoh sepakbola)? Sebutkan jenis-jenis teknik dasar tersebut!
2) Sebut dan jelaskan berbagai kegunaan variasi dan kombinasi teknik dasar dalam melakukan permainan bola besar (contoh sepakbola)!
3) Jelaskan cara melakukan variasi dan kombinasi teknik dasar salah satu permainan bola besar (contoh; sepakbola)!

3. Penilaian Keterampilan
a. Praktik
Penilaian kinerja dapat berbentuk penilaian berupa melakukan suatu aktivitas keterampilan gerak (skill test). Melalui penilaian kinerja peserta didik diminta mendemonstrasikan kinerjanya dalam aktivitas jasmani atau melaksanakan berbagai macam keterampilan gerak sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Penilaian kinerja dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dapat berupa penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam menerapkan keterampilan dasar bermain sepakbola, keterampilan dasar bermain bolabasket, keterampilan dasar bermain bolavoli, dan sebagainya ke dalam permainan yang sesungguhnya.

Penilaian domain keterampilan dalam penilaian kinerja yang diterapkan pada pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan akan sangat tergantung dari jenis keterampilan yang akan dinilai. Contoh Tabel Penilaian Kinerja:
Berdasar Pengaruh Lingkungan Berdasarkan Akhir Gerakan Berdasar Penggunaan Otot
Keterampilan Terbuka (Open Loop Skill) Keterampilan Tertutup (Close Loop Skill) Terputus (Descret) Rangkaian (Serial) Berulang (Continum) Keterampilan dengan Otot Halus Keterampilan dengan Otot Kasar (Gross Motor Skill)
Passing dalam permainan sepakbola Shooting pada permainan bolabasket Roll depan Lay up shoot pada permainan bola basket Renang Melentikkan jari tangan pada senam irama Menendang bola

Guru dapat mengenali berbagai jenis keterampilan berdasarkan contoh pada tabel tersebut, dan menentukan/mendesain cara menilai keterampilan gerak berdasarkan jenis KD dan materi pokok.

Berdasarkan hasil dari uji tulis yang telah dilakukan, skor dapat diolah sebagai berikut:
Perolehan skor peserta didik (P) dibagi dengan skor maksimum (Max) (sesuai contoh; 3 soal X 11 = 33) dikalikan dengan satuan penilaian (satuan, atau puluhan).
Rumus : P/ Max X 100
Contoh : 8/ 11 X 100
Nilai Peserta Didik :72,72

Guru dapat mengenali berbagai jenis keterampilan berdasarkan contoh pada tabel tersebut, dan menentukan/mendesain cara menilai keterampilan gerak berdasarkan jenis KD dan materi pokok.

b. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai peserta didik yang dilakukan secara berkelanjutan dan didasarkan atas kumpulan informasi perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.Jenis-jenis portofolio dapat berupa:
1) Portofolio personal jika dipegang dan dikelola oleh peserta didik. Biasanya berguna untuk menuliskan aktivitas fisik yang disenangi, harapan, refleksi diri, serta berbagi gagasan dari pengalaman yang diperoleh, sepanjang periode pembelajaran.
2) Portofolio terekam dan tersimpan (record-keeping portofolios), portofolio ini dapat diisi dan disimpan oleh peserta didik, namun sebagian dari informasi yang direkam juga disimpan oleh guru.
Nama: ___________ Kelas:___________ Semester: _____________
KD/ Tujuan Periode Dokumen/ Bukti Fisik Refleksi Ttd Guru
Diisi kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik (contoh KD permainan bola besar (bolavoli)) I (diisi tanggal dan bulan) Diisi nama dokumen yang dibutuhkan untuk mencatat hasil akhir pembelajaran (contoh perkembangan peserta didik dalam melakukan keterampilan passing bawah, atau karya kreatif lainnya) Peserta didik/ mengisi apa yang dirasakan setelah mengalami pembelajaran yang dilaksanakan Ditanda tangani oleh guru
II sda sda sda
III, dst. sda sda sda
Diisi kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik (contoh KD pengembangan kebugaran) I (diisi tanggal dan bulan)
Diisi nama dokumen yang dibutuhkan untuk mencatat hasil akhir pembelajaran (contoh perkembangan kebugaran jasmani (lembar hasil pengukuran kebugaran jasmani) Peserta didik/ mengisi sesuai dengan hasil yang tertera pada lembar hasil pengukuran kebugaran jasmani sda
II sda sda sda
III, dst. sda sda sda
3) Portofolio tematik (thematic portofolios), portofolio ini menggambarkan kegiatan pembelajaran pada satu pokok bahasan (tema) yang berdurasi antara dua hingga enam minggu. Contohnya, untuk topik kerja sama pada sebuah tim permainan, peserta didik dapat mencatatkan refleksi mengenai pola penyerangan dan bertahan (kognitif), menerapkan keterampilan gerak pada strategi penyerangan dan bertahan (psikomotor), dan upaya mencapai hasil (kognitif).
4) Portofolio terintegrasi (integrated portofolios), portofolio ini dapat digunakan untuk menggambarkan “potret” siswa secara keseluruhan, dan berbagai subyek pembelajaran.
5) Portofolio selebrasi (celebration portofolios) untuk mencatat prestasi cabang olahraga.
6) Portofolio tahun jamak (multiyears potofolios), yaitu portofolio yang digunakan dengan jangka beberapa tahun dan digunakan oleh peserta didik dari satu tingkatan kelas ke kelas yang lebih tinggi.
Berikut adalah contoh format portofolio:

c. Penilaian Proyek
Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
Nama Proyek : Penyusunan rangkaian gerak senam lantai
Alokasi Waktu : Satu Semester
Kelas : X/1 :
Nama Siswa : ______________________

No Aspek * Skor (1 – 5)**
1. Perencanaan:
a. Persiapan
b. Rumusan Judul (kesesuaian dengan aktivitas yang akan disusun)
2. Pelaksanaan
a. Inventarisir dan pemilihan gerakan (contoh sikap kapal terbang (sagital scale), tigersprong, dan berguling depan)
b. Pelaksanaan perangkaian gerak (tidak harus berturutan seperti pilihan gerak di atas)
c. Pemberian aksen dan transisi gerak
d. Finalisasi rangkaian gerak
3. Laporan Proyek
a. Tampilan rangkaian gerak
b. Dokumen penyusunan
Total Skor
Keterangan:
1. Aspek yang dinilai disesuaikan dengan proyek dan kondisi peserta didik/sekolah
2. Skor diberikan kepada peserta didik tergantung dari ketepatan dan kelengkapan jawaban yang diberikan.

Pelaporan Hasil Penilaian Pembelajaran
Berdasarkan Permendikbud tentang penilaian laporan hasil penilaian dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah. Laporan oleh pendidik berbentuk nilai dan deskripsi pencapaian kompetensi untuk hasil penilaian pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan untuk penilaian sikap dilaporkan dalam bentuk deskripsi sikap. Laporan di disampaikan kepada kepala sekolah, serta pihak lain yang terkait. Laporan penilaian sikap spiritual dan sosial disampaikan secara periodik oleh wali kelas/guru kelas sebagai akumulasi dari laporan dari seluruh guru mata pelajaran dalam bentuk deskripsi kompetensi.
Satuan pendidikan melaporkan hasil pembelajaran/pencapaian kompetensi kepada orangtua/wali peserta didik dalam bentuk buku rapor. Selain itu laporan juga disampaikan kepada dinas pendidikan dan instansi lain yang terkait. Pelaporan hasil penilaian dijadikan pertimbangan dalam melakukan tindak lanjut, sebagai titik awal perbaikan program pembelajaran, peningkatan kinerja peserta didik, remedial dan pengayaan. Secara lebih rinci pelaporan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Laporan Sebagai Akuntabilitas Publik
Penerapan manajemen berbasis sekolah sebagai implementasi dari standar pengelolaan membawa konskuensi dilibatkannya masyarakat dalam pengelolaan sekolah, di mana peran-serta masyarakat di bidang pendidikan tidak hanya terbatas pada dukungan dana saja, tetapi juga di bidang akademik. Partisipasi masyarakat secara aktif, transparansi dan akuntabilitas merupakan unsur penting dalam manajemen berbasis sekolah. Atas dasar itu, laporan kemajuan hasil belajar peserta didik dibuat sebagai pertanggungjawaban sekolah kepada orangtua/wali peserta didik, komite sekolah, masyarakat, dan instansi terkait lainnya. Laporan tersebut merupakan sarana komunikasi dan kerja sama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat yang bermanfaat baik bagi kemajuan belajar peserta didik, maupun pengembangan sekolah lebih lanjut.

Pelaporan hasil belajar hendaknya: Merinci hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagi pengembangan peserta didik; Memberikan informasi yang jelas, komprehensif, dan akurat. Menjamin orangtua mendapatkan informasi secepatnya bilamana anaknya bermasalah dalam belajar

2. Bentuk Laporan
Laporan kemajuan belajar peserta didik dapat disajikan dalam data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif disajikan dalam angka (skor), misalnya seorang peserta didik mendapat nilai 6 pada mata pelajaran matematika. Namun, makna nilai tunggal seperti itu kurang dipahami peserta didik maupun orangtua karena terlalu umum. Hal ini membuat orangtua sulit menindaklanjuti apakah anaknya perlu dibantu dalam bidang aritmatika, aljabar, geometri, statistika, atau hal lain.
Laporan harus disajikan dalam bentuk yang lebih komunikatif dan komprehensif agar “profil” atau tingkat kemajuan belajar peserta didik mudah terbaca dan dipahami). Dengan demikian orangtua/wali lebih mudah mengidentifikasi kompetensi yang belum dimiliki peserta didik, sehingga dapat menentukan jenis bantuan yang diperlukan bagi anaknya. Dipihak anak, ia dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya serta aspek mana yang perlu ditingkatkan.

3. Isi Laporan
Pada umumnya orangtua menginginkan jawaban dari pertanyaan sebagai berikut;a). Bagaimana keadaan anak waktu belajar di sekolah secara akademik, fisik, sosial dan emosional? b). Sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah? c). Kemampuan/kompetensi apa yang sudah dan belum dikuasai dengan baik? d). Apa yang harus orangtua lakukan untuk membantu dan mengembangkan prestasi anak lebih lanjut?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, informasi yang diberikan kepada orangtua hendaknya;
a. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami;
b. Menitikberatkan kekuatan dan apa yang telah dicapai anak;
c. Memberikan perhatian pada pengembangan dan pembelajaran anak;
d. Berkaitan erat dengan hasil belajar yang harus dicapai dalam kurikulum;
e. Berisi informasi tentang tingkat pencapaian hasil belajar.
4. Rekap Nilai
Rekap nilai merupakan rekap kemajuan belajar peserta didik, yang berisi informasi tentang pencapaian kompetensi peserta didik untuk setiap KD, dalam kurun waktu 1 semester. Rekap nilai diperlukan sebagai alat kontrol bagi guru tentang perkembangan hasil belajar peserta didik, sehingga diketahui kapan peserta didik memerlukan remedial.

Nilai yang ditulis merupakan rekap nilai setiap KD dari setiap aspek penilaian. Nilai suatu KD dapat diperoleh dari tes formatif, tes sumatif, hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, nilai tugas perseorangan maupun kelompok. Rata-rata nilai KD dalam setiap aspek akan menjadi nilai pencapaian kompetensi untuk aspek yang bersangkutan.

5. Rapor
Rapor adalah laporan kemajuan belajar peserta didik dalam kurun waktu satu semester. Laporan prestasi mata pelajaran, berisi informasi tentang pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasarnya. Model rapor harus dapat menggambarkan pencapaian kompetensi peserta didik pada setiap mata pelajaran atau tema yang dipelajari. Nilai pada rapor merupakan gambaran kemampuan peserta didik, berbentuk deskripsi untuk menggambarkan kompetensi sikap, dan berbentuk nilai dan atau deskripsi untuk melaporkan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan (lihat panduan penulisan rapor SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK yang dikeluarkan oleh direktorat terkait).
MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
A. Media Pembelajaran.
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran/pelatihan. Menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras, kedua batasan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran merupakan bagian dari sarana dan prasarana dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sarana prasarana adalah alat secara fisik, untuk menyampaikan isi pembelajaran (Sagne dan Brigs dalam Latu heru, 1988:13). Dari berbagai definisi menurut para ahli dapat diartikan bahwa sarana prasarana adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari segala bentuk jenis bangunan/tanpa bangunan beserta dengan perlengkapannya dan memenuhi persyaratan untuk pelaksanaan kegiatan.

Berkaitan dengan media pembelajaran, pemerintah telah mengeluarkan Permendikbud no 65 tahun 2013 bahwa “media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran”. Sedangkan yang dimaksud materi pelajaran, “materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi”, berikutnya dijelaskan pula bahwa, “ materi pokok” memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang, relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa 1) media pembelajaran adalah alat bantu penyampaian materi pembelajaran, dan 2) materi pembelajaran disebut juga materi pokok yang pada dasarnya adalah memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi.

Berikut tabel analisis kompetensi yang ingin dipraktikkan dengan media yang dapat digunakan:
MATERI PELAJARAN/KOMPETENSI YANG DIPRAKTIKKAN ALAT BANTU/MEDIA PEMBELAJARAN
1. Gerak dasar fundamental permainanbola besar menggunakan perminan sepakbola (mengumpan, menghentikan, dan menggiring dengan kaki bagan dalam, serta luar)
2. Variasi dan kombinasi gerak dasar fundamental (mengumpan, menghentikan, dan menggiring dengan kaki bagan dalam, serta luar), untuk menanamkan nilai-nilai, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai lawan,
bertanggung jawab 1. Video permainan sepakbola. berhubungan dengan gerak dasar fundamental (mengumpan, menghentikan, dan menggiring dengan kaki bagan dalam, serta luar)
2. Gambar permainan sepakbola yang berhubungan dengan gerak dasar fundamental (mengumpan, menghentikan, dan menggiring dengan kaki bagan dalam, serta luar)
Dengan demikian media pembelajaran akan sangat beragam bergantung pada materi pokok atau kompetensi yang ingin dipraktikkannya.

B. Sumber Belajar
Dikatakan dalam permendikbud no 65 tahun 2013 bahwa “sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan”. Buku pegangan guru maupun siswa diharapkan dapat menjadi salah satu andalan sumber belajar bagi implementasi kurikulum 2013. Buku pegangan siswa diharapkan memuat berbagai materi pokok yang dapat dipelajari secara independen oleh peserta didik, seperti gerak dasar, teknik dasar, permainan modifikasi (lead up games), permainan sebenarnya termasuk sepakbola, bolabasket, bolavoli, dsb). Sedangkan buku pegangan guru diharapkan memuat berbagai teknik, strategi, metode, gaya mengajar, model, dan pendekatan pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru untuk digunakan dalam proses pembelajaran.

Pemilihan model tersebut didasarkan pada karakteristik materi pokok, karakteristik peserta didik, ketersediaan sarana, dan kemampuan guru dalam menerapkannya. Ujung dari usaha pemilihan metode tersebut ini adalah terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan efisian, yang ditandai dengan peserta didik belajar dan diperolehnya hasil belajar yang maksimal. Untuk memperoleh hasil belajar peserta didik yang maskimal tentu saja guru harus mencari berbagai sumber belajar lainnya, bahkan termasuk harus kreatiff dan inovatif menciptakan media belajar sendiri. Hal ini perlu dilakukan karena sumber belajar yang tersedia belum tentu mampu mengakomodir semua kompetensi yang ingin diraih. Ibarat seorang dokter, untuk mengobati penyakit tertentu, seringkali dokter harus meracik obat karena obat yang tersedia di pasar tidak ada. Untuk itu perhatikan, pertimbangkan, analisis, kompetensi yang ingin di praktikkan, seperti tertuang dalam tabel dan gambar berikut ini.
MATERI PELAJARAN/KOMPETENSI YANG DIPRAKTIKKAN SUMBER BELAJAR
1. Gerak dasar fundamental permainanbola besar menggunakan perminan sepakbola (mengumpan, menghentikan, dan menggiring dengan kaki bagan dalam, serta luar)
2. Variasi dan kombinasi gerak dasar fundamental (mengumpan, menghentikan, dan menggiring dengan kaki bagan dalam, serta luar), untuk menanamkan nilai-nilai, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai lawan,
bertanggung jawab
1. Buku Pegangan Guru, Buku Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Kemdikbud, 2013
2. Buku Pegangan siswa, Buku Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Kemdikbud, 2013
3. Lingkungan
4. Internet,
5. Media cetak dan.dsb.
PENGEMBANGAN KULTUR SEKOLAH

A. Peserta Didik
Peserta didik bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri secara bertahap dan meningkat seiring waktu melalui pendidikan dasar dan menengah. Sehingga ketika dewasa berkembang kemampuan mereka untuk bertahan, untuk mengelola perilaku mereka, untuk mengambil risiko yang bertanggung jawab, dan mendengarkan.Peserta didik menjadi lebih mampu mengambil tanggung jawab untuk belajar untuk kemajuan mereka. Belajar untuk bertanggung jawab atas pengembangan prestasi mereka merupakan bagian penting dari pendidikan setiap peserta didik.

Menguasai keterampilan dan konsep yang berhubungan dengan pembelajaran dalam kurikulum pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan membutuhkan latihan yang berkelanjutan, upaya untuk menanggapi umpan balik, refleksi pribadi, dan komitmen dari para peserta didik. Hal ini juga memerlukan kemauan untuk mencoba kegiatan-kegiatan baru, bekerja dengan rekan-rekan, dan selalu mengikuti keselamatan praktik.Melalui praktik berkelanjutan dan refleksi tentang perkembangan mereka, peserta didik memperdalam apresiasi dan pemahaman tentang diri mereka sendiri dan orang lain, dan kesehatan mereka dan kesejahteraan.

Dengan dukungan dan dorongan guru, peserta didik belajar bahwa mereka dapat menerapkan keterampilan yang mereka peroleh dalam berbagai konteks dan mata pelajaran lain. Misalnya, mereka dapat menerapkan keterampilan pemecahan masalah yang mereka gunakan dalam matematika ketika mereka belajar keterampilan baru di bidang pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, dan mereka dapat menerapkan berbagai proses berpikir lainnya kritis dan kreatif yang mereka kembangkan dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan untuk berlajar tari, atau mempertanyakan interpretasi sejarah, atau untuk membuat hubungan antara tindakan pribadi dan dampak lingkungan. Mereka juga dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh di bidang pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan untuk membuat pilihan yang lebih baik dalam semua aspek kehidupan mereka. Mereka dapat menerapkan pemahaman gerakan yang mereka peroleh di bidang pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan untuk kegiatan fisik lainnya bahwa mereka berpartisipasi di sekolah, di rumah, dan di masyarakat, dan mereka dapat menerapkan pembelajaran mereka tentang hidup sehat untuk membuat pilihan makanan sehat, membantu dengan persiapan makanan, dan membuat keputusan tentang penggunaan narkoba, kesehatan seksual, dan pencegahan cedera.
B. Orangtua
Orangtua memainkan peran penting dalam pembelajaran anak-anak mereka. Studi menunjukkan bahwa peserta didik tampil lebih baik di sekolah jika orang tua mereka terlibat dalam pendidikan mereka. Jika orangtua mengetahui program pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, yang diajarkan di sekolah maka orang tua dapat lebih menghargai apa yang diajarkan di setiap kelas. Kesadaran ini akan meningkatkan kemampuan orangtua untuk membahas pekerjaan anak-anak mereka, untuk berkomunikasi dengan guru, dan mengajukan pertanyaan yang relevan tentang kemajuan anak-anak mereka. Pengetahuan tentang harapan juga akan membantu orangtua untuk memahami bagaimana anak-anak mereka mengalami kemajuan di sekolah, untuk menafsirkan komentar guru pada kemajuan peserta didik, dan bekerja dengan guru untuk meningkatkan pembelajaran anak-anak mereka.

Orangtua adalah pendidik utama anak-anak mereka tentang nilai-nilai, perilaku yang tepat, dan etnokultural, spiritual, dan pribadi kepercayaan dan tradisi, dan mereka bertindak sebagai model peran signifikan bagi anak-anak mereka. Oleh karena itu penting bagi sekolah dan orangtua untuk bekerjasama untuk memastikan bahwa rumah dan sekolah menyediakan kerangka kerja yang saling mendukung untuk pendidikan anak-anak muda.
C. Guru
Mengajar adalah kunci untuk keberhasilan peserta didik. Guru bertanggungjawab untuk menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dan efektif untuk membantu peserta didik mencapai harapan kurikulum pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, serta metode yang tepat untuk mengevaluasi pembelajaran peserta didik. Guru menangani kebutuhan individual peserta didik dan memastikan kesempatan belajar berkualitas tinggi bagi setiap peserta didik, guru adalah model peran penting bagi peserta didik.

Guru harus mengikuti prinsip “pertama, tidak membahayakan” dan memastikan bahwa pengaturan pembelajaran yang aman baik fisik maupun emosional. Untuk menjamin keselamatan fisik, guru harus mengikuti semua pedoman keselamatan. Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang tepat, guru hendaknya mempertimbangkan bentuk dan ukuran tubuh, kemampuan, identitas gender dan orientasi seksual, dan latar belakang etnokultural, ras, dan agama dapat merasa diterima, nyaman, dan bebas dari pelecehan.

Sebagai bagian dari praktik mengajar yang baik, guru harus memberitahu orangtua tentang apa yang anak-anak mereka belajar dan ketika berbagai topik yang akan dibahas. Praktik-praktik seperti memungkinkan orangtua untuk bekerja dalam kemitraan dengan sekolah, memberikan kesempatan untuk diskusi dan tindak lanjut di rumah dan untuk memperkuat pembelajaran peserta didik dalam konteks keluarga.

Guru sebaiknya menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran, penilaian, dan evaluasi strategi, guru memberikan banyak kesempatan bagi peserta didik untuk meningkatkan keterampilan hidup ketika mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup aktif, kompetensi gerakan, dan hidup sehat.
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkomunikasi, berlatih, dan menerapkan konsep kesehatan, melalui penilaian reguler dan bervariasi, memberi mereka spesifik, umpan balik deskriptif yang mereka butuhkan dalam rangka untuk lebih mengembangkan dan memperbaiki pembelajaran mereka.

D. Kepala Sekolah
Kepala sekolah bekerja dalam kemitraan dengan para guru dan orangtua untuk memastikan bahwa setiap peserta didik memiliki akses ke pengalaman pendidikan terbaik. Salah satu tugas kepala sekolah adalah menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan aman, dan yang memastikan bahwa semua anggota komunitas sekolah mendapatkan informasi dengan baik.

Kepala sekolah dapat memberikan dukungan bagi keberhasilan pelaksanaan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dengan menekankan pentingnya kurikulum ini dalam kerangka kerja dari sekolah yang sehat. Kepala dapat mempertimbangkan pembentukan komite sekolah sehat, yang terdiri dari staf, peserta didik, dan orangtua, untuk memberikan dukungan bagi sekolah sehat. Mendorong sikap positif dan proaktif terhadap hidup aktif dan sehat adalah kunci keberhasilan.

Untuk mendukung pembelajaran peserta didik, kepala sekolah memastikan bahwa pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan diimplementasikan dengan baik di semua kelas melalui penggunaan berbagai pendekatan pembelajaran, dan bahwa waktu dan sumber daya yang tepat yang dibuat tersedia untuk para guru untuk memungkinkan semua peserta didik untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran peserta didik dalam semua mata pelajaran, termasuk pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Kepala sekolah bertanggungjawab untuk memastikan bahwa semua peserta didik, termasuk peserta didik dengan kebutuhan pendidikan khusus, memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dengan cara yang aman. Ini adalah tanggung jawab kepala sekolah untuk memastikan bahwa waktu yang memadai untuk pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan termasuk jadwal pelajaran dan peserta didik memiliki peluang yang sama untuk melakukan aktivitas fisik.

Harapan dalam kurikulum pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan berkaitan dengan pengaturan dan penggunaan berbagai peralatan. Memastikan bahwa guru memiliki dukungan, sumber daya, dan peralatan yang mereka butuhkan untuk menyampaikan program. Dukungan guru tambahan untuk menjamin keselamatan peserta didik dan untuk meningkatkan pengetahuan guru, kesadaran. Prinsipal dapat memberikan dukungan ini dengan bekerjasama dengan dewan sekolah dan mitra masyarakat, termasuk unit kesehatan masyarakat, dan dengan mendukung jaringan pembelajaran dan bimbingan profesional dalam komunitas sekolah, dan memupuk kemitraan dalam sistem sekolah dan dengan anggota lain dari komunitas yang lebih luas.
A. Komponen Kebugaran Jasmani
Pandangan pakar pada komponen kebugaran jasmani dapat berbeda, tergantung pada sudut pandang dan latar keilmuan yang mereka miliki, ada yang melihat kebugaran jasmani sebagai suatu yang hanya berkaitan dengan kemampuan fisik semata, sedangkan yang lain memasukkan aspek metabolik dan psikologis sebagai komponen pendukung derajat kebugaran, contohnya :Pembagian oleh Johnson dan kawan-kawan dalam effendi Hasjim, 1983. kebugaran jasmani terdiri dari 1) Medical fitness, 2) Functional fitness dan 3) Motor fitness, yang lain membagi aspek kebugaran jasmani terdiri dari: (1) Kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan (health related fitness) dan (2) Kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan (skill related).
Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan (USDHHS, 1996) dikutip dari: http:www.cdc.gov/nccdhp/dnpa/physical/component/index.htm , mencakup lima komponen utama yaitu :
1. Daya tahan jantung
2. Kekuatan otot
3. Daya tahan otot
4. Komposisi tubuh dan
5. Fleksibilitas
Dan kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan (skill related) terdiri dari:
1. Kecepatan
2. Kelincahan
3. Power
4. Keseimbangan
5. Koordinasi dan
Daya reaksi, http://www. General.uwa.edu. physical Fitness, 2001. Sedangkan menurut Bouchard (1993) komponen kebugaran terdiri dari :
a. Komponen otot, meliputi kemampuan daya ledak otot, kekuatan dan daya tahan otot,
b. Komponen morfologi, membahas bagian dari bentuk atau tipe tubuh manusia,
c. Komponen motorik, menurut Bouchard (1993) terdiri dari kelincahan, keseimbangan, koordinasi, dan kecepatan gerak,
d. Komponen kardiorespirasi, merupakan kajian pada kemampuan jantung dan paru dalam menyediakan energi dan oksigen ke seluruh bagian tubuh terutama pada saat melakukan aktivitas,
e. Komponen Metabolik, adalah suatu yang mencerminkan kemampuan metabolik tubuh yang dihasilkan oleh kerja yang memadai dari sistem hormonal terutama pada hormon insulin (Claude, 1993)
Sedangkan dalam buku ini akan dibahas juga aspek kebugaran jasmani yang mencakup pada aspek kebugaran psikologisnya, karena apa yang dapat dilakukan oleh tubuh juga dipengaruhi oleh tingkat kualitas kesiapan mental dan stabilitas emosinya, dikutip dari: http://www.hoptechno.com/book11.htm. Kebugaran atau fitness yang sering kita dengar sebenarnya mengandung beberapa komponen seperti berikut:
1. Anatomical Fitness
2. Physiological Fitness
3. Psychological Fitness
Anatomical Fitness
Dikatakan bugar secara anatomis apabila seseorang secara optimal dan efisien dapat menggunakan seluruh bagian tubuhnya dalam menunjang aktivitas fisik yang dipilihnya. Artinya seseorang cocok dan sangat terampil dalam cabang lompat atau lari jarak pendek karena ditunjang oleh bentuk dan ukuran tubuh yang memungkinkannnya berlari dengan cepat, tetapi mungkin kurang tepat untuk bola basket dan volley yang menuntut raihan dan kemampuan lompat yang tinggi. Ruang lingkup anatomical fitness menyangkut bagian tulang, otot, ligamen dan tendo yang meliputi strength, endurance, flexibility, speed dan power serta agility. Adapun hasil akhir dari kerjasama sinergis bagian-bagian tersebut adalah: muscular fitness.
Untuk mendukung kinerja tinggi dalam olahraga unsur anatomi sangat berperan sebagai contoh : Pelari Marathon cenderung memiliki postur yang kurus dengan kadar lemak tubuh yang rendah, dapat mencapai di bawah 5% (Fox, 1994). Pegulat sangat ideal jika memiliki tubuh yang bulat dengan titik berat tubuh yang rendah dan Atlet lontar martil dengan tubuh tinggi besar, karena memerlukan stabilitas yang tinggi terutama pada pegulat. Kejelian dalam mengamati sistem anatomi ini diperlukan sebagai penuntun para instruktur dan guru dalam mengelmpokkan siswanya untuk program pemanduan bakat (talent scouting).
Pemahaman terhadap aspek anatomi juga bermanfaat untuk mengoptimalkan peran siswa dalam kegiatan olahraga di sekolah, artinya siswa tidak perlu membuang-buang waktu untuk menggeluti cabang olahraga tertentu dan guru dapat memberikan advisnya sedini mungkin, sehingga siswa tidak perlu frustrasi karena tidak mencapai prestasi puncak.
Selanjutnya pada tabel dibawah ini diuraikan sedikit keuntungan karakteristik tubuh tertentu untuk performa dan keterampilan pada cabang olahraga yang dilatihkan.
Physiological Fitness
Tubuh yang bugar dapat beradaptasi terhadap beban latihan, organ-organnya berfungsi dengan baik ketika menghadapi tekanan fisik seperti, peningkatan denyut jantung, pernafasan, perubahan metabolisme tubuh seperti penurunan hormon insulin dan peningkatan katekolamin., peningkatan suhu tubuh ketika berlatih dalam cuaca panas yang berimplikasi pada peningkatan produksi keringat oleh kelenjar keringat, peningkatan aliran darah pada kulit. Seluruh perubahan itu disebabkan oleh meningkatnya aktivitas fisik yang menuntut terpenuhinya kebutuhan energi, sistem energi tersebut dapat diproses melalui dua jalur yang akan dibahas dari aspek physiological fitness, yakni aerobic dan anaerobic fitness.

1. Aerobic fitness
Kebugaran aerobik adalah kapasitas maksimal tubuh untuk menghirup, menyalur.kan, dan menggunakan oksigen. Kebugaran aerobik sangat diperlukan bagi individu yang melakukan tugas-tugas yang berlangsung lama seperti, pelari jarak menengah, pelari marathon. Untuk memperoleh daya tahan yang tinggi dianjurkan untuk melakukan latihan aerobik, pelatihan ini memberikan efek pada kemampuan kerja pada jantung dan paru. Diperlukan waktu yang cukup lama, kira-kira memerlukan waktu minimal 30 menit. Agar dapat bergerak dalam waktu yang lama secara terus menerus maka intensitasnya harus moderat, sebaliknya jika intensitasnya ditingkatkan maka durasi pelatihan harus dipersingkat.
Dengan pelatihan aerobik yang teratur dan takaran yang tepat akan diperoleh manfaat fisiologis seperti, otot jantung menjadi lebih kuat dan tebal. Jantung yang kuat akan bekerja secara efisien dengan memompa darah lebih banyak pada setiap denyutnya, meskipun berdenyut lebih sedikit. Oleh sebab itu jantung orang yang aktif berolahraga berdenyut lebih sedikit dibandingkan pada orang yang tidak aktif secara fisik. Untuk yang aktif berolahraga seperti atlet denyut jantungnya hanya 50 denyut permenit, pada saat istirahat. Sedangkan bagi yang tidak aktif berolahraga denyut jantung istirahatnya rata-rata 80 denyut permenitnya. Untuk memenuhi jumlah darah yang dipompakan ke seluruh jaringan tubuh, maka atlet dengan denyut jantung yang sedikit haruslah dikompensasikan dengan curah jantung dan isi sekuncup yang besar, serta diiringi dengan peningkatan fungsi syaraf otonom (parasimpatetik). Implikasinya adalah kebutuhan energi dan oksigen keseluruh jaringan tubuh menjadi lebih tinggi, sehingga tingkat kebugaran juga menjadi sangat baik.
Kemampuan tertinggi dalam menggunakan oksigen selama berolahraga disebut asupan oksigen maksimal (maximal oxygen intake). Kemampuan mengambil oksigen dalam jumlah antara 3-4 liter per menit tingkat kebugaran aerobiknya dalam kategori biasa, sedangkan jumlah antara 5-6 liter oksigen per menit dalam kategori tinggi. Namun nilai patokan seperti yang telah disebutkan terdahulu kurang akurat karena nilai tersebut berkaitan dengan variable berat badan makin luas permukaan tubuh dan berat badan semakin tinggi skor yang dimilikinya. Untuk memperoleh nilai yang lebih akurat dan menghilangkan pengaruh ukuran tubuh maka ukuran asupan oksigen maksimum harus dibagi dengan berat badan, sebagai contoh: Budi memiliki asupan oksigen maksimum 3,5 liter dengan berat badan 50 kg, sedangkan Ali memiliki berat badan 60 kg dengan asupan oksigen sama dengan Budi. Maka perhitungan kemampuan asupan oksigen maksimum (maximum oxygen intake) kedua anak tersebut adalah:
Budi: 3,5 L : 50 kg = 70 ml / kg /menit
Ali : 3,5 L: 60 kg = 58,3 ml / kg / menit
Meskipun kemampuan asupan dari kedua anak tersebut sama, tetapi Budi memiliki tingkat kebugaran aerobik yang lebih baik dibandingkan dengan Ali, karena berat badan Budi lebih ringan dari pada Ali.
Kebugaran aerobik dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:
a. Keturunan
b. Jenis kelamin
c. Usia
d. Lemak tubuh
e. Tingkat aktivitas.

2. Anaerobic fitness

Kebugaran anaerobik ditunjukkan oleh suatu batas penggunaan energi dari predominan aerobik menjadi predominan anaerobik. Indikator yang sering dipergunakan ialah besarnya kadar asam laktat di dalam darah. Normal asam laktat di dalam darah saat istirahat adalah berkisar 1-1,8 mM /L (Fox, 1993). Kadar asam laktat darah dan otot setelah pelatihan yang dinamis dengan intensitas tinggi dapat mencapai 25-30 kali dari jumlah asam laktat istirahat.
Asam laktat yang terbentuk selama pelatihan yang berat akan masuk ke dalam darah, besarnya asam laktat yang masuk ke dalam darah sebanding dengan asam laktat otot (Ahmaidi, 1996). Dalam banyak penelitian ketika kontraksi otot berlangsung dalam medium anaerob, yaitu medium yang oksigennya telah dikeluarkan maka glikogen menghilang, sedangkan piruvat dan asam laktat ditemukan sebagai hasil akhir (Mayes, 1999).
Asam laktat merupakan penyebab terjadinya kelelahan dan dapat menghambat kerja suatu hormon, yakni hormon epinephrine yang berfungsi untuk mengoksidasi lemak, dengan demikian pelatihan ini tidak cocok untuk orang yang ingin menurunkan berat badan.
Olahraga yang memerlukan kecepatan atau dengan intensitas yang tinggi sangat memerlukan dukungan kebugaran anaerobik terutama seperti cabang olahraga tinju, renang 400M dan lari 800 M, oleh karena itu kebugaran anaerobic dapat ditingkatkan melalui pelatihan kecepatan dan intensitas yang tinggi tetapi dengan durasi yang singkat. Selanjutnya ciri yang dapat disimpulkan dari kemampuan anaerobik ini adalah:
a. Adanya asam laktat yang berhubungan dengan kelelahan otot.
b. Hanya menggunakan karbohidrat.
c. Jumlah energinya sangat terbatas.
d. Tidak membutuhkan oksigen
Dengan ciri tersebut maka pelatihan tidak dapat berlangsung dalam waktu yang lama, jika durasinya ingin diperpanjang maka intensitasnya harus diturunkan, artinya kerja tersebut akan bergeser pada sistem aerobik, dengan keberadaan oksigen maka asam laktat akan diubah menjadi piruvat dan dapat digunakan sebagai energi untuk meneruskan aktivitas tersebut.

Psychological Fitness
Yang sering diabaikan para guru dalam pembelajaran olahraga adalah aspek psikis siswanya, padahal siswa haruslah dipandang sebagai makhluk yang terdiri dari unsur fisik dan psikis, artinya guru bukan sedang menghadapi robot yang dapat diprogram semaunya, yang dimaksud dengan bugar psikis adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi masalah-masalah mental yang biasanya timbul pada saat tekanan dalam proses pembelajaran seperti: mengatasi perasaan jemu atau bosan, sehingga tidak bergairah untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, stress, cemas dan tidak mudah frustrasi, tidak konsentrasi, motivasi yang rendah, serta tidak mampu bekerjasama, atau memiliki ambisi yang berlebihan untuk mencapai target yang diinginkan sehingga mengabaikan kaidah-kaidah kebersamaan.
Jadi, siswa yang bugar adalah yang tidak cepat putus asa dalam menghadapi kegagalan, serta memiliki empati terhadap sesama.dapat mengatasi tekanan psikis dan punya mental yang baik. Hal ini dapat ditempa melalui pengemasan-pengemasan pembelajaran olahraga yang menantang baik secara fisik maupun unsur psikisnya.

B. Pengukuran Komponen Kebugaran
Pembahasan tentang pengukuran komponen kebugaran jasmani yang akan diuraikan pada pembahasan berikut ini, akan dibatasi hanya pada komponen motorik saja. Komponen motorik merupakan kemampuan dasar gerak fisik atau aktivitas fisik dari tubuh manusia. Komponen motorik sangat penting sejak bayi dan pada masa pertumbuhan, yang ditunjukkan melalui reaksi dari berbagai rangsang dengan gerakan refleks untuk melindungi dirinya dari cedera atau membantu untuk mempertahankan hidup. Seiring makin dewasa,sistim saraf mulai menjelajahi lingkungan sekitarnya dan secara bertahap memperoleh kendali atas tata susunan otot tubuh dan secara bertahap pula gerakan-gerakan yang asalnya tidak teratur dan tidak terkendali dan selanjutnya menuju pola gerakan yang lebih kompleks. Dengan memadukan gerakan-gerakan terpisah pada beberapa bagian tubuh, gerakan-gerakan kompleks yang sudah dilakukan dan terekam dalam memori otak dapat digunakan untuk mencapai tujuan, termasuk tujuan membentuk pola dalam pembelajaran gerak.
Komponen motorik yang berpengaruh terhadap tujuan mencapai kebugaran jasmani, Bouchard dkk (1993) membaginya dalam 4 faktor utama (major facets), antara lain; kelincahan (agility), keseimbangan (balance), koordinasi (coordination) dan kecepatan gerak (speed movement).

1. Kelincahan (Agility)
Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya (Harsono, 1988). Nala (1998) menambahkan, bahwa bagian tubuh dalam mengubah arah gerakan tersebut secara mendadak dan dalam kecepatan tinggi.

2. Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan (equilibrium) adalah hal yang berhubungan dengan kemampuan neuromuscular system untuk mempertahankan suatu posisi atau sikap tubuh yang efisien ketika tubuh dalam keadaan diam (static) atau sedang bergerak (dynamic). Jadi ada dua macam keseimbangan yang perlu dimiliki dan dikembangkan oleh setiap orang, yaitu keseimbangan statis (static balance) dan keseimbangan dinamis (dynamic balance).
a. Keseimbangan Statis
Dalam keseimbangan statis, ruang geraknya biasanya sangat kecil,misalnya berdiri di atas dasar yang sempit (balok keseimbangan, rel kereta api), melakukan handstand, mempertahankan keseimbangan setelah berputar-putar ditempat dan sebagainya.
b. Keseimbangan Dinamis
Kemampuan untuk bergerak dari suatu titik atau ruang (space) ke titik atau ruang lain dengan mempertahankan keseimbangan tubuh, misalnya menari, bersepatu roda, ice skating, pelatihan pada kuda-kuda atau palang sejajar dan sebagainya.
3. Koordinasi (Coordanition)

Koordinasi adalah suatu kemampuan motorik yang sangat kompleks dan erat hubungannya dengan teknik, taktik, kecepatan, kekuatan, daya tahan, fleksibilitas (Bompa, O, 1994). Barrow dan McGee, seperti yang dikutip Harsono (1988) menambahkan bahwa dalam koordinasi termasuk kelincahan (agility), keseimbangan (balance), dan kinesthetic sense. Selanjutnya Ngurah Nala (1998) berpendapat bahwa komponen yang erat kaitannya dengan koordinasi adalah kecepatan, kekuatan, daya tahan, kelentukan, kelincahan, keseimbangan.
Pendapat Broer dan Zernicke, yang dikutip Harsono (1988) menambahkan bahwa koordinasi adalah kemampuan untuk mengkombinasikan beberapa gerakan yang kompleks secara mulus tanpa pengeluaran energi yang berlebihan, dengan demikian hasilnya adalah gerakan yang efisien, halus dan mulus (smooth).

4. Kecepatan Gerak (Speed Movement)

Kecepatan adalah kemampuan bagian atau anggota-anggota gerak tubuh untuk melakukan gerakan-gerakan sejenis secara berturut-turut dan berkesinambungan dalam waktu sesingkat-singkatnya, misalnya dalam lari sprint, kecepatan larinya ditentukan oleh gerakan berturut-turut dari anggota gerak bawah (tungkai) yang dilakukan secara cepat atau kecepatan melempar bola ditentukan oleh singkat tidaknya anggota gerak atas (lengan) dalam menempuh jarak gerak lempar,dan sebagainya.
Dengan demikian kecepatan anggota-anggota gerak pada tubuh (lengan, tungkai) adalah sangat penting guna memberikan akselerasi kepada objek-objek eksternal seperti bola sepak, raket tennis, bola softball, cakram, bola voli, dan sebagainya. Secara umum dapat pula digambarkan bahwa kecepatan adalah kemampuan dalam menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Wilmore (1994) menyebutkan bahwa kecepatan tergantung dari beberapa faktor yang sangat mempengaruhinya, yaitu: Kekuatan otot (strength), waktu reaksi (reaction time) dan kelentukan (flexibility). Pengukuran komponen kebugaran akan dirinci pada uraian berikut, terutama pada pengukuran komponen kebugaran motorik.
Kebugaran jasmani bersifat multi komponen, oleh karena itu tidak ada tes (pengukuran) tunggal yang bisa menghasilkan nilai “kebugaran jasmani keseluruhan” (Pete, Rotella dan McClenagham, 1993). Jadi setiap kelima komponen kebugaran jasmani tersebut memiliki metode dan ciri pengukuran tersendiri, sesuai dengan kebutuhan dan tujuan dari tiap-tiap komponennya. Hasil/nilai pengukuran komponen motorik tersebut selanjutnya diakumulasikan dengan hasil pengukuran komponen-komponen lainnya (morfologi, otot, motorik, kardiorespirasi dan metabolic) sehingga diperoleh nilai akhir (rerata) yang dapat menggambarkan status kebugaran jasmani seseorang secara keseluruhan.
Berikut ini adalah beberapa metode pengukuran yang sering digunakan untuk mengukur komponen motorik melalui pengukuran empat faktor utamanya yaitu, kelincahan, keseimbangan, kecepatan gerak dan koordinasi, juga latar belakang keterkaitan pengukuran tersebut dengan status kebugaran jasmani seseorang.
Komponen motorik dalam fungsi jasmani secara keseluruhan merupakan perangkat pelaksana gerakan yang termasuk ke dalam Sistem Kerja Primer. Sistem Kerja Primer ini terdiri dari ; sistem skelet, sistem muscular, dan sistem nervosum. Bila ditinjau dari sudut pandang kebugaran jasmani secara keseluruhan (anatomi dan fisiologi), maka sistem kerja primer merupakan komponen dasarnya. Dari fungsi sistem kerja primer ini dapat dikembangkan kemampuan-kemampuan dasar, berupa; kelincahan, kecepatan kekuatan, keseimbangan dan koordinasi.
Seluruh kemampuan-kemampuan dasar tersebut cenderung selalu terintegrasi dalam mewujudkan satu penampilan/keterampilan dasar yang sangat diperlukan dalam berbagai aktivitas fisik atau cabang olahraga.
Penampilan/keterampilan dasar tersebut tidaklah selalu terwujud secara optimal, misalnya seseorang yang memiliki kekuatan dengan kualitas baik tidak mampu melakukan aktivitas yang merupakan kombinasi seimbang (50%-50%) antara kekuatan dan keseimbangan karena kualitas keseimbangan tubuhnya yang buruk. Oleh karena itu perlu sekali adanya perkiraan-perkiraan kualitas dari masing-masing kemampuan dasar tersebut, sehingga dapat diketahui secara dini, kemampuan dasar apa yang berpotensi dapat mewujudkan prestasi dalam cabang olahraga tertentu untuk dikembangkan.
Untuk menjawab pertanyaan diatas, maka perlu adanya alat ukur yang memenuhi syarat (valid dan reliable) untuk memberi nilai terhadap kualitas dari kemampuan-kemampuan dasar tadi yang dapat dijadikan informasi dan pedoman pelatihan dalam rangka menjaga atau meningkatkan kualitasnya sehingga dicapai prestasi yang optimal. Adapun jenis pengukuran tersebut mencakup :
A. Manfaat Pengukuran
Pengukuran merupakan suatu hal yang penting dengan adanya pengukuran kita dapat melakukan perbaikan dalam segala bidang melalui pengukuran kita akan melihat sesuatu secara objektif dan selanjutnya kita akan dapat melakukan evaluasi terhadap suatu program, termasuk evaluasi dalam pembelajaran.
Fisik yang prima bukan hanya dimiliki oleh atlet saja, tetapi merupakan tuntutan bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk segmen masyarakat yang ada pada lembaga pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi juga mengisyaratkan siswa untuk memiliki kemampuan yang optimal dalam seluruh materi yang terdapat dalam kurikulum salah satunya adalah penguasaan terhadap materi pendidikan jasmani.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut diperlukan kesiapan fisik yang baik, bahkan seorang ahli psikoloi yang bernama Gardner telah memasukkan keterampilan fisik sebagai salah satu komponen kecerdasan. Oleh sebab itu lembaga pendidikan harus dapat menjadi landasan dasar bagi percepatan pencapaian tujuan pendidikan yang dimaksud. Dari lembaga pendidikan itu nantinya terlahir manusia yang cerdas secara fisik, linguistik, dan cerdas secara interpersonal serta intrapersonal.
Dengan semakin meningkatnya prestasi dunia olahraga seiring dengan meningkatnya kemajuan teknologi. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya pemecahan rekor dalam beberapa cabang olahraga terukur seperti atletik, renang dan balap sepeda. Sedangkan dalam cabang olahraga permainan dapat terlihat dari semakin bervariasinya gerakan yang dapat ditampilkan dalam suatu pertandingan.
Hal-hal yang disebutkan di atas hanya dapat dicapai melalui proses panjang dari suatu pelatihan dan pembinaan yang berkesinambungan. Dan salah satu tempat yang paling potensial untuk melakukan proses tersebut adalah pada lembaga pendidikan.
Untuk mendapatkan siswa yang potensial dalam kecerdasan fisik dieprlukan suatu proses pengukuran yang dapat dijadikan sebagai suatu pijakan awal dalam menentukan siswa yang cakap secara fisik. Dengan adanya pengukuran, segala program yang menaygnkut perkembangan di dalam segala bidang dapat dikontrol dan dievaluasi. Dari hasil pengukuran tersebut guru sebagai pembina dapat melakukan proses pemanduan bakat, dengan demikian prosese pembelajaran pendidikan jasmani tidak semata-mata hanay ditujukan untuk mencapai apa yang tercantum dalam kurikulum, tetapi juga memiliki kontribusi bagi terbentuknya kebugaran jasmani masyarakat, sehingga dimungkinkan bagi pengembangan dan peningkatan prestasi dalam dunia olahraga.
Pada makalah yang singkat ini akan dicoba untuk memberikan informasi proses pengukuran pada kemampuan volume oksigen maksimum, potensi mempelajari kemampuan gerak dan juga kemampuan fleksibilitas.

D. Macam-macam Pengukuran
1. Prediksi Asupan Oksigen Maksimum
Pengukuran oksigen maksimum dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, hal ini sangat tergantung pada kesiapan peralatan tes, kondisi tes dan keterampilan testor pada kesempatan ini kita hanya akan melakukan pengukuran secara tidak langsung untuk mengukur kegugaran kardiorespirasi salah satunya dengan prediksi VO2 max, seperti: bleep test, Bringham Young University Test dan tes dengan tanpa exercise yang disusun oleh Cooper berikut beberapa tes dan pengukuran.
Petunjuk Pelaksanaan Modifikasi Bleep Tes dalam Menit dan Detik
a. Tujuan
Mengukur kemampuan maksimal kerja jantung dan paru-paru dengan prediksi VO2 max
b. Alat peraga
 Tempat tes ruang di dlaam gedung atau lapangan luar. Panjang minimal 25 meter
 Buat dua buah garis batas sejajar jarak 20 meter, dengan ruang/pangan bebas 2,5 meter dari kelanjutan arah lari
 Setiap testi memerulkan lintasan lari 90 cm: jumlah testi disesuaikan lebar ruang lapangan
 Seorang pengamat waktu, seorang pemegang peluit dan seorang
pengawas dan pencatat hasil
 Tabel modifikasi pelaksanaan Bleep Tes dengan waktu dalam
menit dan detik.
 Peluit daftar nama testi dan ball point
c. Pelaksanaan
 Bleep tes dilakukan dengan lari menempuh jarak 20 meter bolak-
balik (b-b) dimulai dengan lari pelan-pelan secara bertahap makin
lama makin cepat, sehingga testi tidak mampu mengikuti irama
waktu lari berarti kemampuan maksimalnya pada level dan b-b.
 Setiap level waktnya 1 (satu) menit
 Pada level 1 jarak 20 meter ditempuh dalam waktu 8,6 detik dalam
7 kali lari
 Pada level 2.3 jarak 20 meter ditempuh dalam waktu 7,5 detik
dalam 8 kali lari
 Level 4.5 jarak 20 meter ditempuh 6,7 detik dengan 9 x b.b dan
seterusnya.
 Bersamaan waktu jarak tempuh 20 meter ada bunyi peluit 1 kali
persamaan waktu b.b terakhir setiap level ada bunyi peluit 2 kali
 Untuk start testi denan start berdiri kedua kaki di belakang garis
star batas. Dengan aba-aba “Siaap-Ya” testi lari sesuai irama waktu
melewati garis batas sehingga 1 kali melewati garis batas.
 Bila sebelum ada bunyi peluit testi telah melampaui garis batas
untuk balik harus menunggu bunyi peluit. Sebaliknya bila telah ada
bunyi peluit garis batas dan segera kembali lari ke arah sebaliknya.
 Bila 2 kali berurutan testi tidak mampu mengikuti irama waktu lari
berarti kemampuan maksimalnya pada level dan balikan tersebut
 Misalkan pada level 10 dan balikan ke-8, hasilnya dicatat 10,8
Dilihat dalam tabel VO2 Max 49,3 ml/kg/ min.
 Setelah testi tidak mampu mengikuti irama waktu lari testi tidak
boleh berhenti tetapi tetap meneruskan lari pelan-pelan selama 3-5 menit cooling down.

2. Bringham Young University (BYU) Test
Pengukuran dilakukan dengan cara berlari sejauh secara konstan sejauh 1 dengan kecepatan kruang dari atau sama dengan 8 menit pada laki-laki dan 9 menit pada wanita, testi hendaknya melakukan pemanasan terlebih dahulu dan denyut jantung tidak lebih dari 180 denyut per menit.
Rumus:
100.5 – (0,164 x BB) – (1,438 x W)(0,193 x HR) + (JK x 8,344)
Keterangan:
BB : Berat badan dalam kilogram
W : Waktu tempuh dalam semenit
HR : Denyut jantung segera setelah lari
JK : Jenis kelamin. Laki-laki = 1, Wanita = 0
3. Tes Kebugaran Cooper
Tes cooper yang paling popular adalah dengan tes aerobik tetapi cooper juga telah melakukan penelitian dan menyusun tes kebugaran tanpa melakukan aktivitas meskipun tes ini tidak terpublikasikan, tetapi guru perlu mengetahuinya (Form tes terlampir).

4. Pelaksanan Tes Fleksibilitas
a. Angkat Badan Atas (Trunk Lift Extention)
Tujuan: Mengukur kelentukan ekstensor tubuh
Kerugian dan keuntungan: Tes ini hanya membutuhkan sedikit peralatan dan mudah dilaksanakan. Namun demikian, pengujiannya harus tetap dapat dilakukan satu persatu dan adanya kemungkinan lentingan ke belakang yang berlebihan (overarching).
Pelaksanaan
Peralatan: Penggaris yang diberi tanda pada 6 dan 12 inci dan matras.
Posisi awal: Siswa menelungkup kedua tangan di belakang paha dan ujung kaki lurus.
Unjuk Kerja: Siswa mengakat kepala dan badannya, kemudian ditahan sebesar untuk diukur (jangan memberi saran untuk mengangkat badan melebihi 12 inci). Tester mengukur jarak dari lantai ke dagu. Siswa kemudian kembali menurunkan badanya. Dua kali kesempatan degnan nilai palign tinggi yang dicatat.
Penilaian: Nilai adalah ketinggian badan/dagu yang bisa diangkat dari lantai, diukur dari dagu ke lantai, dicatat sampai inci palign dekat. Apabila diangkat melebihi 12 inci, maka dicatat hanya sampai 12 inci saja.

b. Tes Duduk dan Jangkau
Tujuan: Untuk mengukur fleksibiltas batang tubuh dan sendi pinggul.
Keuntungan dan Kerugian: Tes ini mudah dilaksanakan dan memiliki validitas untuk mengukur fleksibilitas otot tungkai bagian belakang (hamsring group) tetapi tidak dapat mengukur otot pinggang sekaligus.
Peralatan: Alat yang digunakan dalam tes ini adalah bagku berskala cm
Pelaksanaan: Peserta tes sebelum melakukan tes terlebih dahulu mencoba dan melemaskan otot punggung. Selanjutnya duduk di lantai dengan posisi kedua lutut lurus di depan berupa sebuah bangku yang berskala dalam ukuran c. Kedua tangan dengan jari tangan lurus ke depan sejajar lantai. Kedua tangan dijulurkan ke depan secara perlahan-lahan sejauh mungkin. Tes ini dilakukan dua kali secara berturut-turut.
Penilaian: Skor terbaik dari dua kali percobaan dicatat sebagai skor dalam satuan cm. Hasil yang diperoleh dikonversikan pada Tabel norma berikut.
Tabel 1. Norma Sit and Reach untuk anak laki-laki usia 10-18 tahun
(dalam inci).
Kategori Usia
10 11 12 13 14 15 16 17 18
Sangat baik  16,0  16,5  16,0  16,5  17,5  18,0  19,0  19,5  19,0
Baik 14,5-15,5 14,5-16,0 12,0-14,0 14,6-16,0 15,0-17,0 16,0-17,5 17,0-18,5 17,0-19,0 17,0-19,0
Cukup 12,5-14,0 12,5-14,0 10,5-11,5 12,5-14,0 13,0-14,5 13,5-15,5 14,0-16,5 14,5-16,5 14,5-16,5
Kurang 11,0-12,0 11,0-12,0 10,5-11,5 11,5-12,0 11,0-12,5 11,5-13,0 12,0-13,5 12,5-14,0 12,5-14,0
Sangat kurang  10,5  10,5  10,0  10,5  10,5  11,0  11,5  12,5  12

Tabel 2. Norma Sit and Reach untuk perempuan usia 10-18 tahun
(dalam inci).
Kategori Usia
10 11 12 13 14 15 16 17 18
Sangat baik 17,5-20,5 18,0-20,5 19,0-21,0 20,0-22,0 19,5-22,0 20,0-23,0 20,5-23,0 20,5-23,0 20,5-22,5
Baik 16,0-17,0 16,5-17,5 17,0-18,5 17,5-19,3 18,0-19,0 18,5-19,5 19,0-20,0 19,0-20,0 18,5-20,0
Cukup 14,0-15,5 14,0-16,0 15,0-16,5 15,5-17,0 16,0-17,5 17,0-18,0 17,0-18,5 17,0-18,5 17,0-18,0
Kurang 12,0-13,5 13,0-13,5 13,5-13,5 13,5-15,0 14,0-15,5 15,0-16,5 15,5-16,5 15,0-16,5 15,0-16,5
Sangat kurang 10,3-11,5 11,5-12,5 12,0-13,0 12,0-13,0 12,5-13,5 13,5-14,5 14,0-15,0 13,5-14,5 13,0-14,5

Tabel 3. Norma Sit and Reach untuk anak laki-laki usia 6-9 tahun
(dalam inci).
Kategori Usia
6 7 8 9
Sangat baik 16,0-17,5 16,0-18,0 16,0-17,5 15,5-17,5
Baik 14,5-15,5 14,5-15,5 14,5-15,5 14,0-15,0
Cukup 12,5-14,0 12,5-14,0 12,5-14,0 12,0-13,5
Kurang 11,5-12,0 11,5-12,0 11,0-12,0 10,5-11,5
Sangat kurang 10,0-11,0 9,0-11,0 8,5-10,5 8,0-10,0

Tabel 4. Norma Sit and Reach untuk anak perempuan usia 6-9 tahun
(dalam inci).
Kategori Usia
6 7 8 9
Sangat baik 16,5-18,5 17,0-18,0 17,0-19,0 17,0-19,0
Baik 15,0-16,0 15,5-16,5 15,5-16,5 15,5-16,5
Cukup 14,0-14,5 14,0-15,0 13,5-15,0 14,0-15,0
Kurang 12,0-13,5 12,5-13,5 12,0-13,0 12,0-13,5
Sangat kurang 10,5-11,5 10,5-12,0 10,5-11,5 9,0-11,5
Bila ukuran menggunakan konversi inci x 2.5

5. Shoulder Stretch
Tujuan: Mengukur fleksibilitas lengan dan bahu: helath-related
Keuntungan dan kerugian: Tes ini merupakan tes yang sederhana dan mudah dilaksanakan, tetapi tes ini hanya mampu mengukur fleksibilitas lengan dan bahu secara kasar saja.

Petunjuk pelaksanaan
Perhatian: tidak ada
Posisi awal: Berkawan salah satu mengawai pelaksanaan tes sampai selesai dan siswa yang dites berada dalam sikap berdiri.
Unjuk kerja: Siswa pertama menjangkaukan tangannya melewati bahu ke arah punggung terus ke bawah, tangan kiri menjangkaukan tangannya ke belakang dan berusaha untuk menyentuh/mengaitkan jarinya dengan jari tangan yang kanan. Kemudian kembali ke posisi awal, lanjutkan gerakan tersebut dengan tangan yang lainnya.
Penilaian: Nilai yang dicatat ada dua yaitu, satu untuk bahu kanan dan satu lagi untuk bahu kiri. Nilai “berhasil” akan diberikan apabila dapat menyentuh ujung jari tangan, kalau tidak maka nilai “gagal” diberikan.
6. Tes Motor Educability

Motor ecucability diartikan sebagai suatu kemampuan seseorang dalam mempelajari gerakan yang baru (new motor skill). Kualitas potensial motor educability merupakan indikator yang dapat menggambarkan kemampuan seseorang dalam mempelajari gerakan-gerakan yang baru. Makin baik kemampuan motor educability semakin baik pula kemampuannya dalam mempelajari dan melakukan gerakan-gerakan yang baru secara mudah. Para guru pendidikan jasmani sering menggunakan tes ini untuk keperluan dalam pengelompokkan para siswa-siswanya ke dalam kelompok-kelompok yang homogen dalam hal potensi motor skillnya. Hal ini akan memberikan kemudahan dalam pemberian instruksi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Berikut beberapa contoh Tes Motor Educability.
a. IOWA BRACE TEST
– One Foot – Touch Head
Berdiri pada kaki kiri. Membengkok ke depan dan letakkan kedua belah tangan pada lantai. Angkatlah kaki kanan lurus ke belakang. Sentuhkan kepala pada lantai dan akhirnya kembali bersikap berdiri dengan tanpa kehilangan keseimbangan.
Gagal bila: 1. Tidak menyentuhkan kepala pada lantai
2. Kehilangan keseimbangan
3. Kaki kanan menyentuh lantai.
Side learning Rest:
Duduk belunjur, kedua kaki rapat. Letakkan tangan kanan pada lantai di belakang tubuh. Kemudian meringlah ke kanan sehingga tubuh terangkat dan bertumpu pad atangan dan kaki kakan. Angkatlah kaki dan tangan kiri, serta usahakan tetap dalam sikap demikian sampai hitungan kelima.
Gagal bila: 1. Tidak bersikap sebagaimana seharusnya
2. Tidak mampu melakukan smapai hitungan kelima.
Graspevine
Berdiri dengan kedua tumit rapat. Membongkok ke depan, surukkan kedua belah tangan diantara kedua lutut, sehingga kedua tangan berada di belakang pergelangan-pergelangan kaki, dan akhirnya jari-jari tangan saling berkaitan di muka pergelangan kaki. Pertahankan sikap ini sampai 5 detik.
Gagal bila: 1. Kehilangan keseimbangan
2. Kedua tangan tidak melingkar kedua pergelangan kaki dan jari-jari tidak saling berkaitan di depan pergelangan kaki tidak sampai.
3. Tidak dilakukan dalam jangka waktu 5 detik.
One-Knee Balance
Menoleh ke kanan. Berlutut dengan kaki sebelah sedang kaki yang lain diangkat lurus ke belakang. Luruskan kedua belah tangan di samping setinggi bahu. Tinggal tetap dalam sikap hingga 5 hitungan.
Gagal bila: 1. Menyentuh lantai dengan bagian badan selain lutut dan ujung kaki tumpu
2. Kehilangan keseimbangan

E. Kelincahan
1. Metode
a. Tes Lari Bolak-balik 4 x 10 Meter (Standar NAPFA)
b. The Illinois Agility Run.

2. Pelaksanaan
Tes lari bolak-balik 4 x 10 meter (standar NAPFA)
1) Berdirilah di belakang garis pertama menghadap ke garis kedua. Garis kedua berjarak 10 meter dari garis pertama.
2) Dua benda kecil (misalnya suatu balok kayu berukuran 5 x 5 x 10 cm) sudah diletakkan di belakang garis kedua dengan jarak kira-kira 1 meter.
3) Setelah aba-aba mulai, larilah, pungut benda pertama, lari kembali dan letakkan benda pertama tadi di belakang garis pertama; kembali lari ke garis kedua, pungut benda kedua dan lari kembali ke garis pertama dan lewati garis ini tanpa meletakkan benda kedua.
4) Waktu dicatat (sampai sepersepuluh detik terdekat), kemudian substitusikan dengan kategori yang ada pada tabel dan gambar di bawah ini.


Gambar 2.1

Penilaian
USIA
(Thn) KATEGORI UNTUK WANITA
BAIK
SEKALI BAIK CUKUP KURANG KURANG
SEKALI
12 < 12,0 detik 12,0−12,3 12,4−12,7 12,8−13,1 13,2 detik ≤
13 < 11,7 detik 11,7−12,0 12,1−12,4 12,5−12,8 12,9 detik ≤
14 < 11,5 detik 11,5−11,8 11,9−12,2 12,3−12,6 12,7 detik ≤
15 < 11,3 detik 11,3−11,5 11,7−12,0 12,1−12,4 12,5 detik ≤
16 < 11,3 detik 11,3−11,5 11,6−11,8 11,9−12,2 12,3 detik ≤
17 < 11,3 detik 11,3−11,5 11,6−11,8 11,9−12,1 12,2 detik ≤
18 < 11,3 detik 11,3−11,5 11,6−11,8 11,9−12,1 12,2 detik ≤
19 < 11,3 detik 11,3−11,5 11,6−11,8 11,9−12,1 12,2 detik ≤
20-24 < 11,6 detik 11,6−11,8 11,9−12,1 12,2−12,4 12,5 detik ≤
25-34 < 11,9 detik 11,9−12,1 12,2−12 12,5−12,7 12,8 detik ≤
35-44 < 12,2 detik 12,2−12,4 12,5−12,7 12,8−13,0 13,1 detik ≤
45-54 < 12,8 detik 12,8−13,0 13,1−13,3 13,4−13,6 13,7 detik ≤
54< < 13,1 detik 13,1−13,3 13,4−13,6 13,7−14,2 14,0 detik ≤
SKOR 5 4 3 2 1
USIA
(THN) KATEGORI UNTUK PRIA
BAIK
SEKALI BAIK CUKUP KURANG KURANG SEKALI
12 <10, 7 detik 10,7−11,0 11,1−11,4 11,5−11,8 11,9 detik ≤
13 <10, 4 detik 10,4−10,7 10,8−11,1 11,2−11,5 11,6 detik ≤
14 <10, 2 detik 10,2−10,4 10,5−10,8 10,9−11,2 11,3 detik ≤
15 <10, 2 detik 10,2−10,3 10,4−10,5 10,6−10,9 11,0 detik ≤
16 <10, 2 detik 10,2−10,3 10,4−10,5 10,6−10,7 10,8 detik ≤
17 <10, 2 detik 10,2−10,3 10,4−10,5 10,6−10,7 10,8 detik ≤
18 <10, 2 detik 10,2−10,3 10,4−10,5 10,6−10,7 10,8 detik ≤
19 <10, 2 detik 10,2−10,3 10,4−10,5 10,6−10,7 10,8 detik ≤
20-24 <10, 4 detik 10,4−10,5 10,6−10,7 10,8−10,9 11,0 detik ≤
25-34 <10, 6 detik 10,6−10,7 10,8−10,9 10,0−11,1 11,2 detik ≤
35-44 <10, 8 detik 10,8−10,9 11,0−11,1 11,2−11,3 11,4 detik ≤
45-54 <11, 2 detik 11,2−11,3 11,4−11,5 11,6−11,7 11,8 detik ≤
54< <11, 4 detik 11,4−11,5 11,6−11,7 11,8−11,9 12,0 detik ≤
SKOR 5 4 3 2 1
The Illionis Agility Run Test
a. Pelaksanaan
 1) Sikap awal siswa dalam posisi tiarap di belakang garis awal, pandangan mengarah ke garis awal, kedua tangan berada di samping bahu (gambar 2.2)
 2) Setelah mendengar aba-aba “ya” siswa segera bangkit dan lari secepat mungkin sesuai jalur yang telah ditentukan (arah anak panah) hingga melewati garis akhir.
 3) Catat waktu tempuh yang dicapai, kemudian subtitusikan dengan katagori yang tertera pada table di bawah ini.












 Gambar. 2.2
b. Penilaian
PENILAIAN KELINCAHAN
WAKTU DALAM DETIK KATEGORI SKOR
PRIA WANITA
< 15,2 < 17,0 Sangat baik 5
16,1−15,2 179170 Baik 4
18,1−16,2 217180 Cukup 3
16,3−18,2 230218 Kuang 2
. > 18,3 >230 Kurang sekali 1

F. Keseimbangan
1. Metode
a) Blind stork balance test (keseimbangan statis)
b) Balancing on a beam test (keseimbangan statis)
c) Kirkendall dynamic balance test (Keseimbangan dinamis)
2. Pelaksanaan
Blind Stork Balance Test
 1) Siswa berdiri dengan satu kaki kanan/kiri. Telapak kaki yang lain, kiri/kanan dilekatkan pada lutut kanan/kiri sebelah dalam (gambar 2.3)
 2) Kedua lengan melakukan sikap “tolak pinggang”
 3) Pada sikap ini, kemudian pejamkan mata
 4) Pertahankan sikap (c) ini selama mungkin
 5) Tes dianggap selesai apabila siswa membuka matanya, telapak kaki kanan/kiri terpisah dengan lutut kiri/kanan,kedua lengan lepas dari posisi tolak pingggang, dan kaki penumpu bergeser dari tempatnya
 6) Catat waktu yang dicapai, kemudian periksa table penilaian untuk mengetahui point yang diperoleh.

Penilaian (Arnot and Gaines, 1984)
 Blind – Stork Balance
 Pria  Wanita
 Waktu
 (detik)  Point  Waktu
 (detik)  Point
 60  20  35  20
 55  18  30  17
 50  16  25  14
 45  14  20  11
 40  12  15  8
 35  10  10  4
 30  8  5  2
 25  6  –  –
 20  4  –  –
 15  3  –  –
 10  2  –  –

 Gambar, 2.3

Balancing on a beam test
 1. Pelaksanaan
 a) Berdirilah dengan salah satu kaki pada balok senam (balok titian), sementara kaki yang lain dalam posisi menggantung
 b) Pertahankan sikap (a) dalam keadaan statis (tidak ada berjalan) dengan memejamkan mata, selama mungkin.
 c) Tes dinyatakan selesai apabila orang coba terjatuh.










 Gambar 2.4

 2. Penilaian
 Penilaian berdasarkan acuan normative, yang terlama bertahan berarti mendapat nilai keseimbangan statis terbaik dalam kelompoknya.
Kirkendall dynamic balance test
 1. Pelaksanaan
 a) Orang coba berdiri tepat di atas alas persegiempat (start) dengan kaki kanan jingkat.
 b) Lakukan loncatan pertama dan mendarat tepat di atas alas persegiempat no. 1 dengan posisi kaki kanan tetap dalam posisi jingkat. Selanjutnya lakukan loncatan kedua dan mendarat dengan kaki kanan (kaki kiri jingkat) pada alas persegiempat nomor 2. Demikian seterusnya, pada pendaratan di alas persegiempat berikutnya sesuai urutan nomor secara bergantian kaki kanan dan kiri. Diusahakan loncatan terakhir berada dimalas persegiempat no. 10 agar diperoleh nilai maksimal.
 c) Tiap kali loncatan orang coba harus berhenti selama 5 detik.
 d) Apabila kaki yang diangkat menyentuh lantai, dianggap gagal. Begitu pula apabila kaki penumpu berpindah tempat atau bergeser ke luar dari daerah (alas persegiempat) yang ditentukan.
 2. Penilaian: Tiap satu keberhasilan dinilai 10.














 Gambar 2.5

G. Kecepatan Gerak
1. Metode: Lari Sprint 50 yard
2. Pelaksanaan
 a. Orang mencoba melakukan start berdiri atau jongkok.
 1) Setelah aba-aba, lari secepat mungkin ke garis finis.
 2) Waktu yang ditempuh dicatat (sampai sepersepuluh detik terdekat), kemudian subtitusikan waktu tersebut ke dalam nilai/katagori seperti pada tabel di bawah ini.






 Gambar 2.6
3. Penilaian (Rotella, 1993)
Kemampuan Lari Sprint 50 Yard
Jenis Kelamin Kategori
Baik
Sekali
(detik) Baik
(detik) Cukup
(detik) Kurang
(detik) Kurang
Sekali
(detik)
Pria 61 64 66 78 75
Wanita 70 74 79 83 89
Skor 5 4 3 2 1

H. Koordinasi
1. Metode
 a) Hexagonal Obstacle Test
 b) Juggling Test
2. Pelaksanaan
 Hexagonal Obstacle Test
 a) Orang coba berdiri di tengah-tengah daerah hexagonal dengan pandangan dan arah badan mengarah ke depan (ke arah garis A).
 b) Setelah aba-aba, lakukan lompatan melintasi/memotong garis sisi B hexagonal dengan kedua kaki.
 c) Setelah mendarat, lakukan loncatan berikutnya secepat mungkin dan mendarat kembali di titik tengah daerah hexagonal.
 d) Lakukan loncatan berikutnya seperti pada butir (b) dan (c) namun garis yang dilintasi/dipotong adalah garis sisi berikutnya secara berturut-turut dari garis sisi C s/d F.
 e) Lakukan secara kontinyu sebanyak 3 putaran.
 f) setiap lompatan, pandangan tetap ke depan, dengan demikian terdapat arah lompatan ke depan, samping dan belakang.
 g) Tes dinyatakan gagal apabila melintasi/memotong garis sisi yang salah, tes harus diulangi (maksimal 3 kali kesalahan).
 h) Catat waktu yang dicapai setelah melakukan 3 kali putaran. Kemudian subtitusikan dengan perolehan pointdalam tabel di bawah ini.







Gambar 2.7

3. Penilaian (Arnot and Gaines, (1984)
HEXAGONAL OBSTACLE
WAKTU (Detik)
POINT
PRIA WANITA
9,0 9,0 10,0
10,1 10,6 9,0
11,2 12,2 8,0
12,3 13,8 7,0
13,4 15,4 6,0
14,5 17,0 5,0
15,6 18,6 4,0
16,7 20,2 3,0
17,8 21,8 2,0
18,9 23,4 1,0
20,0 25,0 0,0
Gambar 2.8
 Juggling Test
 1. Pelaksanaan
 a) Orang coba berdiri dengan rileks.
 b) Lakukan gerakan memutarkan 3 buah bola tennis oleh kedua tangan, dengan pola gerakan seperti pada gambar 8.
2. Penilaian berdasarkan acuan normatif. Orang coba yang membutuhkan waktu tersingkat untuk belajar melakukan putaran bola dari tidak bisa sama sekali sampai dapat memutarkan bola secara mulus berarti mendapat nilai (koordinasi) terbaik dalam kelompoknya.
Ahmaidi, 1996. Effect of Active Recovery on Plasma Lactate and Anaerobic Power. Following Repeated Intensif Exercise. Med. Sci. Sport Exercise. 2 (4): 450- 456.
Bompa, 1994. Theory and Metodology of Training. New York: Kendall/Hunt Publishing Company.
Bouchard, C., Roy, J. S., dan Thomas S, 1993. Physical activity Fitness, and Health. Champaign: Humam Kinetics Publishers.
Fox, EL, BowersR. W, Fox M. L, 1988. The Physiological Basis of Physical Education and Athletics. Philadelphia: Sounders College Pub.
Giam dan Teh, 1988. Ilmu Kedokteran Olahraga. Jakarta: Binarupa Aksara.
Guyton, AC, 1994. Buku Ajar Kedokteran. Edisi 7. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC.
Darden, E, 1981. The Athlete, s guide to sport Medicine. Chicago: Contemporary Books Inc.
Edmund R. Burke, 2001. Panduan Latihan Kebugaran di Rumah. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Effendi H, 1983, Fisiologi kerja dan Olahraga serta peranan tes kerja untuk Diagnostik. Bandung: Penerbit Alumni.
Janssen, 1993. Latihan Laktat Denyut Nadi. Jakarta: Koni DKI Jaya. Koni, 1995. Psikologi olahraga. Jakarta:Pusat Pendidikan dan Penataran.
Markam Soemarmo, 2005. Latihan Vitalisasi Otak. Jakarta : PT Grasindo.
Pate RR., Mc Chenaghan and Rotella, 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. Semarang : Sounders, College Publishing : IKIP Semarang Press.
Satya Wira . I, 2002. Pelatihan Keseimbangan Dalam Pencak Silat. Denpasar: PPS . Universitas Udayana.
T. Kiyosaki, 2002. Pour Dad and Rich Dad. Jakarta : Gramedia.
Tim Penulis, 2002. Pemeriksaan kebugaran jasmani. Denpasar: Magister Fisiologi Olahraga.

Latihan Menguatkan OTOT

Leave a comment